JANGAN JADIKAN INDONESIA MENJADI MEDAN TEMPUR NEGARA LAIN
Sejarah dunia selalu memunculkan dua atau lebih kekuatan besar dunia yang saling memperebutkan pengaruh untuk menjadi yang terbesar. Sebelum Islam datang, ada 2 (dua) kekuatan besar dunia yang ingin saling mendominasi yaitu kerajaan Persia dan Romawi, dan setelah jatuhnya dua imperium besar ini maka kemudian kekuatan peradaban Islam menggantikannya. lalu setelah kekuataan Islam mulai lemah, muncul kekuatan baru dari negara-negara eropa yang kemudian melakukan kolonialisme dunia seperti portugis, spanyol, inggris dan prancis. pasca perang dunia 1 dan 2 muncul kekuataan baru yang didominasi Amerika serikat dan Uni soviet yang kemudian terlibat dalam perang dingin. Dan sekarang tiba-tiba Rusia dan cina muncul menjadi kekuataan besar bidang militer dan ekonomi yang kemudian menantang hegemoni Amerika serikat .
Bahwa kalau kita perhatikan berbagai pertarungan memperebutkan hegemoni diantara negara-negara besar tersebut secara langsung atau tidak langsung juga menyeret negara-negara lain untuk terlibat dalam pertarungan itu. Dulu sewaktu terjadi perang antara Romawi dan Persia pengaruhnya juga sampai di Mekkah saat itu. Umat Islam mendukung Romawi yang Kristen sementara kaum musyrik Mekkkah mendukung Persia. Ketika tentara Romawi memenangkan peperangan itu kemudian membuat umat Islam yang di Mekkah bergembira (QS. Ar Rum ayat 1-5).
Ketika terjadi perang dingin antara AS dan uni soviet yang juga adalah perang ideologi antara kapitalisme, liberalisme melawan komunisme maka secara tidak langsung Imbas dari pertarungan itu juga terjadi di Indonesia dengan pemberontakan PKI di Madiun dan peristiwa G30S/PKI. Amerika secara tidak langsung menjadikan negara Indonesia untuk menghancurkan komunisme.
Pasca peledakan Gedung WTC 9/11 AS kemudian melancarkan perang atas nama terorisme, ini juga membawa implikasi di dalam negeri dengan pembentukan UU anti terorisme.
Saat ini perang politik dan ekonomi terjadi antara AS dan Cina. Amerika serikat marah dengan cina yang tiba-tiba muncul menjadi raksasa ekonomi dan militer dan berani menantang supremasi Amerika serikat. Di Indonesia sendiri, tiba-tiba isu komunis dan anti cina menguat dan seolah kita diarahkan untuk membenci Cina. Hal ini boleh jadi karena kebijakan pemerintah sendiri saat ini adalah lebih mendekat kepada cina dalam kerjasama dalam bidang ekonomi dan politik.
Amerika serikat memang pandai memainkan bidak politiknya, dia tidak pernah berperang secara langsung dengan negara yang menjadi musuhnya. Amerika menggunakan negara lain sebagai medan untuk berperang menghancurkan musuhnya baik politik, ideologi maupun ekonomi. Perang Rusia Ukraina sekarang bukanlah perang antara Rusia dan Ukraina tapi adalah perang antara AS/Nato dengan Rusia tapi menggunakan wilayah dan rakyat ukraina. AS hanya mensuplai uang dan senjata bagi tentara ukraina tapi yang mati adalah tentara dan rakyat Ukraina. Ukraina adalah contoh negara yang dipimpin oleh Presiden bodoh yang mau menjadikan negaranya dipakai sebagai medan untuk berperang tanpa memperdulikan kehancuran negaranya.
Dulu Libya adalah negara dengan Pendapatan perkapita (sebelum 2011) mencapai 14.581 Dollar dan Human Development Index Libya adalah yang tertinggi di Afrika, namun karena Amerika serikat marah dengan Pemimpin Libya Moammar Khaddafi yang ingin menjadikan emas sebagai nilai tukar dalam perdagangan dan tidak ingin menggunakan dollar dan franc lagi, maka Moammar Khaddafi kemudian dibunuh oleh pemberontak yang dibiayai oleh Amerika serikat dan Nato. sekarang Libya menjadi negara hancur dan sumur-sumur minyaknya kemudian dikuasai oleh pengusaha-pengusaha Amerika dan Israel.
Kita juga harus paham mengapa kelompok separatis atau kelompok kriminal bersenjata (KKB ) Papua sulit diberantas, karena memang Amerika serikat ada di belakang kelompok bersenjata ini. Kita mafhum bahwa senjata kelompok KKB adalah disuplai dari papua nugini yang merupakan negara yang berbatasan dengan papua. Dan minggu ini Presiden Joe Biden akan berkunjung ke Papua Nugini. Kita tahu hampir semua negara-negara didunia ingin bertemu dengan presiden Amerika serikat, Namun justru Joe biden terbang langsung ke Papua nugini untuk menemui Presiden papua Nugini. Ada apa ini ? Amerika serikat tentunya menginginkan papua dengan kekayaan alamnya yang luar biasa dan dari segi geo strategi mereka paham betul bahwa siapapun yang menguasai papua, maka akan bisa menguasai Biak sebagai pangkalan militer terbesar di asia pasifik. Amerika menunggu momen seperti Timor-timor untuk melakukan referendum dengan isu yang mereka lemparkan nantinya adalah Ketika kelompok KKB dihancurkan maka mereka sudah siap dengan propaganda melalui media mainstream bahwa terjadi pelanggaran HAM berat di Papua dan mereka akan mendorong PBB untuk memaksakan referendum di Papua.
Masalah-masalah seperti inilah yang sebenarnya harus dipahami oleh elit politik kita. Sudah saatnya elite di Indonesia harus segera melakukan rekonsiliasi dalam agenda-agenda besar menghadapi ancaman dunia dan krisis global ini, bukannya larut dalam akrobat politik wacana koalisi yang terus mereka lakukan saat ini menjelang pemilu. Koalisi partai hanya akan memperdalam polarisasi dan berpotensi membawa ancaman disintegrasi bangsa.
sudah saatnya para elit melakukan rekonsiliasi demi Indonesia masa depan. Langkah Prabowo yang bergabung dalam pemerintahan Jokowi setelah menjadi lawan politik dalam pilpres yang lalu adalah sikap seorang negarawan. Prabowo dengan jiwa besar ingin mengakhiri pembelahan bangsa ini dan memberikan keteladanan bahwa rekonsiliasi bisa dilakukan demi kepentingan negara dan bangsa Indonesia.
Pemilu semakin dekat. Pesan kami kepada mereka : JANGAN PERNAH MENJADIKAN INDONESIA MENJADI MEDAN TEMPUR NEGARA LAIN.
Komentar
Posting Komentar