BOLEHKAH PEREMPUAN MENJADI PEMIMPIN PEMERINTAHAN
Bahwa berkat revolusi emansipasi Wanita modern yang tumbuh dan berkembang di barat yang kemudian menginspirasi banyak wanita di berbagai negara di dunia, maka saat ini wanita dan laki-laki telah memiliki kedudukan yang sama di dalam pemerintahan.
Banyak Wanita di berbagai negara yang telah menjadi Presiden, Perdana Menteri, dan menjabat di berbagai pos pemerintahan. Di Indonesia sendiri sudah pernah ada presiden Wanita. Bahkan sekarang ini tidak sedikit Wanita yang menjadi menteri, Gubernur dan Bupati serta memimpin berbagai kementerian, Lembaga, instansi dan dinas.
Bahwa banyaknya Wanita Islam yang berkiprah di pemerintahan tidak terlepas dari adanya pendapat ulama yang membolehkan Wanita menjadi pemimpin. Ulama yang berpendapat bahwa wanita boleh menjadi pemimpin pemerintahan adalah karena menurut mereka tidak ada dalil dari alquran yang melarang Wanita menjadi pemimpin bahkan menurut mereka justru alquran membolehkan perempuan menjadi pemimpin.
Diantara Dalil alquran yang dijadikan dasar adalah pertama, bahwa perempuan dan laki-laki adalah setara derajatnya di hadapan Allah (QS. al-Hujurat ayat 13), (QS. an-Nahl ayat 97),
Kedua, perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi (QS. an-Nisa ayat 124), (Q.S. an-Nahl ayat 97).
Dan ketiga Perempuan dan laki-laki sama-sama diperintah Allah untuk berbuat kebajikan (QS. at-Taubah ayat 71).
Sedangkan terkait adanya dalil di dalam hadis yang melarang perempuan menjadi pemimpin, maka menurut mereka karena terjadinya perkembangan zaman dan perubahan di dalam masyarakat maka tentunya keadaan juga berubah.
Menurut mereka “perubahan hukum bisa terjadi karena perubahan waktu dan tempat.
https://ibtimes.id/perempuan-boleh-menjadi-pemimpin-tidak-ada-dalil-melarang)
Tampaknya mayoritas ulama Islam sudah tidak mempermasalahkan mengenai kepemimpinan Wanita di dalam pemerintahan. Bahkan MUI sendiri tidak pernah mengeluarkan fatwa tentang larangan perempuan menjadi pemimpin, yang artinya karena tidak dilarang berarti boleh.
(news.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/17/170321-mui-tak-pernah-larang-pemimpin-wanita)
Benarkah Wanita boleh menjadi pemimpin pemerintahan ?
Sebelum menjawab perlu dijelaskan sedikit bahwa Pendapat tentang hukum-hukum agama disebut Ijtihad. Pendapat yang membolehkan ataupun melarang Wanita menjadi pemimpin adalah Ijtihad. Ijtihad merupakan pemikiran keagamaan yang bertujuan untuk merespon fenomena baru yang berkembang di dalam masyarakat berdasarkan panduan di dalam alquran dan hadis. pemikiran keagamaan tidaklah suci, yang suci hanyalah alquran. Namanya pemikiran keagamaan maka boleh jadi benar dan bisa jadi salah.
Kami setelah melakukan sedikit riset/penelitian tentang kepemimpinan perempuan di dalam pemerintahan berdasarkan petunjuk yang ada di dalam alquran dan hadis maka kami memilih untuk mengikuti pendapat dari sedikit ulama yang menyatakan bahwa kepemimpinan hanya ada di tangan laki-laki.
Terkait kepemimpinan pemerintahan, Islam menegaskan bahwa pemimpin selalu adalah laki-laki dan tidak pernah perempuan (QS. An Nisa ayat 34)
Alquran di dalam setiap ayatnya Ketika menyebut istilah imam yang berarti pemimpin yang memerintah, mengatur maka selalu merujuk pada laki-laki dan tidak pernah perempuan (QS. Al furqan ayat 74)
Ketika Nabi saw mengetahui bahwa bangsa Persia telah memilih putri kaisar mereka sebagai pemimpin baru mereka, Dia menyatakan “tidak ada bangsa sukses yang memilih Wanita sebagai pemimpin mereka (HR. Bukhari, Nazai, Tirmidzi, Ahmad)
Bahwa Ketika Nabi sulaeman as mengetahui ada seorang pemimpim perempuan yang memerintah di negeri saba (Ratu Balqis) maka beliau segera mengirim surat dan memerintahkan agar ratu Balqis tunduk dan menyerahkan singgasananya kepadanya. Tidak ada penjelasan lain dari Tindakan Nabi sulaeman tersebut kecuali karena Nabi sulaeman tidak mentolerir seorang Wanita memimpin bangsa atau negara.
Mungkin kita akan bertanya pada diri kita sendiri :
Mengapa semua Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada manusia (seluruhnya 124.000) semuanya tanpa pengecualian adalah laki-laki.
Mengapa Allah swt hanya memilih seorang laki-laki menjadi Nabi dan Rasulnya dan tidak pernah perempuan,
Mengapa Nabi saw menetapkan dua ekor kambing untuk dikurbankan sebagai ucapan syukur atas kelahiran bayi laki-laki, sedangkan hanya satu yang harus disembelih untuk kelahiran bayi perempuan,
Mengapa Nabi saw memerintahkan laki-laki untuk menempati barisan depan masjid sedangkan perempuan menempati barisan belakang masjid dibelakang laki-laki, sehingga tidak mungkin bagi seorang perempuan untuk memimpin laki-laki dalam shalat
Mari kita hilangkan dulu gagasan bahwa laki-laki lebih tinggi secara intelektual, moral atau spiritual daripada perempuan. Nabi saw menepis mitos dan kebohongan itu dengan menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara di hadapan Allah
Alquran mengatakan “laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS. Al Ahzab ayat 35)
Nabi saw juga menyatakan bahwa seluruh umat manusia (laki-laki dan perempuan) akan berdiri di hadapan Allah pada hari akhir setara di pandangannya seperti gerigi sisir.
Islam bahkan mengangkat derajat perempuan sampai pada status yang tinggi. Nabi saw mengatakan “bahwa surga berada di telapak kaki Ibu” yang menuntut anak-anaknya memuliakan ibunya tiga kali lipat dibanding ayahnya.
Bahwa Islam menempatkan laki-laki sebagai pemimpin adalah merupakan bimbingan Illahi kepada manusia sebagai bagian daripada kebijaksanaannya. Allah lebih mengetahui sedangkan manusia lebih banyak tidak mengetahui hikmah dibalik semua penciptaannya.
Masalah siapa yang akan anda pilih sebagai pemimpin (dalam pemilu) itu adalah urusan anda.
Alquran hanya mengingatkan bahwa Pada hari Kiamat nanti manusia akan dihadapkan kepada Allah swt untuk meminta pertanggungjawaban dari setiap manusia berkaitan dengan apa yang telah dikerjakannya di dunia. Mereka akan dipanggil bersama dengan pemimpin mereka.
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya, dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar (QS. [al-Isrâ ayat 71-72).
Apa yang terjadi saat itu Ketika anda berdiri dibelakang perempuan yang pernah anda pilih sebagai pemimpin sedangkan sewaktu di dunia anda berdiri dihadapan mereka Ketika shalat.
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar