Hampir sebagian besar manusia di dunia ini menginginkan hidupnya bahagia dalam arti apa saja yang dia inginkan bisa dia raih. Namun ternyata tidak semua yang apa yang di angan-angankan itu terwujud dalam kenyataan malah yang dia dapatkan justru adalah sebaliknya.
Agama menuntun kita sebagai manusia agar menyadari hakikat sesungguhnya dunia ini bahwa dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat sangatlah tidak berarti. Kebahagiaan yang utama itu adanya di akhirat bukan di dunia ini.
Nabi saw bersabda,” Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut (HR. Muslim No. 2868).
Nabi saw juga bersabda,” tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, atau penyakit atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, atau kesusahan, bahkan duri yang melukainya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya karenanya (HR. Bukhari).
Kalau saat ini kita merasa diri kita belum bahagia, masih susah dan sebagainya maka janganlah terlalu bersedih hati karena kalau kita sabar, tetap beribadah dan berserah diri kepada Tuhan maka semua penderitaan dan kesusahan itu justru adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat kita.
Jadi tidak usah sedih kalau kita masih miskin karena kemiskinan tidak membuat kita hina dan tidak perlu juga terlalu gembira karena kaya karena kekayaan tidak menjamin kita bahagia dan mulia.
Nabi-nabi dan orang-orang yang mengikuti jejaknya adalah mereka yang paling dekat dengan Allah tapi hampir sebagian besar dari mereka hidupnya justru miskin secara materi artinya kebahagiaan itu bukan diukur dari materi berlimpah tapi kebahagiaan itu soal hati.
Tuhan akan membuat hatii anda bahagia selama anda memiliki kedekatan dengan Tuhan.
Wallahu’alam bisshawab
Komentar
Posting Komentar