Langsung ke konten utama

FIQH ISLAM(Contoh kasus akibat fanatisme madzhab)

FIQH ISLAM
(Contoh kasus akibat fanatisme madzhab)

Di dalam sejarah Islam pasca Nabi saw wafat banyak terjadi perbedaan pendapat para ulama dalam memahami hukum-hukum agama. sampai periode Tabiin perbedaan terus berlanjut hingga muncul lebih dari 70 madzhab seperti Ibnu masud mempunyai madzhab tersendiri, demikian juga dengan ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair dan sebagainya. Namun pergolakan politik menumpas hampir semuanya dan yang tersisa hanya empat madzhab saja sebagaimana dikenal di kalangan ahlu sunnah yaitu Madzhab Maliki, Abu Hanifah, Syafii dan Hambali. 

Empat madzhab itu bisa berkembang menjadi besar karena mendapat dukungan dari penguasa. Saat ini Madzhab syiah bisa berkembang karena mendapat dukungan dari Negara Iran. Madzhab wahabi bisa berkembang dengan pesat karena mendapat sokongan dari Negara Arab Saudi.

Perbedaan pendapat di kalangan ulama di dalam memahami hukum-hukum agama adalah hal yang wajar. Hal ini karena masing-masing ulama memiliki kecerdasan yang berbeda,  banyaknya literatur buku yang mereka baca, dan kondisi lingkungan tempat mereka berada mempengaruhi pemahaman mereka dalam memahami alquran dan hadis.

Sebenarnya, selama suatu pendapat keagamaan atau fatwa itu berdasarkan kaidah keilmuan, tidak ada yang aneh. Bahkan ulama Imam Madzhab pun kadang pernah mengeluarkan fatwa aneh dan kontroversial, tapi itu tidak ada masalah.  kontroversi itu hal yang biasa, pendapat mayoritas ulama belum tentu benar, dan pendapat yang berbeda belum tentu salah. Sepanjang sejarah pemikiran Islam, para ulama biasa berbeda pendapat namun demikian mereka tetap saling menghargai dan menghormati pendapat masing-masing. 

Imam Syafii pendiri madzhab Syafii yang mayoritas dianut umat Islam Indonesia mengatakan,”Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar,”.

Ucapan Imam syafii diatas adalah sangat relevan dengan kisah nyata yang pernah diceritakan oleh seorang ulama yang Ketika itu mendapat pengaduan dari seorang laki-laki yang dipaksa untuk bercerai dengan istrinya yang sudah dinikahinya selama 10 tahun dan dikaruniai 3 orang anak karena dianggap satu susuan.

Inilah kisahnya 

Ada suatu negara di Afrika yang mayoritas rakyatnya menganut madzhab maliki sempat gempar dengan adanya perkawinan suami istri yang ternyata pernah satu susuan. Kisahnya berawal ketika dalam suatu pertemuan diceritakan tentang seorang suami Istri. Seorang wanita tua yang kebetulan ada disitu mendengar perkawinan suami istri itu terkejut dan mengatakan bahwa dua suami istri tersebut sebenarnya pernah menyusu darinya. Kesimpulannya mereka telah menjadi kakak adik dari satu ibu susu. Padahal perkawinan mereka sudah berlangsung 10 tahun dan telah membuahkan 3 orang anak

Singkat cerita Ayah si perempuan mengakui bahwa anaknya pernah menyusu dari ibu susu yang terkenal ini, sebagaimana Ayah si lelaki ini juga menyaksikan kebenaran kata-kata si ibu tua ini.

Kejadian ini hampir membuat terjadi perang suku karena masing-masing pihak melemparkan kesalahan pada pihak lain. Sementara si perempuan itu karena stress ingin bunuh diri. Akhirnya mereka sepakat untuk menanyakan masalah ini kepada para alim ulama untuk mencari jalan keluar.

Karena mayoritas ulama di negara tersebut menganut madzhab maliki maka semua jawaban yang mereka terima adalah perkawinan tersebut adalah haram dan suami istri wajib dipisahkan seumur hidup. Mereka juga wajib membayar fidyah dengan membebaskan hamba sahaya atau puasa dua bulan berturut-turut.

Bahwa dari pengakuan ayah mereka yang menyaksikan sendiri dan dibenarkan oleh ibu susu ini sebenarnya si istri itu sempat menyusu 2 atau 3 kali kepada ibu susu mereka namun karena madzhab maliki menghukumkan muhrim pada setiap anak susuan walau sekedar satu tetes sekalipun,  berdasarkan pendapat Imam malik yang mengkiaskan air susu dengan arak. 

Dalam hukum arak dikatakan,”jika banyaknya memabukkan maka sedikitnya juga haram. Dengan itu maka menyusui walau setetes sekalipun adalah berhukum muhrim.

Akhirnya mereka membawa permasalahan ini kepada seorang ulama yang ahli dalam perbandingan madzhab dan akhirnya masalahnya bisa selesai.

Pendapatnya adalah Menurut Imam Ali Bin Abi Thalib, pada dasarnya seorang dihukum muhrimkan jika si bayi menyusu sebanyak 15 kali dengan kenyang dan berturut-turut atau sehingga menumbuhkan daging dan tulang.

Lalu di dalam kitab hadis bukhari dan muslim disebutkan bahwa aisyah berkata,” Rasulullah wafat dan tidak menjatuh muhrimkan (kakak adik) susu melainkan setelah lima susuan atau lebih.

Lalu pendapat Syaikh Al Azhar Mahmud Syaltut dimana beliau menjelaskan ada perbedaan pendapat para imam fiqh tentang perkara susu menyusu ini. Ada sebagian pendapat mengatakan bahwa ia akan jatuh muhrim setelah 15 kali susuan, pendapat lain mengatakan setelah tujuh kali susuan, pendapat berikutnya diatas lima kali susuan.

Hanya imam malik yang menyalahi nas dan menjatuh-muhrimkan walau satu tetes sekalipun.

kemudian syekh Syaltut berkata, aku condong pada pendapat yang tengah yaitu tujuh kali susuan lebih.

Akhirnya Mufti di negara afrika tersebut mengatakan bahwa suami istri itu tetap sah perkawinannya karena hanya menyusu 2 atau 3 kali saja.

Pelajaran dari kisah diatas adalah bahwa Ketika kita menghadapi suatu permasalahan yang rumit dalam hukum-hukum agama maka kita perlu mendengar banyak pendapat ulama dan kemudian mengambil mana pendapat itu yang paling kuat. Kebenaran biasanya bisa ditandai dimana akal dan hati kita selaras dan tenang menerimanya.
Demikian.
Wallahu’alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kew...

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejay...

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Salah satu perbedaan antara hukum Tuhan dengan Hukum buatan manusia adalah pada kepastian hukumnya. Hukum Tuhan tidak pernah berubah oleh zaman dan tidak ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya , ini berbeda dengan hukum buatan manusia yang sering terjadi konflik norma di dalamnya, sehingga membuka ruang manusia untuk menafsirkannya sesuka hati dan sesuai dengan kepentingan. Di dalam hukum Tuhan, kita tidak boleh menafsirkan ayat secara serampangan dan bebas, tapi ada petunjuk metodologi yang harus dipatuhi supaya kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan atas suatu makna. Di dalam alquran misalnya  kita tidak boleh mengambil satu ayat secara terpisah dan kemudian menyimpulkannya. Tapi ambillah semua ayat yang berkaitan dengan topik dan pelajari semua secara bersamaan  untuk mendapatkan makna yang menyeluruh. Makna yang harmonis, karena tidak ada sedikitpun kontradiksi dalam alquran. Misalnya di dala...