Kita sering mendengar penceramah di televisi atau media sosial yang mengatakan bahwa umat Islam hanya bisa bersatu kalau kembali kepada Alquran dan sunnah (QS. An Nisa ayat 59).
Itu adalah himbauan yang baik dan tentunya harus didukung. Namun harus disadari bahwa bersatu dalam arti pemahaman kita akan alquran dan sunnah harus sama adalah tidak mungkin.
Sejak zaman Nabi saw, diantara para sahabat saja banyak terjadi perbedaan pendapat dalam masalah agama hanya saja itu semua bisa diselesaikan karena ada Nabi saw yang bisa menjawab semua permasalahan yang ada saat itu berdasarkan wahyu yang diterima dari Allah swt. Namun setelah Nabi saw wafat, maka perbedaan itu semakin banyak dan terus berlanjut sampai saat ini.
Dalam sejarahnya perbedaan pendapat dikalangan umat Islam telah melahirkan dua kelompok besar dalam Islam yaitu Suni dan Syiah yang masing-masing berpegang pada madzhabnya masing-masing. Di dalam suni ada empat mazhab besar yaitu, mazhab hanafi, mazhab hambali, Madzhab Syafii, dan mazhab Maliki sementara di dalam syiah ada mazhab jafari yang merujuk kepada Imam Syiah yaitu Imam Ja’far ash Shadiq (cicit Rasulullah).
Bahwa antara pendiri Madzhab suni dan syiah sebenarnya memiliki hubungan yang sangat dekat. Imam Abu Hanifah pendiri mazhab hanafi pernah berguru kepada Imam Ja’far ash Shadiq. Imam Abu Hanifah mengatakan “law la sanatan, lahalaka Nu’man (bila tidak ada dua tahun bersama ja’far, akan celakalah Nu’man). Imam Malik pendiri madzhab maliki berguru kepada Imam Abu Hanifah. Kepada Imam Malik berguru Imam Syafi’i. kepada Syafi’I berguru Imam Hambali.
Di dalam sejarah, walaupun diantara para pendiri madzhab itu ada perbedaan pandangan keagamaan dalam beberapa hal namun mereka saling menghargai dan tidak menganggap pendapatnya adalah yang paling benar. Imam syafii misalnya pernah mengatakan,” Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar.”
Hanya ulama yang memiliki kedalaman ilmu agama, berakhlak baik, dan ikhlas yang bisa menunjukkan sikap toleransi (tasamuh) kepada mereka yang memiliki mazhab yang berlainan.
Bahwa kita yang hidup pada saat ini menyaksikan ada banyak sekali kelompok keagamaan di dalam Islam yang semuanya menyakini berpegang kepada alquran dan sunnah Rasulullah. Ada Mu’tazilah, Syiah, Tarekat sufi, Deobandi, Jamaah Tabligh, Salafi, NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, LDII, Ahmadiyah dan sebagainya.
Bahwa oleh karena semua kelompok keagamaan itu mengklaim mereka berpegang kepada alquran dan sunnah maka tentunya kita tidak bisa memaksakan bahwa pemahaman kelompok kita saja yang paling sesuai dengan alquran dan sunnah. Kenapa ?
karena kita bukan Nabi yang menerima wahyu. Biarkanlah perbedaan itu kita serahkan kepada Allah swt sebagai hakim yang agung di akhirat nanti
“sesungguhnya TuhanMU Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya (QS. Sajdah ayat 25).
Imam Jafar As shadiq berkata, “jangan bertengkar dengan orang lain dalam agama kalian, biarkan orang lain karena orang lain juga mendapatkan pelajarannya dari orang lain. Mereka memiliki ulama sendiri, rujukan-rujukan sendiri dan sumber-sumber sendiri. Anda mengira dengan hanya berdebat dengannya seraya membawakan dalil dan argument, dia akan menerima. Mungkin dia menerima. Mungkin juga tidak. Jika dia tidak menerima, anda harus memaklumi keadaan.
inti pesan beliau adalah Anda harus bijaksana karena dibelahan dunia manapun anda hidup, disekeliling anda terdapat beragam agama dan madzab. Kedamaian hanya muncul apabila ada toleransi.
Jadi himbauan kembali kepada alquran dan sunnah adalah harus dimaknai dalam arti kembali kepada Allah dan Rasulullah saw. Kembali kepada alquran dan sunnah berarti kita harus bersatu dan tidak terpecah belah hanya karena perbedaan kelompok keagamaan. “berperang teguhlah engkau pada tali agama Allah (alquran) dan jangan berpecah belah (QS. Ali Imran ayat 103).
Kembali kepada Allah berarti bahwa Allah lah yang menjadi tujuan akhir hidup kita. Kita tidak membesarkan lagi jabatan, kedudukan, kekayaan, golongan, kelompok, madzhab bahkan diri kita sendiri. Kembali kepada Rasulullah adalah kita mulai mengikuti sunnahnya dalam cara makan, minum, ekonomi, bergaul dengan orang lain dan memperbanyak shalawat kepadanya (QS. Al Ahzab ayat 21)
Kembali kepada Alquran dan sunnah adalah berusaha untuk selalu membaca alquran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian maka semua umat Muhammad saw akan saling berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan dan itulah yang dikehendaki oleh alquran (QS. Al-Baqarah Ayat 148)
Siapa golongan yang selamat itu ?
Bahwa walaupun di dalam Islam sangat banyak muncul kelompok keagamaan dalam berbagai bentuk namun alquran tidak pernah menyebut bahwa hanya jamaah atau kelompok tertentu saja yang akan selamat dan masuk surga. Alquran dan hadis Nabi saw hanya menetapkan tolak ukur bagi para penghuni surga dan penghuni neraka dari amal perbuataan seseorang.
Apa ciri-ciri penghuni surga di dalam alquran itu ?
Kalau kita membuka alquran dan mempelajari ayat-ayatnya maka kita akan menemukan ciri-ciri penghuni surga diantara adalah Mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, membayar zakat infaq dan shadaqah (QS, Al Baqarah ayat 1-3), mereka yang khusyu dalam shalatnya, menjauhi perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, menjaga kemaluannya, memelihara amanat dan menepati janji (QS. Al Mu’minum ayat 1-8), orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, selalu berbuat baik, selalu bertobat (QS. Al Imran ayat 134-135).
Jadi yang menjadi dasar keselamatan seseorang adalah amal perbuatannya bukan dia bermadzhab syafii, hambali, maliki, hanafi, Jafari dan lain sebagainya. Bukan pula apakah dia dari kelompok suni, syiah, mu’tazilah, jamaah tabligh, salafi, NU, atau Muhammadiyah. Yang menjadi dasar keselamatan adalah bahwa orang itu mengamalkan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.
Walaupun anda suni, syiah, salafi atau mu’tazilah tapi selama anda durhaka kepada Allah dan rasulnya dengan tidak melaksanakan shalat, puasa, dan sering menyakiti orang lain maka anda adalah penghuni neraka.
Bahwa Kelompok, aliran, atau madzhab yang kita anut tidak menjamin keselamatan kita di akhirat nanti. Keselamatan kita di akhirat ditentukan oleh Iman dan amal shaleh yang kita kerjakan di dunia ini.
Jadi hati-hati dengan pemikiran dan pemahaman bahwa hanya jamaah atau kelompok sendiri saja yang benar dan selamat sementara kelompok diluar sana adalah tidak selamat. Semua muslim syiah, sunni dan madzhab apa saja adalah umat islam yang selamat karena bertauhid, yang semuanya mengatakan la ilaha illallah, Muhammad Rasulullah. Hadist Nabi “siapa mati dan menyakini kalimat tersebut maka dia masuk surga.
Semua umat Islam yang mengatakan “kami beriman kepada Allah, para malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya dan hari akhirat. Kami berikrar dua syahadat, mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa dan haji maka mereka semua selamat.
Namun yang memprihatinkan sampai saat ini adalah masih ada kelompok di dalam Islam yang berpaham takfiri, dimana mereka masih suka mengkafirkan kelompok Islam yang lain yang mereka anggap sesat menurut pemahaman mereka sendiri. Akibat pengkafiran tersebut mereka bahkan menghalalkan darah kaum muslimin.
Padahal kalau kita mau kembali kepada alquran dan sunnah maka tentunya kita dilarang untuk mengkafirkan satu sama lain.
Nabi saw berpidato dalam kutbah haji wada yang merupakan pesan beliau yang paling terakhir kepada kaum muslimin sebelum beliau meninggal dunia, “sesungguhnya kalian semua bersaudara oleh karena itu janganlah diantara kalian saling menumpahkan darah setelah aku tiada. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.
Rasulullah mengingatkan umat Islam untuk menjaga persaudaraan satu sama lain. Darah, harta, dan kehormatan kaum muslimini tidak boleh diganggu. Kita dilarang menghina, mencemooh dan meruntuhkan kehormatannya.
Nabi bersabda,”Melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya (HR Bukhari),
Nabi saw bersabda,:Tidaklah seseorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang divonis tidak demikian (HR Bukhari).
Nabi saw bersabda,”janganlah kalian kembali kafir, sehingga sebagian diantara kalian menyerang sebagian yang lain.
Namun mereka lupa kepada ajaran alquran dan pesan Nabi saw. Mereka yang berfaham takfiri ini biasanya menimpa pada orang yang tidak terbiasa hidup dalam alam pikiran yang berbeda ditambah lagi dengan wawasan yang sempit karena terbatasnya literatur keagamaan yang dia baca.
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar