Pada tahun 1938, Raja Arab Saudi saat itu, King Abdul azis bin Abdul Rahman Al Saud meminta bantuan kepada sekelompok insinyur asal Amerika serikat untuk melakukan penggalian disejumlah kawasan di Saudi Arabia dengan tujuan awal menemukan sumber mata air tawar. Tapi bukannya sumber air tawar yang mereka temukan malah justru minyak bumi, bagi insinyur AS temuan minyak bumi laksana temuan emas.
Namun temuan minyak bumi itu kemudian membawa masalah baru bagi Negara-negara penghasil minyak bumi tersebut. Timur tengah terus menjadi kawasan yang bergolak sampai saat ini. Suriah, Irak, Yaman, Libya, dan Negara-negara Islam penghasil minyak tidak pernah lepas dari konflik dan peperangan.
Konflik yang terjadi di timur tengah bukan terjadi secara kebetulan tapi adalah by design dari Negara-negara maju khususnya Amerika serikat dan sekutunya untuk menguasai dan mengontrol minyak di timur tengah. Apabila ada Negara-negara yang tidak mau tunduk kepada Amerika serikat biasanya pemimpin Negara-negara tersebut akan dijatuhkan melalui pemilu, demonstrasi atau kudeta, dan kalau ini tetap tidak bisa dilakukan maka opsi terakhir adalah Negara tersebut akan diserang seperti yang terjadi dengan Presiden Saddam Husein di Irak dan Presiden Moammar Khaddafi di Libya.
Di abad modern ini, Salah satu strategi yang sering dipakai oleh Amerika serikat untuk menjatuhkan pemerintahan suatu Negara yang menjadi target adalah dalam bentuk Proxi war. Perang proxy adalah perang yang digunakan oleh Negara atau pihak luar dengan menggunakan tangan orang-orang di dalam wilayah suatu Negara tersebut. Isu yang sering digunakan adalah masalah agama dan etnis. Di timur tengah masalah Islam suni dan Islam syiah terus dipelihara untuk menciptakan konflik seperti dalam perang Suriah dan Yaman.
Dalam perkembangannya kemudian strategi baru dalam menjatuhkan pemerintahan dunia adalah dalam bentuk berita bohong atau hoax. Hoax digunakan sebagai senjata untuk menggulingkan sebuah pemerintahan. Itulah yang dilakukan oleh Amerika serikat dan sekutunya ketika mereka membentuk proxy atas nama ISIS dan mengangkat Abu Bakar Al Baghdadi selaku imam ISIS. Baghdadi mengkampanyekan dan membawa narasi bahwa Pembentukan khilafah ISIS adalah kewajiban bagi semua ummat Islam. ini adalah strategi yang dipakai untuk menarik ekstrimis Islam disegala penjuru dunia untuk bergabung pada kekhalifahan ISIS dibawah komando Baghdadi. Mereka juga membohongi pemuda-pemuda Islam di seluruh dunia untuk mau berjihad ke Suriah dengan isu bahwa umat Islam suni telah dibantai oleh rezim Bassar Assad yang syiah. Ini adalah Kebohongan yang terus menerus dinarasikan oleh media-media mainstream sehingga hampir sebagian besar umat Islam yang tidak memahami geopolitik terbawa dengan propaganda kebohongan ini.
Bagaimana dengan Indonesia
Indonesia adalah Negara pluralitas seperti Suriah. Di Indonesia ada berbagai macam agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha dan beberapa aliran kepercayaan. Indonesia juga ada berbagai macam suku, etnis yang kalau tidak dikelola dengan baik bisa menimbulkan gesekan. Bangsa Indonesia bersyukur karena memiliki Pancasila yang selama ini berhasil mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Melalui perang Suriah, Bangsa Indonesia khususnya umat Islam bisa belajar banyak hal.
Pertama, jangan mudah diadu-domba atas nama agama padahal tujuannya untuk memecah belah sesama ummat beragama. Jangan mudah percaya dengan gerakan aksi yang mengatasnamakan agama. Amati saja perilakunya kalau ceramahnya berbentuk agitasi, ujaran caci maki dan kebencian maka percaya saja itu hanya membawa agenda politik dengan memakai baju agama.
kita dapat belajar kelemahan bangsa Arab yang berimplikasi pada dunia Islam. Bahwa sebenarnya mereka sangat rentan diadu domba dengan dalih aliran atau mazhab yang memang sengaja diciptakan. Jangan mudah terpancing dengan dengan isu pendirian khilafah atau Negara Islam karena khilafah - kata Nabi saw - hanya bisa terbentuk nanti pada saat Imam Mahdi dan Nabi Isa (Yesus) datang. Kita sudah cukup belajar bahwa ISIS adalah boneka ciptaan CIA dan Mossad untuk menghancurkan Islam dari dalam dengan slogan khilafah yang didengung-dengungkannya
Bahwa terkait dengan energi, Kedepan tampaknya minyak bumi mulai disingkirkan dan kemungkinan tidak akan laku lagi. Energy fosil akan bergeser menjadi energy listrik. Jika semua beralih ke listrik tentu perlu baterai dan nikel adalah bahan baku baterai yang paling utama.
Indonesia adalah Negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan tentunya akan membuat banyak Negara khususnya Negara imprealis seperti Amerika dan sekutunya ingin tetap menguasai Indonesia seperti yang mereka lakukan pada Negara-negara timur tengah penghasil minyak bumi itu. Saat ini tampaknya Indonesia lebih berpaling ke cina dalam kerja sama ekonomi. Amerika serikat yang selama 30 tahun lebih menguasai kekayaan alam Indonesia seperti tambang, minyak bumi, dan sebagainya tentu tidak akan rela melepas Indonesia begitu saja.
Nah apa strategi yang akan dilakukan oleh Amerika di Indonesia ?
Dulu ketika hendak menjatuhkan Presiden Soekarno yang tidak bisa diatur, Amerika serikat melakukan operasi Intelijen yang bekerja sama dengan proxy di dalam negeri untuk menggerakkan demonstrasi besar-besaran. Isu yang dimainkan salah satunya adalah turunkan harga. Sementara Pada saat menjatuhkan Presiden Soeharto mereka menciptakan krisis ekonomi dengan menjatuhkan nilai uang kertas rupiah dengan dollar Amerika sehingga memicu demonstrasi besar-besaran. Isu yang dimainkan adalah stop KKN alias Korupsi-Kolusi-Nepotisme yang melekat erat pada rejim otoriter Soeharto dan Soeharto pun akhirnya jatuh. Bahwa setelah suatu rezim jatuh maka seperti biasa Amerika serikat akan turun tangan untuk menstabilkan keadaan dan menawarkan bantuan ekonomi dan keamanan dan tentunya dengan timbal balik sumber daya alam Indonesia. Dan itu memang selalu tujuannya.
BAGAIMANA SEBUAH REZIM JATUH DI SUATU NEGARA
Biasanya selalu diawali dengan demonstrasi dengan isu ketidakpuasan rakyat terhadap rezim pemerintah. Dalam banyak kasus, isunya bisa bervariasi, dari mulai kemiskinan, demokratisasi, KKN, pelanggaran HAM sampai pemimpin yang otoriter. Dalam konsteks suriah mereka menyebarkan isu bahwa warga syiria terinspirasi oleh peristiwa yang terjadi di mesir dan Tunisa yang disebut dengan Arab spring. Demonstrasi ini kemudian disusupi tentara bayaran pada posisi yang tepat sebelum unjuk rasa terjadi, aktivis demonstran akan mengatur strategi disuatu tempat (bisa di kampus, dimasjid atau tempat lain), senjata akan dipersiapkan tepat sebelum terjadinya unjuk rasa. para provokator memprovokasi aparat keamanan selama terjadinya unjuk rasa agar aparat keamanan pun akhirnya menjadi emosi.
kerumunan massa akan mulai bergerak sesuai agenda mereka turun kejalan dan berteriak “kami ingin demokrasi, kami ingin kebebasan dan isu-isu lainnya, tentu saja polisi akan berada disana, disekeliling mereka untuk mengantisipasi keadaan. Sejak awal aparat keamanan diperintahkan untuk tidak menggunakan senjata api, tapi ketika anda menembaki polisi atau tentara, dan dia dilatih untuk balik balas menembak dan kemudian banyak berjatuhan korban sipil tak bersalah dari pihak pengunjuk rasa di jalan, maka itulah yang menjadi tujuan mereka, itulah yang mereka harapkan. Bahwa akan ada korban baik dari pihak militer maupun pengunjuk rasa yang dibunuh oleh sniper bayaran.
Kejadian inilah yang akan dibuatkan narasi bahwa rezim pemerintah telah berlaku kejam, brutal dan harus dijatuhkan. Pada saat demonstrasi untuk menjatuhkan Presiden soekarno yang menjadi korban adalah Arif Rahman Hakim, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sementara pada saat demonstrasi untuk menjatuhkan presiden Soeharto korbannya adalah beberapa mahasiswa dalam peristiwa semanggi. Polanya tidak jauh berbeda. Selalu ada yang menjadi korban sebagai simbol perlawanan atas kekejaman rezim untuk menjatuhkan rezim tersebut. Jadi masihkah anda percaya bahwa tidak ada tangan-tangan kuat dibelakang layar yang mengendalikan seluruh pemerintahan di dunia.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar