Tasawuf adalah ilmu yang menekankan pada pembersihan hati ((tazkiyatun nafs).
Jadi yang menentukan apakah seseorang itu sufi atau bukan adalah kejernihan hatinya. jika kita menyaksikan ada orang yang rajin shalat, rajin berpuasa, rajin membaca alquran tapi dalam berhubungan dengan manusia masih suka berkata kasar, menyakiti orang, bergibah maka dia belum menjadi sufi.
Seorang sufi dalam rangka membersihkan hatinya maka mereka sering dzikir mengingat Allah. Dzikir itu mereka lakukan di setiap keadaan berdiri, duduk atau berbaring dan dalam kesadaran Ilaihiah.(QS. Al Imran ayat 191).
Salah satu dzikir yang sering mereka ucapkan adalah la Ilaha Illalah, tiada Tuhan selain Allah atau hatinya selalu menyebut Allah…Allah…Allah... Mereka berjuang sungguh-sungguh (mujahadah) untuk membersihkan akhlak yang tidak baik seperti rakus, dengki, ujub, riya dan sifat buruk lainnya dan digantikan dengan sifat-sifat yang baik seperti ikhlas, sabar, syukur, tawadhu, zuhud, wara, qanaah dan ridha.
Mereka bergelut dengan dua ilmu yaitu ilmu lahir (syariat) dan ilmu batin karena mereka sadar tidak bisa terbang menuju Allah tanpa dua sayap ilmu itu. mereka melangkah dari syariah yaitu melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya dan berusaha menggali makna dari esensi setiap ibadah yang mereka lakukan. Mereka melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan haji sesuai tuntunan syariat dan menjauhi segala larangan seperti menfitnah, mencuri dan perbuatan maksiat lainnya. Nafsu dan syahwat mereka tundukkan.
Mereka berpuasa bukan hanya tidak makan dan minum tapi juga mempuasakan seluruh panca indra mereka. Mereka menjaga hatinya jangan sampai melakukan amal karena dorongan syahwat dan keegoan diri seperti ingin dipuji, dihormati dan bangga dengan diri sendiri. Mereka selalu mengawasi hatinya karena sadar Allah tidak melihat pada penampilan lahiriah tapi pada hati dan amal mereka. makanya seorang sufi selalu berbicara tentang hati. Bagi mereka hati dapat menjadi tempat bagi cahaya illahi tapi bisa juga menjadi tempat bisikan-bisikan setan. praktisi tasawuf selalu menjaga hatinya agar selalu berada di jalan Allah.
Puncak perjalanan ibadah mereka adalah penyembahan yang murni kepada Allah swt. saat itulah setan tidak mampu memperdayakannya. Iblis menjawab,”Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-MU yang mukhlis di antara mereka (QS. Shad ayat 82-83).
Ketika hati mereka telah kosong dari selain-Nya saat itulah anugerah Allah turun tanpa diminta. Allah memberikan pengetahuan (nur) secara langsung kedalam hatinya sehingga hatinya bisa menyaksikan. Ia menjelma menjadi sangat arif dan bijaksana karena ia melihat dengan cahaya TuhanNya. Allah berfirman,“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka (QS. Al Gafir ayat 58).
Ia seperti Majnun ketika melihat rumah kekasihnya, laela?
“Aku melewati rumah laela, aku pun menciumi dindingnya yang ini dan dindingnya yang itu”. bukan cinta kepada rumah yang bersemayan di hati Majnun melainkan cinta kepada orang yang bersemayam di dalam rumah itu, cinta kepada Laela.
Seperti inilah keadaan mereka. Alam semesta ini adalah rumah. ketika mereka melihat rumah ini (alam semesta), mereka melihat gunung, pepohonan, planet-planet, bintang-bintang, matahari, bulan dan benda-benda lain. maka apapun yang dia lihat Ia tidak melihat padanya kecuali kebesaran dan keindahan Allah swt.
Ilmu ini tidak bisa diperoleh walau anda telah menamatkan beribu ribu buku agama. Anda memerlukan kesungguhan dalam beribadah serta anugerah dari Allah. Ilmu inilah yang didapatkan oleh Khidir. hingga Nabi Musa pun disuruh belajar kepadanya.
Kenapa Nabi Musa disuruh oleh Allah untuk belajar kepada Khidir ?
karena Nabi Musa pernah berkutbah dihadapan bani Israel, lalu ia ditanya,”siapakah orang yang paling berilmu, dan Musa menjawab,’ aku adalah orang paling berilmu. Itu adalah ucapan kesombongan. Ketika anda sombong maka anda melupakan Tuhan yang memberikan karunia itu.
Maka ucapan Musa tersebut kemudian ditegur oleh Allah swt dan dikatakan, Tidak Musa, engkau bukanlah orang paling berilmu. Ada seorang hamba-Ku yang lebih berilmu daripada engkau, temuilah, dia bertempat di Majma' al-Bahrain, pertemuan dua lautan. Namanya tidak disebut dalam Alquran tapi dia biasa disebut dengan Khidir.
Mengapa dia disebut khidir?
Khidir artinya hijau. Nabi saw bersabda bahwa Khidir pernah mendatangi sebuah daratan yang tandus, cokelat, tidak ada tumbuhan. Kemudian dia duduk, dan saat dia duduk di sana, segalanya berubah menjadi hijau sangat indah. Mengapa dia menyebabkan segalanya berubah menjadi hijau?
Hijau adalah simbol guru yang dengan cahaya hatinya dapat menerangi hati muridnya yang sebelumnya mati (tanah kering menjadi hijau kembali). Maka Nabi Musa as ingin belajar kepada Khidir. Ia berkata, "aku ingin menemuinya, aku ingin bertemu dengannya. Maka Musa as pergi bersama seorang pemuda. Al-Qur'an tidak memberitahu kita siapa dia. Tapi orang-orang muda selalu tertarik kepada para guru dan mereka selalu mencari orang paling berilmu. Seperti itulah anda, carilah guru seperti khidir di Majma' al-Bahrain, pertemuan dua lautan.
Tapi anda jangan memahami ini secara harfiah bahwa dua lautan itu adalah Atlantik dan Pasifik. Dua lautan itu adalah bahasa kiasan yaitu lautan ilmu pengetahuan yang diterima secara eksternal, yang anda pelajari melalui panca indra dan lautan ilmu pengetahuan yang datang dari atas (pengetahuan yang datang langsung dari Allah) yang diterima lewat batin internal.
Khidir adalah simbol guru yang memadukan pengetahuan eksternal dan pengetahuan internal di dalam dirinya secara harmonis, yang mereka itu melihat dengan mata kepala dan juga melihat dengan mata hati, yang mereka itu shalat, zakat, puasa, dan Haji tapi juga memiliki kebaikan dan kasih sayang di dalam dirinya. Ia tidak merasa sombong dan berbangga diri dengan ilmunya karena mereka sadar bahwa orang-orang yang sombong dan berbangga diri maka Allah akan mengambil ilmu pengetahuan darinya. Mereka adalah orang yang paling mendalam ilmunya dan paling memahami kenyataan yang terjadi di dunia ini.
Nabi Muhammad saw bersabda bahwa akan ada ujian dan cobaan terbesar yang dihadapi kaum beriman di Akhir zaman dan itu adalah Fitnah (ujian dan cobaan) dari Dajjal. Pada dahi dajjal tertulis “Ka fa ra” dimana hanya orang mukmin yang dapat membacanya walaupun dia tidak bisa baca tulis. Orang yang mata hati mereka buta karena tidak ada cahaya di dalamnya tidak bisa membaca kata kafir di dahi dajjal sehingga mereka akan terpedaya dengan godaan dan tipu daya dajjal. Hanya mereka yang mengikuti guru (ulama) seperti Khidir yang dapat membuka mata hati anda sehingga dapat membaca tulisan Kafir di dahi dajjal sebagai simbol peradaban kekufuran yang saat ini dipropagandakan oleh Dajjal.
Wallahu’alam bisshowab
Komentar
Posting Komentar