MANUSIA BEBAS MENENTUKAN PILIHAN HIDUPNYA
Allah swt menciptakan manusia dalam keadaan merdeka dalam arti manusia bebas menentukan pilihannya. Konsep kebebasan manusia dalam arti bebas dalam memilih kehendaknya tentunya tidak sesuai dengan faham jabariyah yang menganggap bahwa manusia sudah ditentukan kehendaknya oleh Tuhan.
Menurut faham jabariyah, saya jadi presiden karena sudah ditakdirkan oleh Tuhan sejak zaman azali, terjadinya perang dunia 1 dan 2 dan Indonesia menjadi negara yang banyak hutang adalah karena sudah ditakdirkan. Anda miskin, menderita, dan si fulan kecelakaan itu adalah kehendak Tuhan.
Paham seperti ini tentunya sama dengan menuduh Tuhan telah berbuat tidak adil dan berlaku zalim kepada manusia apabila ada penderitaan di dunia ini. Paham jabariyah ini seharusnya ditinggalkan karena memang dalam sejarahnya faham ini dimunculkan oleh penguasa saat itu untuk melegitimasi kekuasannya yang menindas agar diterima oleh masyarakat.
Konsep tidak ada paksaan dalam beragama (QS. Al Imran ayat 56) adalah perwujudan dari hak kemerdekaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menentukan kebebasannya apakah akan menjadi hamba yang taat atau menjadi hamba yang durhaka.
Memaksa manusia untuk beragama apalagi dengan menggunakan kekuataan fisik adalah sama halnya dengan menggeser posisi manusia dari hamba Tuhan menjadi hamba manusia.
Adanya kebebasan yang diberikan ini membuat manusia tidak bisa lari dari pertanggungjawaban di akhirat nanti. Ketika manusia protes mengapa Dia dimasukkan ke dalam neraka maka protes itu tidak akan berguna sedikitpun. Bukanlah Allah telah memberikan kebebasan kepada manusia dan konsekuensi dari pilihannya itu, bahwa Pahala (surga) dijanjikan kepada mereka yang memilih berbuat taat dan ancaman siksa (neraka) diberikan kepada mereka yang memilih durhaka.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bercerita: “Ketika aku memasuki surga pada malam mi’raj, aku melihat malaikat sedang membangun rumah-rumah, sebagian dari emas dan Sebagian lain dari perak. Di sela-sela itu mereka terkadang berhenti bekerja. Aku bertanya kepada mereka, ‘mengapa sesekali kalian bekerja dan sesekali berhenti?’ mereka menjawab, ‘(kami berhenti) hingga datang bahan-bahan dari para pembangun rumah ini’. aku bertanya lagi, ‘apa yang kalian maksudkan dengan bahan-bahan itu?’ Mereka menjawa, ‘zikir orang beriman di dunia dengan ucapan subhanallah wa alhamdulillah wa la ilaha illa-Allah wa Allahu akbar. Setiap kalimat itu di ucapkan, kami membangun, dan setiap kali kalimat itu berhenti di ucapkan, kamipun berhenti membangun.
Dalam hadist lain dikatakan ”untuk setiap orang yang mengucapkan Subhanallah, Allah akan menanamkan sebuah pohon di Surga dan setiap orang yang mengucapkan Alhamdulillah, Allah akan menanamkan sebuah pohon di surga, dan setiap orang yang mengucapkan la ilaha illa-Allah, Allah menanamkan sebuah pohon di surga dan setiap orang yang mengucapkan Allahu akbar, Allah juga menanamkan sebuah pohon di surga. Maka bertanyalah seorang quraisy kepada Rasulullah SAW. ‘jadi, pohon kita di surga itu banyak?’
Rasulullah SAW menjawab. ‘Ya, tetapi waspadalah, jangan sampai kalian mengirim api kepadanya sehingga membakarnya hingga ke akar-akarnya. Maksudnya, sebagaimana kalian menanam pohon-pohon di surga dengan perbuatan-perbuatan di dunia, demikian pula perbuatan-perbuatan jelek kalian dapat menyalakan api untuk membakar semua kebaikan yang dengan susah payah kalian usahakan.
Allah swt mengingatkan kepada manusia “janganlah kalian merusakkan segala amal kalian (QS Muhammad ayat 33).
Bahwa adanya siksaan di neraka berupa Ular, kalajengking, air yang mendidih, makanan zaqum adalah semuanya tercipta akibat dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan manusia, begitupula dengan adanya bidadari, singgasana, dan kesenangan-kesenangan abadi di surga juga tercipta akibat ketakwaan dan amal-amal saleh manusia di dunia. semuanya adalah tergantung kepada pilihan manusia dalam menjalani hidupnya di dunia ini.
Jadi Tuhan membimbing atau menolak membimbing seseorang sesuai dengan pilihan dan kecenderungan orang itu.
Nabi saw bersabda “Ketika seseorang mendekati Tuhan dengan sehasta maka Tuhan akan mendekatinya dengan sedepa, jika seseorang datang kepadaNya dengan berjalan kaki maka Tuhan akan datang kepadanya dengan berlari (HR. Bukhari).
Jadi Kehendak Tuhan adalah tergantung kepada pilihan manusia. Ketika manusia mendekat kepada kebenaran, memilih jalan kebenaran maka Tuhan akan membimbingnya pada jalan itu. Sebaliknya apabila manusia berpaling dari kebenaran maka Tuhanpun akan memalingkannya dari kebenaran (QS. As saaf ayat 5).
Itulah makna “Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (QS. Ibrahim ayat 4).
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar