MENGAPA PARTAI ISLAM GAGAL MEMENANGKAN PEMILU
Dulu Masyumi adalah partai Islam terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia. Salah satu yang membuat masyumi menjadi besar karena Semua ormas Islam saat itu seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan sebagainya bersatu dan sepakat untuk menjadikan partai masyumi sebagai rumah politik bagi umat Islam.
Tapi mengapa partai Masyumi yang mewakili mayoritas umat Islam pada masa itu masih kalah dengan partai Nasionalis (pemilu tahun 1955) ?
Karena partai Islam Masyumi hanya berusaha mewakili dirinya sendiri (umat Islam) sementara partai Nasionalis berusaha mewakili populasi geografi seluruh rakyat Indonesia yang basisnya adalah negara.
Inilah yang membuat partai Islam tanpa sadar membuat pemisahan dengan kelompok populasi yang lain dan menjadi tertutup. Akhirnya partai Islam tidak bisa keluar dari politik kelompok kepada politik populasi yang mewakili semua kelompok bangsa.
Kalau kita lihat sejarah, Nabi Muhammad saw hanya perlu 13 tahun untuk memimpin sebuah negara yang namanya Madinah. Ketika Nabi saw pindah ke Madinah, di situ sudah ada komunitas seperti yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrik yang semuanya tinggal di sebuah wilayah/teritori yang sama yaitu kota Madinah. Makanya Nabi saw kemudian perlu membuat kesepakatan bersama yang disebut piagam Madinah. Disitu orang yahudi, Nasrani, kaum muslim dan orang-orang musyrik semuanya disebut umat yang dasarnya adalah geografi, dimana ada tanah yang dihuni bersama. Jadi semua entitas yang tinggal di dalamnya punya kewajiban yang sama untuk membela tanah yang mereka tinggali itu apabila ada serangan musuh dari luar.
Nah platform piagam Madinah inilah yang juga dipakai oleh founding father kita sewaktu mereka merumuskan Pancasila. Di Indonesia ada tiga ideologi besar, ada yang dikanan yaitu agama dengan sila pertama ketuhanan yang maha esa, yang ditengah Nasionalis yaitu sila ketiga persatuan Indonesia dan sila ke empat tapi kita hidup di dunia maka ada sila ke 2 yaitu kemanusiaan yang merupakan humanisme di barat sana.
Ibarat rumah besar masing-masing ada kamar. Seluruh ideologi yang ada di Indonesia masing-masing ada kamarnya dalam rumah besar yang bernama Indonesia.
Jadi Pancasila adalah rumah bagi semua ideologi yang tumbuh dan berkembang di tengah populasi. Founding father kita berhasil menyatukan seluruh rakyat Indonesia itu dalam sebuah platform yang sama yang disebut dengan pancasila dimana didalamnya menghimpun agama, kemanusiaan (humanisme), persatuan, perwakilan dan keadilan.
Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri dari ribuan pulau, penduduk yang beragam suku, ras dan agama. Mereka hidup dalam sebuah wadah yang disebut NKRI. inilah yang harus disadari oleh politisi Islam. Partai Islam tidak akan pernah bisa memenangkan pemilu kalau sekedar hanya ingin mewakili kelompok (Islam saja) tanpa berusaha untuk mewakili populasi (seluruh rakyat Indonesia).
Memang mayoritas rakyat Indonesia adalah umat Islam tapi itu tidak menjamin bahwa partai yang mengatasnamakan Islam akan memenangkan suara dalam pemilu. Saat ini partai Islam ada PKB, PPP, PKS, PAN, dan yang baru partai Ummah dan Partai Gelora. Sejak dulu semua partai Islam belum bisa menjadi kekuatan politik yang menentukan. Umat Islam baru menjadi massa bukan kekuatan. Mayoritas tapi mental minoritas. Mayoritas tapi merasa terancam. Tantangan politik umat islam adalah bagaimana mengubah Islam menjadi kekuatan politik yang riil.
Sekarang setelah sekian puluh tahun berjuang dalam pemilu, apa perubahan yang sudah dilakukan oleh partai-partai Islam?
Yang terjadi adalah pembelahan. Rakyat yang mayoritas umat Islam juga terbelah dalam polarisasi. Pilpres 2014 dan pilpres 2019 kita merasakah betul pembelahan yang terjadi diantara rakyat Indonesia Ketika rakyat dikotak-kotakkan antara Islam dan nasionalis atau partai kanan, partai kiri dan partai tengah.
Padahal pada masing-masing partai yang bertarung dalam pemilu apakah itu PKS, PDI Perjuangan, NU, PKB, Golkar, Demokrat, Nasdem maupun Gerindra disitu juga banyak umat Islam yang mereka semuanya juga banyak yang shalat, puasa Ramadhan dan naik haji.
Polarisasi politik yang membelah rakyat Indonesia itu tentunya bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi keluarga dan agama, yang menjunjung tinggi kerukunan dan persatuan. Islam yang digunakan semata-mata untuk merebut kekuasaan tidak bisa menjadi rahmatan lil’alamin.
Dalam Islam berpolitik untuk merebut kekuasaan adalah jalan untuk berbuat kebajikan. Kalau kita berkumpul dalam satu keluarga kita bisa memberi makan sepuluh orang miskin, kalau kita berkumpul membangun Yayasan kita bisa memberi makan seratus orang miskin tapi kalau kita berkumpul dalam sebuah negara kita bisa memberi makan seluruh orang miskin.
Jadi kekuasaan adalah jembatan bagi pemimpin Islam untuk membuat kebaikan yang jaug lebih besar kepada kemanusiaan Melalui negara kita bisa membuat perubahan yang jauh lebih besar kepada peradaban.
Bahwa yang disebut partai Islam sebenarnya bukan hanya partai yang mewakili umat Islam saja tapi harus dimaknai sebagai partai yang politisinya menjadikan ajaran Islam sebagai pondasi dalam berpikir dan bertindak. Islam adalah agama rahmatan lil’alamin artinya partai Islam bukan hanya berjuang untuk satu kelompok Islam saja tapi untuk seluruh umat manusia. Nah tantangan bagi partai Islam adalah bagaimana membangun visi besar sebuah partai yang rahmatan lil’alamin, untuk kesejahteraan seluruh umat manusia, termasuk hewan dan lingkungan.
MEMBANGUN VISI BESAR PARTAI ISLAM
Politik sebenarnya adalah ide, gagasan dan narasi untuk mendapatkan dukungan. Pemimpin kita seperti Ir soekarno sukses mendapat dukungan dari seluruh rakyat Indonesia karena saat itu membawa narasi kemerdekaan yang mana seluruh rakyat Indonesia ingin lepas dari penjajahan. Sementara Presiden Soeharto mendapat dukungan seluruh rakyat Indonesia karena membawa narasi pembangunan yang ingin membawa rakyat keluar dari kemiskinan.
Begitu pula nelson mandela dengan politik anti apartheidnya mendapat dukungan besar dari rakyat Afrika karena membawa narasi ingin membebaskan rakyat Afrika selatan yang berkulit hitam lepas dari penindasan warga kulit putih. Partai Islam perlu menyusun visi besar yang menjadi tujuan bersama seluruh rakyat Indonesia.
Di cina yang merupakan ideologi komunisme disitu ada kesejahteraan tapi tidak ada agama dan demokrasi. Di Amerika serikat dan barat ada demokrasi dan kesejahteraan tapi tidak ada agama, disana rakyatnya mengalami kemiskinan spiritual sehingga hidupnya menjadi hampa. mereka tidak tahu apa tujuan mereka sebenarnya hidup di dunia ini. sementara saat ini di banyak negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yang ada adalah agama dan tirani tapi tidak ada demokrasi dan kesejahteraan.
Dulu zaman presiden soekarno ada demokrasi tapi banyak yang lapar akhirnya terjadi pemberontakan. Zaman presiden soeharto ada cukup kesejateraan tapi tidak ada kebebasan. Nah Indonesia ke depan harus menjadi negara yang demokratis, memiliki kebebasan tapi juga sejahtera yang ditopang oleh nilai-nilai agama sebagai panduan hidup.
Nah visi besar partai Islam sekarang adalah bagaimana membawa narasi untuk menyatukan seluruh populasi (rakyat Indonesia) itu untuk mewujudkan dan menjadikan Indonesia menjadi negara yang demokratis, maju, sejahtera namun agamis.
Komentar
Posting Komentar