Suatu ketika Abu Dzar mendatangi Rasulullah saw. dan meminta agar diberikan suatu jabatan kepadanya. Atas permintaan Abu Dzar itu, Rasulullah tersenyum dan menepuk-nepuk pundaknya dan kemudian berkata,” wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau seorang yang lemah dan jabatan itu adalah suatu amanah, dan sesungguhnya ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari kiamat kecuali yang menjalankannya dengan baik dan melaksanakan tanggung jawabnya (HR. Muslim).
Dulu banyak sahabat yang menghindar dari jabatan politik seperti Khalifah (Presiden), gubernur maupun qadhi (hakim) karena mereka selalu teringat dengan pesan Nabi saw mengenai beratnya beban dan tanggung jawab seorang pemimpin, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Lalu bagaimana dengan sekarang ?
Jabatan menjadi barang rebutan seperti anak kecil yang bertengkar memperebutkan mainan. Demi mendapatkan jabatan banyak yang rela berbohong dengan mengumbar janji-janji palsu padahal dia tahu janji-janji tersebut tidak akan bisa direalisasikannya. Demi menarik perhatian publik dia membuat-buat dirinya terlihat santun, teduh, sederhana dan merakyat untuk menimbulkan simpati agar dipilih dalam pemilu. Demi memperebutkan jabatan rela menghamburkan uang yang sangat besar padahal gaji yang diterima tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan jabatan itu.
Orang yang menganggap jabatan atau kekuasaan itu sebagai amanah maka mereka memperlakukannya sebagai beban dan peluang untuk berbakti bukan sebagai nikmat atau kehormatan apalagi sebagai kesempatan untuk menumpuk kekayaan
Lalu apakah tidak boleh meminta jabatan ?
Boleh, itu tidak masalah, yang bermasalah adalah anda tidak memiliki kapasitas ilmu dan leadership namun memaksakan diri untuk meminta jabatan, atau menginginkan jabatan dengan motif semata-mata untuk memperkaya diri sendiri. Nabi Yusuf pada masanya juga pernah meminta jabatan sebagai bendahara kerajaan mesir karena merasa memiliki pengetahuan tentang manajemen keuangan (QS. Yusuf ayat 54-56).
Bahkan salah seorang sahabat yang bernama Ustman bin Abu Al Ash juga pernah meminta jabatan kepada kepada Rasulullah untuk menjadi pemimpin bagi kaumnya dan disetujui oleh Nabi saw dengan bersabda,” engkau adalah pemimpin bagi mereka, perhatikanlah orang lemah diantara mereka, dan angkatlah seorang muadzin dan jangan upah dia karena adzannya (HR. Abu Daud).
Jadi masalah meminta dan berburu jabatan itu semua berpulang kepada niatnya masing-masing. Negara juga dalam keadaan bahaya apabila orang-orang yang jujur, cerdas dan memiliki kemampuan manajerial yang baik menghindar dari jabatan publik atau politik sementara jabatan itu akhirnya dipegang oleh orang-orang yang buruk akhlaknya yang kerjaannya hanya menggendutkan perutnya?
Komentar
Posting Komentar