AGAMA DAN PEMIKIRAN KEAGAMAAN
Kitab suci Alquran diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw dan tersimpan di dalam dada Nabi Muhammad saw. Alquran itu kemudian oleh Nabi Muhammad saw disampaikan secara lisan dalam bahasa arab kepada sahabatnya untuk kemudian dihafal. Apabila ada pesan alquran yang tidak mereka pahami maka Nabi Muhammad saw menjelaskannya kepada mereka.
Namun setelah Nabi Muhammad saw wafat. Alquran itu kemudian ditulis dalam bahasa arab dialek suku arab Quraish yang disebut mushaf ustmani (padahal Nabi saw pada saat hidupnya menjelaskan alquran dalam 7 aksen berdasarkan suku-suku arab pada saat itu)
Disinilah kemudian terjadi pembacaan teks oleh ulama dalam usahanya menangkap pesan Tuhan dalam alquran. Muncullah kemudian yang disebut dengan tafsir alquran. Jadi Tafsir adalah pemahaman ulama akan teks alquran. Pemahaman ulama akan Teks alquran telah melahirkan puluhan bahkan ratusan literatur tafsir (interpretasi) sepanjang abad sejak kelahirannya hingga sekarang. Ada tafsir Ibnu Katsir, ada tafsir Jalallain, ada tafsir as-Suyuti, tafsir at-Thabari, tafsir Al Misbah yang ditulis Ust. Quraish Shihab dan sebagainya.
Penafsiran alquran itu disebut pemikiran keagamaan. Jadi harus dibedakan antara alquran dan penafsiran alquran. Alquran adalah suci (pasti benar) sedangkan penafsiran alquran tidaklah suci karena telah bercampur dengan pemikiran manusia yang boleh jadi bisa benar dan bisa salah dalam memahami pesan Tuhan dalam alquran.
Jadi terjadinya perbedaan pendapat di dalam Islam yang kemudian melahirkan banyak kelompok keagamaan, madzhab, sekte, organisasi yang mereka masing-masing merasa bangga dengan kelompoknya adalah karena adanya perbedaan pendapat para ulama Islam di dalam memahami teks di dalam alquran ataupun hadis.
Itulah mengapa saya kemudian menarik diri dan tidak bergabung dalam kelompok keagamaan manapun karena saya menganggap semua kelompok keagamaan adalah saudara saya di dalam Islam.
MELACAK PEMIKIRAN KEAGAMAAN DALAM ISLAM (2)
Kita harus membedakan antara Agama dan pemikiran keagamaan. Islam sebagai Agama berbeda dengan hasil pemikiran keislaman. Islam sebagai agama berasal dari Tuhan yang tertuang dalam Al Quran sedangkan pemikiran keislaman adalah hasil ijtihad manusia yang penuh kekurangan dan terikat oleh ruang dan waktu. Contoh pemikiran keislaman yaitu tafsir AL Quran, fiqih, kalam dan tasawuf.
---------------
Agama yang diturunkan oleh Tuhan kepada manusia adalah Islam (Kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa dan hari akhir yang dipadukan dengan amal saleh). Inti ajaran islam yang diturunkan oleh Tuhan adalah mengandung prinsip-prinsip moral atau akhlak. Akhlak inilah yang diajarkan oleh seluruh nabi dan Rasul utusan Tuhan mulai dari nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Yesus. pada zaman nabi Nuh, Ibrahim, musa dan Yesus ajaran moral kemanusiaan itu adalah di ajarkan dalam bentuk wasiat atau nasihat misalnya dilarang menyekutukan Tuhan, dilarang menyembah berhala, dilarang membunuh, dilarang menfitnah, berzina, jangan mencuri, dan berbuat baik kepada kedua orang tua. wasiat-wasiat tersebut kemudian di turunkan Kembali dalam bentuk wahyu (alquran) pada nabi Muhammad dan meningkat derajatnya menjadi sesuatu yang di haramkan jika di langgar. Itulah kemudian nabi Muhammad saw mengatakan bahwa Dia di utus adalah untuk menyempurnakan akhlak. Jadi ajaran moral atau akhlak ini adalah diajarkan secara bertahap dari Nabi Nuh dan terus disempurnakan pada masa Nabi terakhir yaitu Muhammad saw.
Ketika 83 hari sebelum Nabi Muhammad saw wafat, Malaikat Jibril yang menyamar dalam bentuk manusia mendatangi nabi saw dan para sahabat yang sedang duduk di Masjid dan menanyakan 5 pertanyaan yaitu apakah Iman, Islam dan Ihsan dan kemudian melanjutkan dengan pertanyaan kapan kiamat terjadi dan apa tanda-tandanya. Ketika malaikat Jibril selesai menanyakan pertanyaan dan dijawab oleh Nabi saw maka dia kemudian pergi dan Nabi saw mengatakan kepada para sahabat bahwa orang yang bertanya tadi adalah malaikat Jibril yang ingin mengajarkan agama kepada kalian.
Bahwa 5 (lima) pertanyaan malaikat Jibril kepada Nabi saw tersebut seolah-olah mengajarkan kepada umat Islam bahwa inti dari agama Islam adalah iman (Iman kepada Allah, malaikat, Kitab, Rasul, hari akhir, qada dan qadar) Islam (bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulnya, melaksanakan shalat, membayar zakat, puasa di bulan ramadhan dan melaksanakan haji bagi yang mampu), Ihsan (beribadah dimana seakan-akan melihat Allah atau Allah melihatnya) dan kemudian mempersiapkan diri menghadapi hari penghakiman (kiamat) dengan mempelajari apa saja tanda-tandanya yang akan terungkap dalam proses sejarah. Kelima topik ini sebenarnya yang mempersatukan umat Islam dalam pemikiran yang sama.
Namun dalam perkembangannya kemudian, ajaran agama Islam semakin berkembang melalui pemikiran para ulama yang kemudian melahirkan banyak disiplin keilmuan di dalam Islam seperti ilmu fiqh, ilmu tafsir alquran, ilmu tasawuf, ilmu filsafat dan ilmu Kalam.
Perkembangan keilmuan di dalam Islam tersebut tidak terlepas dari hasil pemahaman ulama dalam upaya memahami teks alquran dan hadis Nabi serta dalam bentuk pengalaman keagamaan. Karena merupakan hasil pemikiran keagamaan yang kebenarannya sangat relatif maka tentunya akan terjadi banyak perbedaan karena masing-masing ulama memiliki kecerdasan yang berbeda, banyaknya literatur buku yang mereka baca, dan lingkungan tempat mereka berinteraksi mempengaruhi tingkat pemahaman mereka dalam menafsirkan ajaran agama.
Jadi pada garis besarnya pemikiran keagamaan di dalam Islam dapat dipetakan menjadi 3 kelompok yaitu
- Pertama metode pemikiran yang menjadikan teks (nash wahyu al quran, hadits dan ijma) sebagai ukuran untuk menentukan kebenaran. Dari sini muncul ilmu tafsir alquran, dan ilmu fiqh.
- Kedua metode pengetahuan agama yang di peroleh secara langsung lewat pengalaman ruhani atau pengetahuan yang di peroleh melalui khasyf (penyingkapan) setelah melalui olah batin (riyadah) yang di lakukan atas dasar cinta. Dari sini muncul ilmu tasawuf
- Ketiga metode pemikiran yang bertumpuh pada rasionalitas karena adanya pengaruh dari logika Yunani yang masuk dalam ranah pemikiran islam. Pemikiran Aristoteles masuk kedalam pemikiran islam melalui para filsufi islam yang di bawa oleh al kindi, al farabi, ibnu sina dan ibnu rushd. Dari sini muncul ilmu kalam.
Nah dalam sejarahnya, pertarungan antar 3 (tiga) kelompok pemikiran keagamaan islam tersebut tidak terlepas dari persoalan politik umat islam sepanjang sejarah kekuasaan Islam. Dalam sejarah islam 3 (tiga) pemikiran keagamaan tersebut saling berbenturan satu sama lain misalnya perdebatan antagonistik antara fukaha (ahli fiqh) melawan ahli tasawuf, perdebatan fukaha melawan filsuf dan perdebatan filsuf melawan para sufi. Sewaktu Muhammad al ghozali muncul, ketiga pemikiran tersebut di atas di harmonisasikan menjadi satu kesatuan.
Memasuki abad ke 20, pasca runtuhnya kekhalifahan Islam akibat kemunduran politik Islam, banyak pemikir islam yang mempelajari barat mengatakan bahwa kita perlu menggunakan ilmu pengetahuan barat dalam study islam. Keungulan barat adalah karena berasal dari rasionalitasnya dan ini sejalan dengan Al Quran yang menganjurkan menggunakan akal. Salah satu metode barat yang perlu digunakan adalah hermenetika sebagai metode untuk mempelajari islam.
Namun pandangan yang ingin mempelajari islam dengan menggunakan rasionalitas ini mendapat penentangan dari kelompok yang menyebut dirinya salafi wahabi (kelompok yang ingin Kembali menerapkan Islam sebagaimana yang dipahami oleh para kaum salaf yaitu generasi sahabat, tabiin dan tabit tabiin).
Kaum salafi wahabi mengkritik pemikiran liberal yang dianggap mengambil pemikiran dari barat dalam menginterpretasi agama. Padahal tanpa mereka sadari ulama Islam dulu juga menggunakan logika dan qiyas yang lahir dari tradisi Yunani. Mereka menyebut istilah kaum liberal untuk menyebut para tokoh pemikir muslim yang dianggap berpikir nyeleneh karena terlalu menggunakan rasionalitasnya. Namun mereka sendiri tidak bisa menjelaskan pengertian istilah liberal itu beserta tipologinya. Padahal para tokoh pemikir muslim yang mereka sebut liberal itu sendiri menggunakan metode yang berbeda dalam memahami Islam.
Memang pemikiran di dalam dunia Islam tidak terlepas dari perkembangan pemikiran dari dunia arab, di mana pasca Kekalahan bangsa arab dalam perang melawan Israel tahun 1967 telah membangkitkan Kembali kritik di dalam diri. Ada yang ingin Kembali ke masa lampau seperti pada zaman awal islam dan Sebagian lagi ingin berkiblat ke barat dengan mengambil pemikiran barat yang dianggap dapat mendorong kemajuan islam.
Seorang pemikir Islam yang bernama Issa J Boullata telah membagi tipologi pemikiran Arab Islam menjadi tiga tipologi’ yaitu :
Pertama transformatif yaitu wacana yang menginginkan dunia arab lepas sama sekali dari tradisi masa lalunya karena tradisi masa lalu dianggap tidak lagi memadai bagi kehidupan arab kontemporer. Wacana ini menganjurkan agar berubah Haluan dan mengambil modernitas sebagai acuan utama kehidupan mereka. Pemikiran ini diwakili oleh kalangan Kristen yang berhaluan marxis seperti salamah musa, zaki najib mahmud.
Kedua, reformatif yaitu wacana yang menginginkan bersikap akomodatif dengan mereformasi tradisi yang selama ini ada. Menurut wacana ini, tradisi masih mempunyai nilai tawar yang tinggi bagi dunia arab, tentunya dengan merekonstruksi beberapa sisi tradisi, bukan malah dibabat habis karena tidak ada negara yang bangkit dari tradisi orang lain. Tokohnya adalah hasan Hanafi, Muhammad Arkoun, Muhammad Abid al jabiri.
Ketiga, idealistik yaitu wacana yang menginginkan agar dunia arab kembali kepada islam murni, khususnya aliran salaf dengan cara Kembali kepada alquran dan hadis. Wacana ini didasarkan pada asumsi bahwa kegagalan dunia arab saat ini disebabkan karena mereka meninggalkan alquran dan hadis dan mengambil secara total modernitas yang berasal dari dunia luar, bukan dari dunia Islam. Oleh karena itu satu-satunya jalan memajukan dunia arab adalah dengan Kembali Kembali kepada sumber asas islam (alquran dan hadis). Tokohnya adalah M. Ghazali, sayyid qutb, said hawwa dll.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ketiga pemikiran yang muncul di dalam dunia Islam ini tidak pernah saling bertemu dan bahkan saling bertentangan dan dari sinilah kemudian muncul istilah Islam Tradisional, Islam modernis, dan Islam fundamentalis.
Namun terlepas dari itu semua, salah satu yang paling mengkhawatirkan dalam pemikiran Islam adalah munculnya kelompok cendekiawan muslim yang berpikiran sekuler dan sedang bekerja keras mencoba untuk menafsirkan Kembali Islam untuk menyesuaikan diri dengan dunia modern yang sekuler dimana agama adalah masalah privat dan tidak boleh lagi dibawa di dalam ranah publik (negara).
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar