HARMONI DENGAN ALAM DAN SESAMA MANUSIA
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) – QS. Ar-Rum ayat 41
------------
Pada hakekatnya semua yang ada di alam semesta ini apakah itu manusia, hewan, gunung, Sungai, Samudra, pohon-pohonan dan sebagainya adalah satu keluarga besar semesta. Hal ini karena semuanya berasal dari Tuhan Pencipta alam semesta ini. mereka yang harmonis dengan sesama manusia, sesama makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan karena merasa dirinya satu keluarga semesta akan mudah mendapatkan kebahagiaan.
Keharmonisan adalah kunci dasar tumbuhnya benih kebahagiaan bagi batin manusia sebagai makhluk sosial. Mereka yang harmonis dengan sesama manusia maka akan saling tolong menolong, dan mereka yang harmonis dengan alam semesta akan bersikap baik dengan alam apakah itu hewan, Sungai, laut, gunung dan pohon-pohonan.
Mengapa kita harus harmonis dengan alam ?
Karena alam adalah pelindung bagi manusia. Tanpa ada gunung yang mengeluarkan lahar yang menyuburkan lapisan tanah maka manusia tidak akan mendapatkan makanan yang berasal dari tanaman yang tumbuh subur diatasnya. Tanpa ada hutan yang lebat maka pulau akan kehabisan air dan menjadi kekeringan. Tanpa hutan yang lebat maka manusia tidak akan memiliki danau yang menyimpan Cadangan air bagi kehidupan. Bukankah setiap helai daun di hutan itu akan menghasilkan tetesan-tetesan air dari kabut dingin yang berhasil ditahannya dan seluruh tetesan air itu kemudian akan terkumpul menjadi air danau. Pohon-pohon besar yang ada di hutan itu juga akan memberikan oksigen dan udara bersih untuk manusia hirup sebagai sumber energi. Pohon besar itu juga menjaga gunung dan tanah agar tidak longsor menciptakan bencana bagi kehidupan.
Jadi manusia harus menjaga hutan, gunung dan pohon-pohon besar karena merekalah yang menyediakan air, makanan, kesuburan dan oksigen bagi kehidupan manusia. Karena semua alasan itulah maka nenek moyang kita dahulu, bahkan suku-suku pedalaman yang kita anggap terbelakang itu, telah mengajari kita untuk menghormati gunung, hutan, pohon-pohon besar dan segala yang ada di dalamnya. Bukan semata-mata berkaitan dengan adanya makhluk-makhluk gaib tapi karena fungsi gunung, hutan dan pohon-pohon besar itu sangat besar dan penting bagi kehidupan manusia. Para leluhur kita tidak mengajarkan kita untuk memujanya melainkan untuk menghormati dan berterima kasih pada mereka dengan cara melindungi pohon dan hutan itu.
Tapi saat ini di berbagai tempat dibelahan muka bumi ini, manusia telah memperlakukan hutan dengan pohon-pohon besarnya secara tidak beradab. Atas nama Pembangunan dan kesejahteraan, manusia dengan penuh kerakusan terus menerus menebang pohon-pohon tua dan besar di hutan-hutan pegunungan. Mereka juga melakukan penambangan dimana-mana dengan merusak lingkungan sekitarnya, mencemari Sungai-sungai dengan buangan limbah kimia.
Apa yang terjadi kemudian ?
Alam membalas apa yang dilakukan padanya dengan memberikan berbagai macam bencana kepada manusia. Bumi semakin memanas, permukaan air laut meningkat, hujan tak lagi turun sesuai musimnya, tanah longsor terjadi di banyak tempat karena hutannya digunduli dan batu-batu besarnya diambil dan dihancurin.
Sekarang ini di berbagai tempat di wilayah Indonesia, hampir setiap tahun terjadi bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, kekeringan, tanah longsor dan sebagainya. Tidak sedikit korban jiwa dan harta akibat peristiwa tersebut. Di saat musim hujan datang maka curah hujan dalam waktu singkat pun dapat menyebabkan banjir. Ini semua disebabkan karena ulah manusia yang tidak menghiraukan lagi keseimbangan alam.
Manusia tidak lagi harmoni dengan alam sehingga alam tidak lagi bersahabat dengan manusia.. Manusia juga tidak lagi harmoni dengan sesamanya sehingga terjadi banyak konflik. Dengan kawan tidak harmonis, dengan lawan mereka bermusuhan. Maka tidak heran apabila pertengkaran, pertikaian terus terjadi bahkan dengan sesama keluarga. Sifat manusia yang terburuk adalah kesombongan dan keangkuhan. Sifat ini terwujud dalam bentuk merasa paling pintar, paling tahu segalanya, paling kaya, dan paling berkuasa. Itu semua adalah ego yang mendorong manusia sehingga terjadi banyak konflik dan permusuhan.
Ego yang tidak dikendalikan adalah sangat berbahaya. Maka kita perlu belajar mengenali dan melatih diri agar bisa mengendalikannya. Hati-hatilah dengan segala pikiran, ucapan, sikap dan tindakan kita di kehidupan ini. kata-kata penuh kebohongan, ketidakjujuran, caci maki ataupun kata-kata buruk dan menyakiti hati orang lain akan Kembali kepada diri kita sendiri. Maka taburlah benih-benih yang baik melalui pikiran, ucapan, sikap dan Tindakan kita. Kalau kita selalu berusaha menanam benih yang baik maka kelak kita akan memetic buah dari apa yang pernah kita tanam itu.
Alam telah mengajarkan bahwa apabila manusia ini memiliki kerendahan hati, saling tolong menolong dan saling bersikap baik dengan sesama mereka, maka hidup mereka akan lebih harmonis dan bahagia. Sifat batin yang penuh hormat kepada semua orang akan menjaga kita dari niat buruk pada orang lain. Bukankah seorang petani yang batinnya terang bisa lebih terhormat di mata semesta dibanding seorang raja yang batinnya gelap.
Alam juga mengajarkan banyak kebijaksanaan kepada manusia yang mau mengamati dan mempelajari apa yang terjadi di dalamnya.
Lihatlah semut. bagaimana semut ini bekerja keras di musim kemarau untuk mengumpulkan bahan makanan, agar di musim hujan mereka bisa tetap hidup dengan Cadangan makanan yang telah mereka kumpulkan itu. Dengan ini alam sedang mengajarkan arti menyiapkan diri di masa-masa sulit dan paceklik.
Lihatlah ikan salmon itu. Ikan-ikan salmon selalu Kembali ke danau dari mana mereka pernah dilahirkan sebagai telur dan menetas di sana. Meskipun kemudian mereka pergi ke samudera untuk belajar pada kehidupan yang lebih luas, menjelang kematian mereka akan pulang ke danau yang sama untuk meneruskan keturunan, ini mengingatkan kita betapa pentingnya jiwa kita untuk kelak pulang Kembali ke rumah asalnya.
Lihatlah Kumpulan singa itu. Sekumpulan singa hanya akan memburu satu ekor banteng yang lemah atau sakit diantara ribuan banteng yang bisa menjadi mangsa mereka. Dengan ini mengajari kita tentang arti makhluk yang tidak tamak dalam kehidupan ini, demi terjaganya keseimbangan alam. Tengok para angsa yang selalu mampu memisahkan makanan dari dalam lumpur yang kotor. Mereka juga sedang mengajari kita untuk hanya mengambil sari-sari penting dalam kehidupan ini yang bermanfaat bagi kebaikan kita serta membuang hal-hal yang tidak penting bagi jiwa kita.
Anggota tubuh kita juga mengajarkan banyak hal pada kita. Sebagai contoh, dengan memiliki dua telinga, kanan dan kiri, tubuh sedang mengajarkanmu agar selalu mendengar informasi dari dua sisi yang berbeda sebelum menarik sebuah Kesimpulan. Memiliki dua mata, kanan dan kiri, mengajarkanmu untuk melihat segala hal dari dua sudut pandang sebelum memberi Kesimpulan. Sebab, Kesimpulan yang hanya didasarkan pada satu sudut pandang atau satu sumber informasi, hanya akan membawamu pada Kesimpulan yang salah dan tidak berimbang.
Takdir dan Nasib sering disebut guratan dahi dan garis tangan artinya bahwa Nasib dan takdirmu ada pada isi pikiran di kepala dan tindakan yang kita lakukan di kehidupan ini dengan tangan kita. Jadi semua yang terjadi pada hidup kita tergantung pada kemampuan kita menggunakan akal pikiran dan menangani semua keadaan dalam hidup kita.
Dengan memahami ini semua maka jiwa kita akan bertumbuh semakin bijaksana. Pada akhirnya kebijaksanaan itu akan melindungi kita dari berbagai penderitaan batin dalam perjalanan hidup ini.
Ya Allah karuniakanlah kami hikmah (kebijaksanaan), masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang baik (shaleh), dan jadikanlah kami sebagai buah tutur yang baik di kalangan orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah kami termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan (QS. As syuara ayat 83-85)
Komentar
Posting Komentar