Belum lama ini dan peristiwa seperti ini hampir selalu terjadi pada akhir tahun, beberapa wilayah di Indonesia kembali dilanda berbagai macam bencana alam mulai dari erupsi gunung semeru di Jawa Timur, tanah longsor, banjir bandang di beberapa wilayah, dan angin puting beliung yang menghancurkan banyak rumah. Banyak korban jiwa dan tidak sedikit harta benda hilang akibat musibah dan bencana alam tersebut.
Lalu bagaimana kita sebagai umat beragama menyikapi banyaknya bencana alam tersebut ?
Agama mengajarkan bahwa adanya bencana alam dan musibah yang datang menimpa manusia itu boleh jadi adalah :
Pertama, peringatan atau teguran kepada manusia yang terus menerus melakukan dosa-dosa besar agar mereka sadar dan kembali kepada Allah swt. (QS. Yasin ayat 19).
Bahwa pada tahun 5 Hijriah pernah terjadi gempa di Madinah. Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya ke atas tanah sembari berkata, “Tenanglah, belum saatnya engkau datang.”
Setelah itu beliau menghadap kearah sahabat-sahabatnya dan bersabda, “Allah sedang menegur kalian. Jawablah teguran-Nya.
Al-Shalihi al-Dimasyqi dan Ibnu al-Atsir al-Jazari berkomentar bahwa yang dimaksud “Allah menegur kalian, maka jawablah teguran-Nya” adalah bahwa Allah sedang memberi peringatan kepada kalian dan Dia ingin agar kalian meminta maaf atas segala bentuk kesalahan dan dosa yang kalian perbuat. Maka Allah pun mengirim gempa, agar kalian ingat dan kembali kepada-Nya.
Setelah Rasulullah saw wafat, kembali terjadi gempa bumi di madinah, Umar bin Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah kemudian berpidato kepada penduduk Madinah, Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”
Kedua, karena banyak kezaliman yang dilakukan oleh penduduk suatu negeri.
“… dan tidak pernah (pula) kami membinasakan (penduduk) negeri (daerah), kecuali penduduknya banyak melakukan kezaliman (dosa-dosa besar). Ketika anak durhaka kepada kedua orang tua, pembunuhan, perampokan, pencurian, perzinahaan, dan fitnah menyebar di mana-mana maka itu sama saja dengan mengundang dekatnya musibah dan bencana untuk datang pada penduduk itu.
Dalam Alquran banyak sekali dijelaskan tentang kehancuran bangsa-bangsa (kaum) yang melakukan dosa-dosa besar dan tidak beriman kepada Allah swt.. Di antaranya, bangsa 'Ad (umat Nabi Hud), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh), bangsa Madyan (umat Nabi Syu'aib), Umat Nabi Luth, serta kaum Nabi Nuh.
Kaum tsamud dibinasakan dengan petir menggelegar sehingga runtuhlan bangunan-bangunan megah yang jadi tempat tinggal mereka. (QS Hud ayat 67-68).
Sementara kaum Aad ditimpa oleh aingin yang dingin dan kencang yang berputar membinasakan selama delapan hari tujuh malam. Angin itu menghancurkan dan melenyapkan kaum Aad di muka bumi. Mayat kaum Aad berserakan ditutup pasir-pasir. (QS Al-Ahqaf ayat 25).
Sementara umat Nabi Luth AS diazab dengan batu-batu besar yang dijatuhkan dari langit dan menjungkir balikkan kota itu karena mereka melakukan perbuatan yang sangat dimurkai oleh Allah SWT, yakni melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis (homoseksual).
Ketiga, karena perbuatan tangan-tangan manusia sendiri yang berlaku zalim terhadap lingkungannya. Kita menyaksikan akibat kerakusan dan ketamakan untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya membuat manusia mengekspolitasi alam secara berlebihan tanpa memikirkan keseimbangan ekosistem sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.
Allah swt berfirman,”telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS. Ar Rum ayat 41)
Keempat karena para pemimpin dan orang-orang kaya melakukan kemaksiatan dan kezaliman. Allah swt berfirmam,”Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakukah terhadapnya perkataan (hukuman kami), kemudian kami binasakan sama sekali (negeri itu).
Kelima karena orang-orang shaleh, orang-orang baik hanya diam melihat kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi, dimana mereka tidak peduli lagi dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Bahwa tidak peduli dengan kemaksiatan yang terjadi bukanlah sifat seorang mukmin yang baik, jika orang-orang mukmin tersebut sudah tidak menghiraukan lagi kemaksiatan maka bencana tersebut turut akan menimpanya.
Allah berfirman,”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu, ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al Anfal ayat 25)
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar