JASAD, NAFSU DAN RUH
Manusia adalah wujud makhluk yang sempurna karena diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At tin ayat 4).
Wujud sempurna manusia itu terdiri atas tiga bagian yaitu Jasad (al basyar), Nafsu (an nafs) dan ruh (ar ruh). Inilah manusia secara utuh.
Jasad (basyar) adalah wujud manusia yang terdiri atas tulang dan gumpalan daging yang diciptakan Allah dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk (QS. Al Hijr ayat 28). Jasad yang sudah tercipta dengan sempurna ini kemudian oleh Allah ditiupkan sebagian ruhNya ke dalamnya. Karena Allah telah meniupkan sebagian ruhNya yang suci ke dalam jasad (basyar) itu maka dia memerintahkan malaikat untuk bersujud kepadanya (Qs. al-Hijr ayat 29-30). Semuanya sujud kecuali satu golongan jin yang bernama Iblis.
Apakah yang membuat malaikat yang tercipta dari cahaya itu bersujud kepada adam yang tercipta dari tanah yang warnanya hitam, berbau dan derajatnya rendah itu ?
karena ada ruhNya yang ditiupkan di dalam diri manusia (adam). Karena ada ruhNya yang ditiupkan di dalam diri manusia (adam) maka manusia mewarisi Sebagian dari nama (Asma), sifat (shifat) dan perbuatanNya (Af’al) yaitu manusia yang bisa melihat (al bashir), yang mendengar (as sami), yang mengetahui (al Alim), yang memiliki sifat kasih (ar Rahman), penyayang (ar Rahim), mengampuni (al Ghaffar), dermawan (al bari), bijaksana (al Hakim) dan sabar (ash shabur), serta semua asma dan shifat ilahi yang lain.
Hal inilah yang tidak diketahui dan dipahami oleh iblis. Iblis enggan sujud karena Jasad (basyar) yang terbentuk dari bahan tanah liat itu dianggap lebih rendah derajatnya daripada dirinya yang terbentuk dari bahan api (QS. Shad ayat 76). Inilah ego, ke aku an yang melahirkan kesombongan. Nafsu ini adalah citra diri, ego, ke aku an.
Nafsu yang diciptakan di dalam diri manusia adalah daya hidup yang bersifat netral. Namun Ia mudah terpengaruh pada lingkungan dimana dia berada.
Karena itu Nafsu ini senang pada keindahan dan kenikmatan duniawi seperti wanita, anak-anak, harta benda, pangkat dan jabatan (QS. Al Imran ayat 14).
Bahwa karena nafsu memiliki dorongan yang kuat di dalam diri manusia untuk mencintai dunia (hubbuddunya) yang materialistik maka keberadaan nafsu perlu dikendalikan. Inilah perjuangan dan jihad terbesar di dalam diri manusia yang ingin dekat dengan Allah (QS. An naziat ayat 40 ).
Inilah inti ajaran agama yaitu melatih, menekan, bahkan memaksa manusia untuk menahan dan mengekang diri dari dorongan ke aku an. Pengekangan diri bisa menjadi siksaan bagi mereka yang mencintai kehidupan dunia.
Nafsu yang tidak terkendali akan menjatuhkan derajat manusia pada sifat rendah seperti tamak, bakhil, serakah, zalim dan hubbudunya. Manusia yang tidak mampu melepaskan diri dari nafsu hewaniyah ini ditandai dengan kecenderungan untuk mendewakan materi, keras kepala, menolak kebenaran dan kufur nikmat. Dengan perilaku seperti itu maka manusia akhirnya jatuh ke tingkatan makhluk paling rendah yakni asfalasafillin (QS. At-Tin ayat 5).
Sementara Ruh bersifat murni. Bebas dari materialitas. Ruh memiliki sifat ilahiah sekaligus manusiawi. Dengan ruh inilah al basyar (jasad) memiliki kesadaran. Ruh tidak berada di dalam atau diluar tubuh al basyar. Ruh ada di luar, namun juga ada di dalam. Lantaran ruh berasal dari tiupan suci illahi maka ruh secara alami selalu cenderung menarik kesadaran manusia untuk Kembali kepada Allah. manusia Ketika melakukan perbuatan maksiat dan kemudian setelah itu menyesal artinya ruh nya mengajak Kembali kepada Tuhan. Itulah yang disebut fitrah dimana manusia pada dasarnya ingin selalu kembali kepada Tuhan.
Nah apabila manusia telah mampu mengendalikan hawa nafsunya maka dia akan dekat dengan ruh sehingga nafsunya hanya cenderung kepada kebaikan yaitu akan meniru sifat-sifat tuhan seperti penyayang, pengasih, pemberi, penyantun, lemah lembut, sabar dan sifat-sifat mulia lainnya. Ibarat tunggangan disini nafsu tidak lagi liar tapi sudah tenang karena telah dijinakkan oleh pemiliknya.
Jadi Nafsu memiliki kecenderungan kecenderungan berada pada titik terendah saat ia dekat dengan al basyar (QS At tin ayat 5) dan cenderung berada pada tingkat yang tertinggi saat dekat dengan ar ruh.
Keberadaan Jasad, Nafsu dan ruh sebagai kesatuan entitas selalu ada di dalam diri manusia dan secara alamiah manusia akan terperangkap pada dualitas yang saling bertentangan. Al basyar (jasad) dengan dorongan nafsu yang berada dekat dengannya cenderung kearah sifat-sifat duniawi yang materialistik, sedangkan ruh cenderung melepaskan segala pengaruh duniawi yang materialistik untuk hanya Kembali kepada Allah. Pergulatan manusia dalam kehidupan di dunia ini pada dasarnya adalah pertarungan internal antara dorongan naluriah al basyar (jasad) dengan an nafs (nafsu) di satu pihak dan melawan tarikan ar ruh (ruh) di pihak lain.
Ketika dia meninggal jasad (basyar) yang tercipta dari tanah akan hancur dan Kembali ke tanah artinya bumi (dunia) hanya hunian sementara sementara Ruhnya akan Kembali lagi kepada-Nya. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Bahwa adanya kesadaran sebagian dari ruh-Nya ada di dalam dirinya maka tugas utama manusia adalah mengingat asal usulnya yang berasal dari Allah, Manusia harus selalu mengingat-Nya (dzikir) baik disaat tidur, duduk, berdiri, berjalan dan bahkan naik kendaraan. Mereka yang biasa berdzikir hatinya akan tenang dan damai (QS. Ar rad ayat 28).
Ketika dia pergi meninggalkan dunia ini maka Allah akan memanggilnya dengan panggilan
“Hai jiwa (nafsu) muthmainnah (yang tenang). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.(QS. al-Fajr ayat 27-30)
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar