TAKDIR,
ANTARA KEBEBASAN DAN KETETAPAN
Adanya larangan shalat Jumat dan shalat berjamaah di masjid untuk
menghindari penyebaran covid 19 membuat umat Islam gundah. Sudah sebulan lebih mereka
tidak melaksanakan shalat jumat dan shalat berjamaan di masjid. Ada sebagian yang
ngotot tetap shalat berjamaah di masjid karena menyakini bahwa kematian sudah
ditentukan atau ditakdirkan oleh Allah, Jadi kenapa mesti takut dengan virus corona ini.
Namun tindakan mereka yang tetap shalat berjamaan di masjid ini dianggap
tidak memahami ajaran agama Islam dan tidak taat melaksanakan anjuran
pemerintah dan ulama (QS.An Nisa ayat 59).
Bahwa ulama menganjurkan untuk sementara waktu tidak shalat jumat
dan shalat berjamaan di masjid adalah demi keselamatan diri sendiri dan orang
lain. Manusia tidak boleh pasrah begitu saja tapi harus berikhtiar untuk
menghindari sesuatu yang membahayakan jiwa. Dalil yang sering dijadikan
sandaran diantaranya adalah Kisah umar bin Khattab yang membatalkan niatnya
memasuki daerah yang saat itu dilanda wabah dan memilih pulang kembali ke
madinah. seorang sahabat bertanya, apakah pulang ini berarti lari dari takdir
Allah ?
Khalifah Umar menjawab,” Kita lari dari takdir Allah menuju
takdir yang lain, itu juga ketetapan Allah.
APAKAH TAKDIR
ITU
Adanya Persoalan mengenai larangan shalat jumat dan shalat
berjamaan di masjid demi keselamatan jiwa karena covid 19, mengingatkan kita
kembali mengenai polemik tentang apa
sebenarnya itu takdir.
Persoalan takdir ini sejak lama menimbulkan perdebatan di
kalangan para ulama Islam TAK TERKECUALI pemikir dunia lainnya dari kalangan
agama lain.
Dalam sejarah Islam pembahasan tentang takdir memunculkan paham Qadariyyah dan paham Jabariyyah.
Paham Qadariyyah berkata
bahwa manusia itu bebas menentukan dirinya sendiri ….barang siapa menghendaki
(beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah
dia kafir ..(Qs. Al Kahfi ayat 29).
Kebebasan di sini adalah bebas secara akhlak.
Jika kalian sedang memelihara kambing, kemana anda akan membawa
kambing anda? Apakah pada hamparan tanah yang subur penuh rerumputan atau pada
hamparan tanah kering kerontang? Itu ada pada pilihan anda, pada kebebasan
kehendak yang dianugerahkan Allah pada anda. Jika anda membawa kambing anda
pada hamparan rumput yang subur maka takdirnya kambing anda akan sehat dan
gemuk tapi sebaliknya apabila anda membawa kambing anda pada hamparan tanah
yang kering yang tidak ada rumput yang bisa di makan maka takdirnya kambing anda
akan kelaparan dan bisa jadi mati.
Anda mau jadi orang baik atau penjahat tergantung diri anda
sendiri. Mau jadi orang beriman atau kafir itu terserah anda. Ini menurut paham
Qadarriyah.
Sementara itu paham Jabariyyah berkata
bahwa manusia itu berada di bawah ketetapan – dimana manusia tidak bebas dalam
menentukan kehendaknya.
Alquran mengatakan ,”Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa
kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami (QS.At taubah ayat 51).
Apabila ajal kalian sudah tiba, maka kalian tidak bisa
menghindarinya. Anda tidak bisa memajukan atau memundurkan ajal anda karena
Allah sudah menentukan ajal kematian masing-masing manusia (QS. Al A’raf ayat
34)
Dunia jasmani adalah dunia ketetapan. Anda lahir sebagai laki-laki,
wanita, berkulit hitam, putih, coklat, kaya miskin, dan kapan waktunya anda
mati. Itu adalah ketetapan darinya.
Tapi dalam hal tertentu Islam berkata bahwa manusia bisa merubah
takdir yang sudah ditetapkan Allah melalui kebebasan berkehendak yang
dianugerahkanNya kepada manusia.
ini adalah paham Ahlul-sunnah
wal al-jama’ah yang berada di tengah-tengah diantara keduanya yaitu
antara kebebasan dan ketetapan. Alquran mengatakan :
Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di
sisiNya terdapat ummul kitab -lauh mahfuz (QS. Ar Rad ayat 39).
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga
kaum itu merubah diri mereka sendiri (QS. Ar Rad ayat 11).
Anda terlahir miskin, tapi anda bisa merubah nasib anda menjadi
kaya melalui usaha yang anda lakukan. Anda juga bisa menghindari takdir yang
buruk yang akan menimpa anda dengan doa tulus yang anda panjatkan ,”tidak ada
yang dapat menolak takdir ketentuan Allah selain doa (HR. Tirmidzi).
MANUSIA TIDAK
TAHU MASA DEPAN DAN BAGAIMANA TAKDIRNYA.
Oleh karena itu Semua manusia memiliki keinginan yang kuat untuk
menghindari kegagalan dan mencapai kesuksesan, untuk menghindari rasa sakit dan
mencapai kebahagiaan. Itulah mengapa dia berdoa… Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka
(QS. Al Baqarah ayat 201)
Tujuannya berdoa tentunya untuk mendapatkan takdir yang baik. Takdir
yang sudah terjadi atau belum terjadi. Takdir
itu adalah rahasiaNya. Manusia tidak tahu masa depan. manusia hanya berusaha
melalui kebebasan berkehendak yang dianugerahkan kepadanya.
Di dalam Kebebasan kehendak itu terkandung motif atau niat di
dalamnya. Motif itulah yang menentukan akhlak anda baik atau tidak baik.
Anda miskin tapi bisa menjadi kaya kalau anda berusaha menjadi
kaya, tapi meski demikian walaupun anda berusaha, tidak menjamin anda bakal kaya
karena itu semua adalah kehendakNya. Dia tidak menghendaki anda kaya karena
kasih sayangnya kepada anda, karena boleh jadi kalau anda kaya anda malah
menjauh dariNya.
Manusia hanya dituntut perlu berusaha, sisanya berada di tangan Allah.
Boleh jadi ketetapan Allah anda menjadi orang kaya namun anda
diberi kebebasan kehendak mau digunakan untuk apa kekayaan itu, apakah untuk
bermaksiat kepadaNya atau untuk ketaatan. Motif atau niat itu menentukan
pilihan anda.
Manusia hanya melakukan apa yang dia kehendaki dan Tuhan Yang
Maha Kuasa yang akan menilai perbuatannya menurut motif atau niat yang dia
punya. Motif menentukan tindakannya baik atau buruk.
Dan Inilah yang
dikatakan oleh Nabi saw” segala sesuatu tergantung niatnya dan orang
mendapatkan sesuai dengan niatnya (HR. Bukhari muslim)
“Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap
di kampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya
kecuali apa yang Allah swt tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid (HR.
Bukhari dan Ahmad).
Dia mati syahid karena niatnya bersabar tetap tinggal di
kampungnya dan tidak keluar menyelamatkan diri walaupun wabah melanda
kampungnya.
Jadi janganlah menyalahkan takdir yang anda tidak sepenuhnya
memahaminya karena takdir adalah sebagian rahasia-Nya yang tidak diketahui oleh
manusia. Yang perlu dilakukan oleh manusia adalah memperbaiki motif atau
niatnya, mengapa ?
karena Tuhan yang maha kuasa mengadili manusia berdasarkan motif
atau niat yang terkandung di dalam hatinya. Motif atau niat itulah yang akan
ditimbang pada Hari Perhitungan kelak.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar