Ada yang berpendapat bahwa manusia telah ditentukan segala perbuatannya menurut kehendak-Nya. Manusia sejak berada dalam perut ibunya telah ditulis ajalnya, rezekinya, dan jodohnya. Allah telah menciptakan makhluknya dan menakdirkannya sebagian di surga dan sebagian lagi di neraka. Bahwa apa yang terjadi di dunia ini seperti si A menikahi si B atau terjadinya perceraian dan perzinahan itu telah ditetapkan oleh Allah atas orang itu.
Seseorang menjadi presiden, Gubernur dan sebagainya itu adalah kehendak Allah karena Allah yang berkuasa, dengan dalil firman-Nya,” katakanlah, wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang yang engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu (QS. Ali Imran ayat 26)
Kita dipaksa untuk menerima kepercayaan itu semua atas dasar bahwa,” Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai (QS. Al Anbiyaayat 23). Dan Allah “Maha kuasa berbuat apa yang dikehendaki (QS. Al Buruj ayat 16). Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya (QS. Al Fathir ayat 8).
Intinya kepercayaan itu adalah manusia tidak memiliki pilihan karena semua pilihannya sudah ditentukan oleh Allah. Semua sudah tertulis dalam catatan di lauh mahfudz sana.
Benarkan anggapan demikian ?
Di sini kami tidak akan membahas mengenai kehendak Allah bahwa jika Allah berkehendak menjadikan anda menjadi Presiden, menjadikan anda kaya, menjadikan anda sukses dan sebagainya maka itu semua mudah bagi Allah karena memang Dia Maha Kuasa. Jika Allah menghendaki berbuat sesuatu, maka tidak mungkin manusia, jin dan seluruh makhluk lain dapat menentang kehendak-Nya.
Yang menjadi permasalahan disini adalah apakah perbuatan manusia itu ditentukan oleh Allah, karena kehendak Allah atau pilihan manusia itu sendiri ?
Kalau kita buka alquran justru anggapan bahwa manusia sudah ditentukan takdirnya sejak awal tidaklah benar. Kalau manusia sudah ditakdirkan dari awal menjadi orang jahat atau baik, penghuni surga atau neraka maka hal itu tentunya bertentangan dengan keadilan Allah. Bagaimana mungkin Allah memaksa manusia melakukan perbuatannya sendiri dan kemudian menyiksanya atas dasar dia sudah ditakdirkan sejak awal menjadi jahat. Allah swt berfirman,” Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri (QS. Yunus ayat 44), Dan sekali-kali tidaklah Tuhan-Mu menganiaya hamba-hamba-Nya (QS. Fushshilat ayat 46). Bahkan dalam hadis disebutkan bahwa kasih sayang Allah jauh lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya (HR. Bukhari).
Jadi Kalau manusia sudah ditakdirkan dari awal menjadi orang jahat atau baik, penghuni surga atau neraka dan mereka tidak mempunyai pilihan atas perbuatannya sendiri maka lalu untuk apa Allah mengutus Nabi dan Rasul untuk membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dan untuk apa Allah menurunkan kitab suci sebagai petunjuk kepada manusia jalan yang lurus (QS. Al Isra ayat 9). Kalau demikian tentunya pengutusan Nabi dan penurunan kitab suci menjadi semacam permainan dan sesuatu yang sia-sia yang tentunya hal itu tidak layak bagi Allah.
Bahwa mempercayai manusia tidak mempunyai pilihan sama saja dengan mempercayai bahwa langit dan bumi serta segala isinya diciptakan tanpa tujuan (sia-sia). Kalau perbuatan manusia itu sudah ditentukan oleh Allah dan manusia tidak mempunyai pilihan lain lalu mengapa Allah tidak menghendaki dan memilih sesuatu yang baik untuk mereka ?
Mengatakan bahwa Allah telah memilih dan menghendaki si A sebagai Presiden maka ketika si A berlaku korup, menyengsarakan rakyatnya dan tidak amanah maka sama saja dengan kita mengatakan bahwa itu karena ulah Allah yang telah menghendaki dan memilihnya jadi presiden. Bukankah masalah memilih pemimpin telah diserahkan Allah kepada manusia. Allah swt berfirman,”sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka (ASy Syura ayat 38). Jadi masalah pemimpin yang anda pilih itu kemudian korup, jujur, penjahat, baik, cerdas atau planga plongo itu adalah pilihan anda sendiri.
Mengatakan bahwa Yahudi menjajah Palestina, Amerika menghancurkan Afghanistan, Libya dan Irak adalah terjadi menurut kehendak Allah. Itu juga sama saja Kita menisbatkan keburukan kepada Allah. Maha suci Allah dari anggapan ini.
Mungkin anda akan mengatakan bahwa segala sesuatu itu bukankah terjadi atas izin Allah dan segala sesuatu itu telah digariskan tertulis di Azali dan manusia tidak dapat lari dari padanya. Iya itu adalah benar namun walaupun ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu namun tidak berarti bahwa Allah yang menakdirkannya. Bahwa Amerika serikat membom Afghanistan, Libya dan Irak bukanlah karena kehendak Allah tapi itu adalah kebebasan pilihan yang diberikan kepada Presiden Amerika untuk membom Negara-negara Islam tersebut.
Alquran menyatakan bahwa pada dasarnya manusia menentukan pilihannya sendiri. Dalam memilih jodoh alquran mengatakan,”Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi (QS. An Nisa ayat 4). Dalam perbuatan zina,”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (QS. Al isra ayat 32). Menyangkut suatu larangan yang bersifat pilihan,”sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kalian lantaran meminum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka berhentilah kalian dari mengerjakan pekerjaan itu (QS. Al maidah ayat 91). Adapun masalah pembunuhan Allah berfirman,”Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar (QS.Al An’am ayat 151) dan firman-Nya,”Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab besar baginya (Qs. An Nisa ayat 93). Sampai masalah makan dan minum pun Allah menggariskan batasan-batasan,”makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS. Al a’raf ayat 31).
Maka inipun memberi pilihan.
Bahwa karena manusia menentukan pilihannya sendiri maka dengan sendirinya manusialah yang bertanggung jawab terhadap amal perbuatannya sendiri, dimana kalau dia mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula (QS. Al Zalzalah ayat 7-8).
Anda mau makan, mau tidur, mau shalat, mau mencuri, mau bergosip, menjadi jujur atau berdusta adalah pilihan anda sendiri. Ketika anda tidur jam 9 malam, lalu anda mau tidur terus sampai pagi atau anda bangun untuk shalat subuh adalah pilihan anda sendiri.
Bahwa kita tidak bisa menerima pendapat bahwa takdir itu sudah tetap dan itu sudah pasti. Bahwa jodoh anda sejak lahir sudah ditentukan, anda baik dan jahat juga ditentukan. Itu adalah kepercayaan yang batil karena sama saja dengan anda membatalkan adanya pahala dan siksaan. Untuk apa Allah menjanjikan pahala dan siksaan serta janji dan ancaman kepada manusia sebagaimana disebut dalam alquran kalau semua manusia sudah dikehendaki dan ditakdirkan nasibnya sejak awal diciptakan.
Bahwa sesungguhnya pendapat yang benar adalah Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk melakukan keburukan dan juga kesanggupan untuk meninggalkannya sebagaimana manusia diberi kesanggupan untuk melakukan kebajikan dan meninggalkannya. Itu adalah perangkat yang diberikan kepada manusia.
Dengan demikian ketika manusia yang sudah memiliki kebebasan bertindak dan juga punya kebebasan memilih lalu dia tetap melanggar perintah-perintah Allah dan mengerjakan larangan-Nya maka ia berhak untuk mendapatkan siksaan. Siksaan yang diterimanya itu adalah akibat pilihannya sendiri yang tidak bisa mengendalikan dirinya dari melakukan dosa.
“Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya (QS. Al A’raf ayat 42)”
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itulah penghuni neraka (QS. Al baqarah ayat 39).
“Allah menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya (QS. Al Mulk ayat 2).
Sekali lagi Allah swt memberikan kepada manusia kebebasan untuk memilih dalam hal taat dan maksiat. Allah swt. Berfirman,”Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir (QS. Al Kahfiayat 29).
Namun Allah berfirman,”barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia,”Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat ? Allah berfirman, demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan (QS. Thaha ayat 123-126)
Orang yang mukmin tentunya akan menerima apa yang dipilih Allah untuknya sedangkan orang yang ingkar akan berpaling dari pilihan Allah untuknya.
Tapi kita juga tidak bisa mengatakan bahwa manusia diciptakan bebas tanpa batas. Qadha dan qadar adalah satu diantara dua perkara yakni satu bagian dari sisi manusia dimana manusia bebas melakukan pilihan dan kehendaknya sendiri dan pada bagian lain ia keluar dari keinginan dan kehendaknya dimana ia tunduk pada-Nya dan tidak bisa menolak-Nya. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban untuk yang pertama dan tidak untuk yang kedua. Ketika anda hendak membunuh seseorang dengan menuangkan racun di minumannya maka itu tidak akan terjadi kalau Allah tidak menghendakinya karena ingin menolong orang itu, tapi perbuatan anda yang ingin membunuh orang itu akan dimintai pertanggungjawabannya.
Apakah doa dan ikhtiar dapat mengubah takdir
Agama Islam mengajarkan bahwa nasib anda bisa berubah dengan usaha yang anda lakukan dan doa yang anda panjatkan. Jadi Jika Allah telah menetapkan umur anda 40 tahun lalu anda memohon kepada Allah atau banyak orang yang mendoakan anda agar umur anda diperpanjang maka umur anda bisa saja menjadi misalnya 50 tahun . Jadi Allah dapat mengubah umur anda yang pertama 40 tahun dan menggantikannya dengan umur kedua yaitu 50 tahun dengan doa yang dikabulkan oleh Allah.
Itulah makna dari hadis,”Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah swt. selain doa. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065).
Allah swt juga berfirman,”Allah berkuasa untuk menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki (QS. Ar Rad ayat 39).
Bahwa untuk berubah menjadi baik maka doa dan perbuatan harus menyatu dalam bentuk usaha dan ikhtiar barulah kemudian Allah mengabulkan doa dan mengubah keadaan anda yang sekarang dan menggantikannya dengan keadaan yang lebih baik. Anda lahir dalam keadaan miskin namun kemudian anda bekerja keras, menjadi orang yang shaleh dan terus berdoa, maka Allah yang maha kuasa dapat merubah dan mengganti keadaan anda itu dari miskin menjadi kaya, dari hina menjadi mulia.
Allah swt berfirman,” Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.(QS. Ar Rad ayat 11)
Sebaliknya kalau hari ini anda kaya, berpangkat dan berkuasa namun karena perbuatan anda sendiri maka kemudian Allah bisa saja akan membuat anda menjadi miskin dan jatuh dalam kehinaan (QS. Al Anfal ayat 53).
Namun terkadang kita telah berusaha dan berdoa namun demikian apa yang kita minta dan usahakan tidak juga terkabul. Mengapa ?
Allah swt Maha bijaksana dan Maha mengetahui. Allah dengan kebijaksanaannya terkadang tidak memberi karena itu untuk kebaikan kita juga. Allah maha mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui. Dunia ini adalah ujian dan manusia dituntut untuk bersabar dalam menghadapinya dan kesabaran itulah yang membuat derajat hamba menjadi tinggi di sisi Tuhan.
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl ayat 96)
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar