Langsung ke konten utama

AMBISI AKAN KEKUASAAN

AMBISI AKAN KEKUASAAN

Banyak orang yang memburu kekuasaan. Orang memimpikannya dan kerap melakukan segala cara untuk mendapatkannya karena dianggap mendatangkan banyak kemudahan dan kenikmatan dalam hidup. Bayangkan, dengan memiliki kekuasaan kita akan dihormati di mana pun. Datang dan pergi dengan kendaraan mewah beserta ajudan yang siap melayani. Banyak undangan dan jumpa dengan orang-orang penting dan kaya yang tentunya dengan hidangan makanan yang lezat. Gaji besar dengan peluang korupsi yang juga besar.

Kekuasaan memang menggoda. maka banyak orang masuk ke partai politik dengan cita-cita untuk mendapatkan kekuasaan apakah itu sebagai Presiden, Gubernur, Bupati, walikota, atau anggota DPR. Dengan kekuasaan itu mereka ingin menjadi orang yang dihormati dan kaya raya.  Untuk itu mereka tidak segan mengeluarkan uang banyak dan melakukan tipu daya. Di pemerintahan untuk mendapatkan jabatan tidak sedikit orang rela menjilat kepada atasan sekaligus menindas pesaing yang boleh jadi lebih darinya. 

Ada buku yang berjudul “The Prince” atau sang pangeran yang ditulis oleh Machiavelli. Dalam buku tersebut ditulis bahwa jika anda ingin berkuasa, anda harus merebutnya. Untuk itu rasa malu harus disingkirkan. Moral dan empati juga harus ditunda. Untuk mendapatkan kekuasaan semua cara perlu dan bahkan harus dilakukan termasuk yang tak bermoral. Buku ini tampaknya menginspirasi banyak orang untuk mendapatkan kekuasaan sehingga membuat politik menjadi kotor dan culas.

Presiden Amerika serikat Abraham Lincoln pernah berkata,”jika kamu ingin melihat karakter asli seseorang, berilah ia kekuasaan. 

Abraham Lincoln benar. Sudah berapa kali kita melihat orang yang memegang kekuasaan menjadi berubah. Soekarno, sang proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia, yang telah membawa Indonesia keluar dari cengkraman penjajahan yang membuatnya dipuja laksana dewa oleh rakyat Indonesia juga akhirnya jatuh ke dalam godaan kekuasaan. Ia menjadi tiran yang ingin berkuasa secara mutlak. Inilah kiranya godaan kekuasaan yang begitu mempesona. 

Banyak anak-anak muda, aktivis yang dulunya idealis tapi setelah masuk ke dalam kekuasaan dengan menjadi anggota DPR, menjadi Menteri, pejabat di pemerintahan ataupun BUMN kemudian menjadi berubah. Dulu mereka teriak-teriak di jalanan pada siang hari bolong atas nama rakyat tapi setelah duduk nyaman di parlemen mereka lupa pada rakyat yang di wakilinya. Mereka kini bukan bela rakyat lagi, tapi bela parpol dan bela kepentingan pribadi. Uang dan kekuasaan membuat banyak orang menggadaikan idealismenya. Kekuasaan telah mengubah kepribadian mereka menjadi rakus dan sombong.

Bahwa Kekuasaan sejatinya tidak hanya mendatangkan kesenangan tapi sekaligus juga penderitaan. Mereka yang telah memilikinya pun sulit untuk melepasnya Ketika waktunya tiba. Banyak orang yang Ketika harus berpisah dengan kekuasaan menjadi stres bahkan depresi. Mereka mengalami yang disebut dengan Post Power Syndrome yaitu merasa diri tidak lagi dihormati sehingga menyebabkan mereka mudah tersinggung dan akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial. 

Sebenarnya kekuasaan itu netral. Ia tidak baik ataupun tidak buruk. Di tangan orang bermoral busuk maka kekuasaan menjadi bencana dan daya rusaknya bisa sedemikian besar. Namun ditangan seorang spiritualis kekuasaan menjadi berkah. Ia membawa kebaikan bersama, tidak hanya untuk manusia tetapi untuk seluruh kehidupan. 

Lalu siapakah orang yang disebut spiritualis itu ?
Mereka adalah orang yang memiliki kesadaran diri. 
Mereka yang memiliki Kesadaran diri karena memahami akan tujuan dan makna hidupnya. Mereka yang memahami makna dan tujuan hidupnya akan memiliki rasa tanggung jawab atas pilihan hidupnya, tidak terpengaruh oleh tekanan, dan memiliki arah yang jelas untuk masa depan.

Bahwa kekuasaan ditangan orang yang memiliki kesadaran diri akan bisa menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan. Bukan hanya bagi banyak orang tapi juga untuk seluruh semesta. Mereka yang memiliki kesadaran diri akan  memandang bahwa hewan dan tumbuhan adalah ciptaan Tuhan yang memiliki hak yang sama dengan manusia sebagai penghuni alam semesta ini sehingga atas dasar itu mereka akan menjaga hutan, sungai, gunung, danau, dan lingkungannya. Mereka yang memiliki kesadaran diri tidak lagi memandang uang, kekuasaan, dan popularitas diatas segalanya. Bagi mereka dunia, uang dan kekuasaan adalah sementara.  

Sebaliknya manusia yang tidak memiliki kesadaran diri akan sangat berbahaya Ketika memegang kekuasaan. Tanpa kesadaran akan kesementaraan, kekuasaan bisa menjadi korup. Tanpa kesadaran diri orang-orang yang awalnya berhati tulus bisa menjadi keji dan rakus ketika memegang kekuasaan. Tanpa kesadaran diri kekuasaan bisa berubah menjadi penindasan, kekerasan dan teror. Mereka yang rakus, serakah, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu sebenarnya adalah orang yang tidak paham akan tujuan dan makna hidup mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kew...

Tindak lanjut temuan kerugian negara dalam LHP BPK, antara administrasi atau pidana

Tindak lanjut temuan kerugian negara dalam LHP BPK, antara administrasi atau pidana Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah satu-satunya lembaga negara yang diberikan wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara (pasal 23E ayat (1) UUD 1945). BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah pusat, pemerintah Daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, Badan layanan Umum, BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK). Pelaksanaan pemeriksaan BPK, dilakukan berdasarkan Undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (pasal 6 ayat (2) UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK). Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan ,pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan keuang...

KAPAN KEBIJAKAN DAPAT DIPIDANA

KAPAN KEBIJAKAN DAPAT DIPIDANA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Sulsel Pemerintah Jokowi-JK untuk memenuhi target pertumbuhan ekonomi diatas 6 persen sesuai dengan janjinya, berencana   membelanjakan 5000 triliun lebih selama lima tahun untuk infrastruktur. Dengan proyek-proyek infrastruktur, biaya logistik nasional dapat lebih rendah, lapangan kerja yang tersedia dapat mengurangi pengangguran, volume BBM bisa ditekan. Proyek infrastruktur ini tersebar di berbagai Kementerian dan di Pemerintah Daerah. masalah utama yang dihadapi ada dua yaitu pembebasan tanah dan masalah hukum. Pembebasan tanah akan diupayakan dengan mengundang partisipasi masyarakat. Namun masalah hukum, khususnya kekhawatiran Pimpinan Proyek (Pimpro) untuk mengambil keputusan, akan membuat seluruh proyek itu akan berjalan lambat. Keterlambatan proyek akan membuat konsekuensi besar ke eskalasi biaya, kualitas pekerjaan dan pelayanan publik. Presiden Jokowi dan JK i...