Ibadah yang kita lakukan adalah dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam hadis qudsi Allah berfirman, “Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya (HR. Bukhari)
Tapi saat ini karena tuntutan materialisme, banyak diantara kita beribadah sering bercampur dengan motif lain seperti menjalankan ibadah tertentu untuk mengejar kedudukan dan kekayaan bukan lagi semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita shalat dhuha supaya Tuhan meluaskan rezeki kita, kita umroh supaya karir dan dagangan kita semakin laris, kita membaca dizkir dengan jumlah tertentu setiap hari supaya Tuhan mengabulkan hajat kita. Boleh jadi dengan niat ibadah semacam tersebut apa yang kita harapkan akan dikabulkan oleh Tuhan tapi kita tidak akan mendapatkan kedekatan dengan Tuhan.
Repotnya kalau apa yang kita minta dari ibadah tersebut ternyata tidak terwujud akhirnya kita malas dan bahkan meninggalkan ibadah itu sendiri karena Kita berprasangka buruk kepada Tuhan bahwa Tuhan tidak mendengar doa kita sementara yang tidak shalat malah diberi kekayaan dan karir yang bagus. Inilah akibat dari tidak adanya makrifat dengan Tuhan.
Bahwa Tuhan tidak harus mengabulkan doa semua hamba-Nya tapi dia hanya memilihkan yang terbaik untuk hamba-Nya. Makrifat kepada Allah hanya akan diperoleh dengan ibadah yang tulus, ikhlas dan penghambaan secara total kepada Tuhan.
“sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barang siapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan (HR. Bukhari)
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar