Langsung ke konten utama

BELAJAR CARA DAKWAH NABI SAW (Dakwah bukan sentiment dan caci maki)


Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam (QS. Al Anbiya ayat 107).”

Agama Islam diturunkan Tuhan adalah sebagai tuntunan agar manusia menyembah Allah. Dan Nabi-nabi yang diutus Tuhan kepada manusia adalah sebagai perantara untuk memperkenalkan Tuhan kepada manusia dan mengajarkan bagaimana cara menyembah-Nya.

Tugas Nabi hanyalah menyampaikan Islam dan bukan memaksakan Islam (QS. Al Baqarah ayat 256). Masalah orang mau beriman atau tidak kepada Tuhan itu bukan urusannya tapi urusannya diserahkan kepada Allah (QS. Al-Kahf Ayat 29). Allah lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan lebih mengetahui siapa orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl ayat 125)

Allah swt mengutus Nabi terakhir Muhammad saw kepada umat manusia adalah dengan tugas yaitu pertama membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya yaitu mengajarkan alquran, kedua mengajarkan kepada mereka cara untuk mensucikan diri, mensucikan jiwa, hati, atau ruhnya (tazkiyatun nafs) sehingga mereka menjadi manusia yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, ketiga mengajarkan kepada mereka hukum-hukum Allah, ajaran-ajaran agama dan ilmu pengetahuan (QS. Al Jumu’ah ayat 2).

Selama 23 tahun yaitu 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, Nabi melaksanakan tugasnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada manusia yang ada pada saat itu. Dan hanya dalam waktu 23 tahun tersebut hampir seluruh penduduk  jazirah Arabia telah beriman dan menerima Islam.
Apa yang menyebabkan ajaran Islam ini begitu mudah diterima oleh masyarakat pada saat itu ?
Alquran menjawabnya,” Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Dan “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah  mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu (Qs. Ali Imran ayat 159)

Masyarakat Arab begitu mudah menerima Islam adalah karena pribadi Nabi Muhammad saw yang penuh dengan kelembutan, pemaaf dan lapang dada. Bahkan Allah Swt.sampai memuji Akhlak Nabi tersebut (QS. Al Qalam ayat 4). 

Pada saat Nabi saw dan kaum muslimin menaklukkan Mekkah pada tahun 8 Hijriyah, hampir sebagian besar pembesar dan penduduk Mekkah yang selama ini memusuhi dan bahkan ingin membunuh beliau oleh Nabi saw semuanya di maafkan dan diampuni.
Beliau  bertanya kepada penduduk Mekkah yang saat itu tertunduk karena ketakutan, "Wahai, orang-orang Quraisy, menurut pendapatmu, apa yang akan kuperbuat terhadapmu sekarang?''
Mereka menjawab, ''Yang baik-baik! Wahai, saudara kami yang pemurah, sepupu kami yang pemurah!''
Nabi SAW kemudian bersabda, ''Pergilah kamu sekalian. Kalian semuanya sudah bebas.''
Sikap pemaaf dan lapang dada Nabi saw tersebut membuat seluruh penduduk mekkah kemudian berbondong-bondong masuk Islam. 

Setelah Nabi Muhammad saw wafat maka tugasnya untuk menyampaikan dan mengajarkan manusia akan agama Allah  tersebut kemudian dilanjutkan oleh Keluarganya, sahabat-sahabat beliau dan ulama-ulama sepanjang masa dan bahkan setiap muslim dianjurkan oleh Nabi saw untuk menyampaikan agama Allah walaupun hanya dengan satu ayat alquran  (HR. Bukhari).

Seorang penulis barat bernama Thomas W. Lippman mengatakan, Islam merupakan salah satu agama yang paling cepat tumbuh dan paling berkembang di Amerika serikat dan Eropa.  Perkembangan Islam yang begitu luas dan cepat tidak akan mungkin terjadi bila disampaikan dengan kekerasan dan pemaksaan kehendak. Bahkan masuknya agama Islam ke Indonesia yang begitu cepat menyebar dan kemudian menjadi agama mayoritas yang dianut bangsa Indonesia adalah karena rakyat Indonesia saat itu terutama raja-rajanya tertarik dengan akhlak yang ditampilkan oleh pedagang-pedagang muslim terutama dari Arab, India dan Cina.

Akhlak adalah pondasi dalam dakwah. Seorang Dai atau penceramah harus mencontoh Nabi saw dalam menyampaikan dakwahnya (QS. Al-Ahzab ayat 21). 
Nabi dalam berdakwah tidak menyakiti perasaan orang lain. Tidak ada kata-kata kotor, umpatan atau kemarahan yang keluar dari mulutnya sehingga orang yang mendengar dakwah beliau tidak tersinggung karenanya. Nabi juga tidak pernah merendahkan orang atau kelompok lain. 

Namun apa yang terjadi dengan dakwah saat ini ?
Tidak sedikit penceramah atau pendakwah yang menyampaikan pesan-pesan agama tidak dengan bijak. Mereka tidak bisa membedakan mana ajaran agama yang cocok disampaikan di muka umum dan mana yang hanya cukup diutarakan dalam bentuk diskusi dan dialog.  Sebagian penceramah di muka umum (media sosial) bahkan sering mengkritik dan membid’ahkan sebagian pengamalan agama yang dilakukan oleh bahkan mayoritas umat Islam. 
Bahkan ada penceramah Islam yang terang-terangan mengkafirkan kelompok Islam lain sebagai bukan Islam, kafir hanya karena ketidakmampuannya dalam memahami ajaran agama Islam itu sendiri. Bukannya pesan agama diterima dengan baik justru menimbulkan ketersinggungan dan pertengkaran.

Di Media sosial kita juga menyaksikan ada ustad-ustad yang ceramahnya berisi dengan caci maki kepada orang lain bahkan kepada Pemerintah. Mereka melupakan larangan alquran yang mengatakan,” kecelakaanlah bagi setiap pengumpat dan pencela (QS. Al humazah ayat 1)

Apakah mereka tidak sadar bahwa Islam yang disampaikan dengan memaki orang lain, mengolok-olok orang lain, menuding orang lain sebagai sesat atau kafir hanya akan membuat orang lain tidak simpati bahkan justru bisa menciptakan bibit permusuhan. Ada banyak ayat Al Qur’an yang melarang untuk bersu’uzhon (buruk sangka), dan mengolok-olok sesama manusia (QS. Al hujurat ayat 11).

Rasulullah Muhammad saw  pernah mengatakan,”memaki seorang muslim adalah dosa, dan membunuhnya adalah kafir. Bahkan terhadap orang kafir yang menolak Islam sekalipun, Nabi Muhammad tidak pernah memaki. Nabi saw mengatakan,”saya bukan diutus untuk memaki, tetapi saya diutus sebagai pembawa kasih sayang.

Nabi saw bersabda,” Aku tidak diutus Tuhan untuk mengutuk orang. Aku diutus hanya untuk menyebarkan kasih sayang. (HR. Muslim).

Nabi saw bersabda,” “Janganlah sekali-kali engkau memaki orang lain“.[HR Abu Dawud]
Orang yang suka mencela, yang suka mengutuk, yang suka berkata-kata jelek dan bodoh, bukanlah orang mukmin (yang baik).

Alquran bahkan juga melarang agar dalam menyampaikan ceramah agama tidak mengejek atau menyinggung ajaran agama atau konsep ketuhanan yang disembah oleh penganut agama lain karena hal itu dapat menimbulkan reaksi balasan yang sama bahkan melampaui batas akibat tidak  adanya pengetahuan (QS. An-An’am ayat 108)

Ketika terjadi perang di Irak dan Suriah kita menyaksikan ada sebagian ulama yang terafiliasi dengan kelompok Islam tertentu yang mengeluarkan fatwa kafir terhadap ulama/muslim yang lain sehingga membuat sekelompok Islam takfiri yang mengatasnamakan Jihad tanpa ragu memerangi dan membunuh saudaranya sendiri sesama muslim hanya karena dianggap sesat atau kafir. Itulah ketika agama telah dijadikan alat politik untuk kepentingan dunia maka bisa membuat  manusia menjadi buta mata hatinya.

Hal ini juga pernah terjadi sepeninggal Nabi saw, sebagian kelompok kaum muslimin mulai bertikai karena faktor perebutan kekuasaan. Mimbar-mimbar masjid menjadi ajang untuk menyerang kelompok yang berseberangan dalam politik. Agama telah dikoptasi oleh kekuasaan. Sebagian yang lain bahkan menjadikan agama sebagai tameng untuk menyesatkan dan mengkafirkan lawan politiknya. 
Mereka telah melupakan pesan Nabi saw yang mengatakan,”janganlah kalian kembali kafir sesudah (kematian) ku, sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain.(HR. Muslim).
Mereka juga telah melupakan pesan Nabi saw yang mengatakan,”Janganlah kalian saling membenci, saling dengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba Allah yang besaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari," (HR Bukhari [6065] dan Muslim [2559]).

Nabi saw telah banyak mengingatkan kepada orang-orang Islam yang suka menuduh orang lain sesat dan kafir ini:
1. Bahwa mencela orang muslim adalah kefasikan, dan memeranginya  adalah kekufuran (HR.Bukhari),  
2. Melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya (HR Bukhari),
3. Siapa saja yang berkata kepada saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan terkena salah satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada orang yang mengucapkannya (HR Bukari dan Muslim).
4. Tidaklah seseorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang divonis tidak demikian (HR Bukhari).

Maksud baik mereka mungkin berdakwah atau berjihad tapi mereka tidak sadar bahwa tindakan mereka itu justru bisa memperburuk citra Islam dan bahkan menjadi penghalang antara Allah dan para hamba-Nya. Banyak orang yang awalnya tertarik dengan Islam kemudian menjauhi Islam, bukan karena mereka belajar dari ajaran Islam tapi dari perilaku dan ceramah-ceramah yang memberikan pemahaman yang keliru kepada masyarakat tentang Islam. Hanya karena salah dalam menyampaikan pesan-pesan agama, dakwah yang seharusnya bisa diresapi dan menyentuh hati manusia justru sebaliknya membuat orang lari dari agama. Kepada firaun saja yang kafirnya sudah melampaui batas, Tuhan masih menyuruh Musa untuk mendakwahinya dengan lemah lembut (QS. Thaha ayat 43-44).

Dakwah hanya menyampaikan kebenaran. Kita tidak bisa memaksa orang lain mengikuti agama kita, kelompok kita atau cara pemahaman kita dalam beragama. 
Allah Swt telah menegaskan bahwa perbedaan agama dan keyakinan itu sudah menjadi kehendak-Nya sehingga siapa pun selain-Nya tidak berhak memaksa orang lain dengan cara apapun untuk menganut dan meyakini agama atau keyakinannya.
Allah Swt berfirman; “Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (QS. Yunus ayat 99)

Agama pada hakekatnya diturunkan Tuhan kepada manusia adalah untuk mengingatkan akan adanya hari akhirat dimana semua manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala apa yang dilakukan selama di dunia. (QS. An-Nahl ayat 93). 
Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebajikan (QS. Al-Maidah ayat 48).

Penutup
Bahwa menjadi dai, penceramah agama adalah pekerjaan yang mulia karena mereka melanjutkan tugas para Nabi. Alquran bahkan mengatakan bahwa profesi terbaik di dunia ini adalah dai (pendakwah) karena mereka adalah kaum yang mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran (QS. Al imran ayat 110). 
Allah menjanjikan pahala yang sangat besar kepada manusia yang memilih jalan ini. Hati anda rusak kalau anda mengejar dunia dari profesi ini. Profesi ini hanyak layak untuk mereka yang memiliki hati yang bersih yaitu hati yang ikhlas dimana mereka hanya mengharapkan pahala dari Allah “aku tidak meminta upah dari engkau atas seruanku kepadamu tapi upahku adalah dari Allah swt. (surat Hud ayat 29).

Wallahu’alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya. Atas sisa pekerjaa

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejayaan mereka untuk memerintah dunia dari Yeruselem

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Salah satu perbedaan antara hukum Tuhan dengan Hukum buatan manusia adalah pada kepastian hukumnya. Hukum Tuhan tidak pernah berubah oleh zaman dan tidak ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya , ini berbeda dengan hukum buatan manusia yang sering terjadi konflik norma di dalamnya, sehingga membuka ruang manusia untuk menafsirkannya sesuka hati dan sesuai dengan kepentingan. Di dalam hukum Tuhan, kita tidak boleh menafsirkan ayat secara serampangan dan bebas, tapi ada petunjuk metodologi yang harus dipatuhi supaya kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan atas suatu makna. Di dalam alquran misalnya  kita tidak boleh mengambil satu ayat secara terpisah dan kemudian menyimpulkannya. Tapi ambillah semua ayat yang berkaitan dengan topik dan pelajari semua secara bersamaan  untuk mendapatkan makna yang menyeluruh. Makna yang harmonis, karena tidak ada sedikitpun kontradiksi dalam alquran. Misalnya di dalam Alquran