Ada yang bertanya mengapa Tuhan menciptakan manusia itu berbeda-beda nasibnya. Ada yang lahir cacat sementara yang lain tidak. Mengapa ada orang-orang miskin yang kelaparan sementara di tempat lain banyak yang kekenyangan, mengapa ada orang yang hidupnya sengsara terus padahal mereka bukan orang jahat, sementara ditempat lain banyak orang yang tidak beribadah kepada Tuhan bahkan berbuat jahat tapi mereka itu kaya raya, sehat dan hartanya terus bertambah, dimana letak keadilan Tuhan, dimana kasih sayang Tuhan ?
Pertanyaan diatas sering dibahas dalam topik diskusi filsafat, tapi karena filsafat lebih banyak menjawab dengan nalar maka jawaban yang diberikan sering tidak memuaskan akal dan jiwa kita. Nah agama melalui bimbingan wahyu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan oleh banyak manusia tersebut. Lalu apa jawaban agama atas pertanyaan itu ?
Jawabannya adalah bahwa keburukan dan kebaikan, kemiskinan dan kekayaan, kesenangan dan kesusahan yang diterima oleh manusia di dunia ini adalah ujian.
Boleh jadi anda akan mengira Tuhan tidak adil ketika anda melihat banyak ketimpangan yang terjadi di dunia ini tapi asumsi negatif itu akan hilang dengan sendirinya manakala kita sadar bahwa Tuhan menjanjikan adanya hari akhirat. Disana semua kebaikan dan keburukan akan dibalas dengan ganjaran yang berlipat ganda. Disanalah baru keadilan akan ditegakkan setegak-tegaknya bukan di dunia ini. Di dunia ini boleh jadi manusia bisa lolos dari kejahatan yang dilakukannya tapi tidak di akhirat.
Kalau anda membaca tuntunan agama dengan baik maka anda akan bisa memahami bahwa orang-orang yang diuji dengan ujian yang berat itu pada umumnya adalah orang-orang yang justru dicintai Tuhan dan Tuhan ingin meninggikan derajatnya dengan ujian itu.
Nabi saw bersabda,” manusia yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian disusul oleh orang-orang yang meniru mereka. Seseorang itu diuji menurut ukuran kadar agamanya. Jika agamanya kuat maka cobaannya pun besar. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi tanpa tertimpa kesalahan lagi (HR. Tirmidzi)
Jadi jangan lagi kita berpikir bahwa kesusahan atau kesengsaraan yang menimpa seseorang itu tanda bahwa Tuhan menghinakan dia atau sebaliknya kesenangan dan kesuksesan yang dimiliki oleh seseorang itu sebagai tanda bahwa Tuhan memuliakan dia. Hidup susah bukan berarti Tuhan marah. Hidup lapang belum tentu Tuhan senang.
Banyak rahasia dibalik ujian yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia yang hikmahnya boleh jadi baru terungkap setelah beberapa waktu kemudian atau bahkan setelah manusia dibangkitkan di akhirat nanti.
Wallahu’alam bisshawab
Komentar
Posting Komentar