MEWUJUDKAN SWASEMBADA PANGAN (1)
Mari kita mulai dengan sebuah kisah dalam alquran.
Bahwa dalam tidurnya raja Kiftir dari Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus serta tujuh tangkai gandum yang hijau serta tujuh tangkai gandum lainnya yang kering (QS Yusuf ayat 43).
Mimpi Raja mesir ini membuatnya gelisah dan kemudian mencari jawaban dari mimpinya itu kepada banyak ahli takwil mimpi dan paranormal yang dipanggil ke istana, namun tidak satupun yang mampu menterjemahkan mimpi sang Raja. Lalu seorang pelayan raja menyarankan untuk mendatangkan Nabi Yusuf untuk menafsirkan mimpinya.
Yusuf pun datang dan menjelaskan kepada raja mengenai makna mimpinya tersebut.
Nabi Yusuf memprediksi bahwa di seluruh wilayah kerajaan mesir akan mengalami 7 tahun musim dengan curah hujan normal yang akan disusul dengan 7 tahun kemarau panjang (QS Yusuf ayat 48),
Bahwa untuk itu Nabi yusuf menyarankan kepada sang raja agar mengambil kebijakan yang kongkrit untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan ditimbulkan akibat kemarau panjang itu.
Pertama, memerintahkan seluruh rakyat Mesir untuk melakukan penanaman gandum secara massal dengan mengoptimalkan lahan yang tersedia. produksi pangan terus dipacu dengan upaya peningkatan dari sekali tanam dalam setahun menjadi dua kali musim tanam dalam setahun. Strategi ini terbukti sangat efektif meningkatkan produksi pangan, hasil panen gandum meningkat drastis sampai dengan 2 kali lipat dari produksi sebelumnya dan rakyat hidup dalam kecukupan pangan.
Strategi kedua yang diterapkan oleh Nabi Yusuf AS adalah membangun cadangan pangan dengan cara membangun lumbung-lumbung pangan di semua wilayah kerajaan, rakyat diwajibkan untuk menyimpan setengah dari hasil produksi pertanian mereka pada lumbung-lumbung pangan yang langsung dalam pengawasan dan koordinasi sang menteri.
ketiga adalah mengatur dan mengawasi distribusi cadangan pangan pada saat negara dalam kondisi rawan pangan akibat musim kemarau yang berkepanjangan (sampai tujuh tahun).
Dan ternyata prediksi Nabi Yusuf AS tentang perubahan ekstrim iklim dan cuaca akhirnya terbukti, setelah tujuh tahun kerajaan Mesir mengalami musim hujan dan seluruh rakyat bisa bercocok tanam, tujuh tahun berikutnya, seluruh wilayah kerajaan dilanda kemarau dan kekeringan berkepanjangan sehingga tidak bisa lagi melakukan aktivitas pertanian. Namun berkat kebijakan Nabi Yusuf membangun lumbung-lumbung cadangan pangan, seluruh rakyat Mesir tidak sampai mengalami kekurangan pangan meskipun pada saat itu sama sekali tidak ada hasil pertanian apapun, sehingga stabilitas kerajaan tetap terjaga, tidak ada konflik social maupun gangguan keamanan, karena rakyat tetap dalam kondisi kecukupan pangan.
Kisah diatas adalah pelajaran dari alquran bahwa akhir zaman ini umat manusia akan menghadapi krisis pangan. Krisis pangan bisa diakibatkan karena perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan dan gagal panen, tapi krisis pangan juga bisa karena embargo atau perang dengan negara lain.
---------------
Beberapa ribu tahun setelah masa Nabi Yusuf tersebut, kita beralih kepada sebuah negara yang subur bernama Indonesia.
Indonesia adalah negeri kepulauan (Nusantara) yang terdiri atas sekitar 17.508 pulau besar dan kecil yang terbagi dalam 38 provinsi dengan 514 kabupaten dan kota yang diantaranya berada di tepi Pantai, danau dan Sungai. Semuanya terhampar di garis katulistiwa yang memberinya iklim tropis dan sangat baik untuk bercocok tanam. Negara kepulauan terbesar di dunia ini terbentang sepanjang 3.977 mil antara samudera Hindia dan samudera pasifik dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas lautan 3.257.483 km2.
Bahwa dengan lahan yang luas serta didukung iklim itu maka Indonesia seharusnya bisa memenuhi sendiri kebutuhan pangan seluruh rakyatnya dan bahkan menjadi lumbung pangan dunia. Namun alih-alih demikian Indonesia saat ini malah masih terus menggantungkan kebutuhan sembilan bahan pokoknya (sembako) dari luar negeri, bahkan Indonesia menjadi salah satu negara importir pangan terbesar di dunia. Indonesia telah menjadi negara agraris berbasis impor.
(https://www.tempo.co/ekonomi/impor-pangan-indonesia-mencakup-mayoritas-sembako-)
Padahal dulunya pada masa Presiden Soeharto, Indonesia sebenarnya bisa mencapai swasembada pangan seperti beras, jagung dan daging (sapi). Impor hanya dilakukan untuk komoditas tertentu yang memang belum bisa dipenuhi oleh petani seperti gandum. Keberhasilan Swasembada pangan saat itu dapat terwujud karena Pembangunan yang dilakukan memiliki orientasi yang jelas melalui panduan Garis-garis besar Haluan negara (GBHN) dan perencanaan jangka Panjang 25 tahun yang dibagi dalam 5 repelita (rencana Pembangunan lima tahun). Pemerintah melalui bulog juga menjamin pembelian gabah petani sesuai dengan patokan harga dasar gabah (HDG) yang memberi insentif petani untuk berproduksi.
Namun pasca Soeharto lengser oleh kekuatan reformasi, Indonesia tidak pernah lagi swasembada pangan. semua ini bermula dari krisis ekonomi tahun 1997/1998. IMF dan Bank Dunia kemudian datang sebagai renteiner meminjamkan hutang dengan menyodorkan berbagai persyaratan yang intinya Indonesia digiring menuju liberalisasi ekonomi. Akibat liberalisasi ekonomi ini juga berimbas pada jatuhnya sektor pertanian karena lemahnya kebijakan pemerintah untuk melindungi petani. Hal ini membuat harga pangan meningkat di dalam negeri sementara petani sendiri tetap miskin karena biaya produksi meningkat serta hasil panen mereka sering tidak terserap oleh Bulog. Peluang ini kemudian menjadi ladang emas baru bagi investor kakap yang kemudian menjadi andalan pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan melalui impor. Maka sejak saat itu beras, kedelai, tepung, gula, bahkan garam Indonesia impor dari negara lain.
Ini Pelajaran bagi Indonesia bahwa sekaya dan sesubur apapun negeri ini, rakyat Indonesia tidak terbebas dari bahaya kelaparan kalau potensi pertanian kita tidak dimanfaatkan secara baik, tata Kelola negara ini tidak dilakukan dengan baik maupun tunduk pada tekanan pihak luar yang memaksa pemerintah mengambil kebijakan yang tidak mendukung pertanian dan ketahanan pangan nasional. Hal inilah yang tampaknya terjadi di Indonesia setelah tumbangnya orde baru.
Tapi Setelah Prabowo Subianto naik menjadi presiden harapan Indonesia menjadi negara agraris bangkit Kembali. Hari pertama setelah dilantik menjadi presiden, Prabowo langsung mencanangkan Indonesia harus swasembada pangan. Prabowo yakin, Indonesia dengan tanahnya yang subur dan iklimnya yang mendukung seharusnya bisa swasembada pangan dan menjadi solusi dalam krisis pangan yang menimpa bangsa-bangsa lain. Bagi Prabowo bangsa yang menggantungkan kebutuhan perutnya sendiri pada bangsa dan negara lain, apalagi pada belas kasihan bangsa-bangsa lain, takkan pernah berdaulat dan bermartabat. Prabowo bercita-cita membangun Indonesia sebagai negara yang berdaulat secara politik dan bermartabat secara ekonomi serta berkepribadian secara budaya di Tengah bangsa lain. Indonesia kini menempuh jalan baru pembangunannya yang ditentukan sendiri.
Mewujudkan Indonesia swasembada pangan apalagi menjadi lumbung pangan dunia memang bukan pekerjaan mudah, Dia memerlukan kemampuan manajemen yang mengaitkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara keseluruhan, sumber daya alam, laut, hutan, lahan pertanian dan Perkebunan serta kelebihan masing-masing provinsi dan kabupaten dari sisi geografis dan pemerintahan. Di sisi lain Langkah Indonesia untuk mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan bisa jadi mendapat tantangan dan hambatan dari negara lain yang selama ini kita bergantung kepada mereka. AS dan negara-negara seperti Australia, Thailand, selandia baru, Tiongkok dan lain-lain tentu ingin Indonesia melupakan proyek ini. mereka ingin kita impor terus menerus gandum, daging, jagung, beras, kedelai, garam dan lain-lain dari negara mereka seperti yang sudah-sudah.
LANGKAH MEWUJUDKAN SWASEMBADA PANGAN
Berbicara tentang swasembada pangan maka kita akan berbicara tentang lahan pertanian, hutan, Sungai, danau dan laut sebagai sarana produksi pangan yang disediakan Allah untuk manusia ditempat itu. Artinya sentral pertumbuhan akan bertumpu pada Kementerian pertanian, kementerian kehutanan dan Perkebunan, kementerian kelautan dan perikanan (maritim), kementerian koperasi dan usaha kecil menengah, Kementerian Perindustrian dan perdagangan, Kementerian BUMN serta Kementerian keuangan sebagai pengatur pendanaannya. Seluruh kepala daerah di Indonesia juga harus bergerak bersama untuk mendukung proyek besar ini serta dukungan seluruh rakyat Indonesia
Bahwa dalam mewujudkan swasembada pangan ini maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memetakan sentra-sentra pangan masing-masing daerah di wilayah Indonesia sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Presiden bisa memerintahkan Menteri pertanian dan Menteri kehutanan untuk membangun sentra-sentra jenis pangan dan komoditas tertentu di setiap pulau besar dan kecil yang jumlahnya ribuan itu mulai dari sentra padi, sagu, jagung, bawah merah, bawang putih, kentang, sayuran, coklat, karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, the, jeruk. Apel. Mangga, pisang, pala. Cengkeh, kedelai, beternak sapi, kambing, domba, kuda, unggas, budidaya ikan laut, ikan hias, ikan tawar, tiram, Mutiara, rumput laut, kerang, udang dan lain-lain.
Swasembada hanya bisa terwujud kalau ada lahan yang bisa digarap. Jadi berikan lahan kepada petani, bibit, pupuk dan peralatan. Kemampuan produksi pertanian dan kelautan bisa meningkat kalau pemerintah menyediakan dan mengembangkan sarana dan prasarana produksi mereka. Membangun Gudang untuk menyimpan hasil panen petani serta memperbaiki infrastruktur pertanian seperti membangun jalan disetiap daerah untuk mempermudah distribusi sehingga pembeli bisa langsung datang.
Kedua mencetak dan membuka lahan pertanian baru dan tentunya ini harus diimbangi dengan transmigrasi, pelatihan petani, pembibitan, pemupukan dan pengenalan cara dan teknologi baru untuk menggarap tanah. Pemerintah bisa memanfaatkan dan melibatkan para sarjana pertanian, peternakan, perikanan ahli tanah, ahli bibit, pupuk dan sebagainya di seluruh tanah air dengan menggalakkan pelatihan, penggunaan teknologi baru, plus pengembangan bibit unggul dan subsidi pupuk dan solar untuk nelayan. dengan cara ini Indonesia bisa swasembada pangan bahkan menjadi lumbung pangan.
Bahwa produk-produk pangan yang selama ini kita impor seperti beras, Gula, Kedelai, Daging sapi, Susu, Jagung, Tepung terigu, Mentega, dan Kopi maka pemerintah bisa mendorong petani kita untuk memproduksi produk-produk tersebut dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri tanpa perlu impor lagi. Upaya ini bisa meningkatkan penghasilan petani puluhan kali. Jadi apabila selama ini pemerintah dan pengusaha nasional memakmurkan petani negara lain dengan membeli produk mereka (impor), maka dengan cara ini kita memakmurkan petani sendiri. pemerintah juga bisa menghemat devisa yang selama ini dipakai untuk mengimpor pangan.
Dunia sudah memperingatkan bahwa kedepan ada ancaman krisis pangan dunia karena tiga faktor pertama, perubahan iklim akibat pemanasan global yang berdampak pada terjadinya bencana alam seperti banjir dan kekeringan di berbagai belahan bumi. hal itu menyebabkan gagal panen dan lahan-lahan pertanian menjadi gersang. Kondisi ini diperparah dengan alih fungsi lahan pertanian produktif untuk berbagai Pembangunan non pertanian.
Kedua, lonjakan pertambahan penduduk dunia yang semakin meningkat yang harus diimbangi dengan kebutuhan pangan. Indonesia sendiri saat ini memang masih memproduksi pangan, petani kita masih terus menanam. namun apakah 20-30 tahun kedepan Ketika penduduknya sudah mencapai 400 juta jiwa sementara lahan garapan petani kita semakin berkurang dan semakin banyak petani beralih fungsi menjadi pemulung, buruh dan menjadi tukang ojek online maka apakah ini tidak menjadi ancaman krisis pangan ?
Peringatan akan ancaman krisis pangan tersebut bukanlah membuat kita ketakutan atau pesimis akan masa depan tapi seharusnya ditangkap sebagai peluang besar yang bisa direbut pemerintah Indonesia untuk memasok kebutuhan pangan dunia yang luar biasa besar pada tahun-tahun mendatang. Tapi apabila pemerintah abai maka dalam beberapa tahun kedepan Indonesia bisa mengalami krisis pangan. Selain dampak ekonomi, krisis pangan juga bisa memicu krisis sosial dan politik. Bahkan bisa mengancam kedaulatan bangsa. Pemimpin politik mana pun di dunia rasanya tidak akan rela membiarkan masalah pangan berlarut-larut.
Mustahil negara agraris sebesar Indonesia tidak bisa mencapai swasembada pangan. Dengan berkah kandungan sumber daya alam dan kesuburan lahan, keanekaragaman hayati dan dukungan iklim tropis yang tiada taranya, banyak hal yang bisa dicapai Indonesia. Kuncinya yang utama adalah bagaimana pemerintah mengembangkan ilmu dan keterampilan petani, peternak, nelayan, pengusaha, dan lainnya termasuk pengembangan infrastruktur dan teknologi yang berkaitan dengan bahan pangan. Populasi penduduk yang besar akan menjadi asset bangsa yang tak ternilai jika mereka produktif, mau maju dan pandai berinovasi. Dia menjadi bonus demografi. Tapi tanpa keberpihakan pemerintah, mustahil target swasembada apalagi lumbung pangan dunia bisa terwujud.
Ketahanan pangan hanya bisa dibangun diatas landasan nasionalisme dan berdikari. Hanya pemimpin yang mencintai negaranya, memiliki rasa nasionalisme dan juga rakyat yang mencintai negara dan bangsanya yang bisa mewujudkan cita-cita besarnya.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar