ISLAM, IMAN DAN IHSAN
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah melaksanakan haji wada (haji perpisahan) maka Nabi Muhammad saw kembali ke madinah. Dan sesaat sebelum Nabi Muhammad saw wafat (81 hari sebelum wafatnya Nabi saw) Allah swt mengutus malaikat jibril yang menyamar (dalam bentuk) sebagai manusia untuk mendatangi Nabi Muhammad saw.
Sahabat Nabi, Umar bin Khattab ra bercerita :
Suatu ketika, kami (para sahabat) sedang bersama dengan Rasululah saw. Di masjid kuba, Saat itu, suatu peristiwa yang tak terlupakan, aneh, misterius dan dramatis terjadi. Seorang laki-laki yang tak dikenal memasuki Masjid. Laki-laki itu berpakaian serba putih dengan rambut dan jenggot yang tebal dan hitam. Tidak ada satu orang pun yang mengenalnya, karena itu dia tidak mungkin berasal dari Madinah. Apakah dia seorang pengembara yang berasal dari luar kota Madinah?
Jika dia berasal dari luar kota Madinah, baik itu berjalan kaki, mengendarai unta atau kuda, pasti lah ada banyak debu yang menempel pada pakaian, rambut dan jenggotnya. Namun tidak ada satupun debu yang menempel pada tubuhnya.
Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi.
kemudian ia berkata,“Hai, Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam ?
Nabi saw menjawab,” Islam adalah engkau bersaksi tidak ada yang berhak disembah melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya.
Lelaki itu berkata,”Engkau benar! maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi,“beritahukan kepadaku tentang Iman ?
Nabi saw menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.
Lelaki itu kembali berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi,“beritahukan kepadaku tentang ihsan?
Nabi saw menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi,“ beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat? Nabi saw menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi,“beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya ?
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku,“Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi? Aku menjawab ,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR. Muslim]
Mengapa Allah swt. mengutus malaikat jibril dengan cara ini. Dengan begitu banyak drama dan cara yang tak terlupakan dan kedua mengapa dia mengutusnya tepat sebelum Nabi saw meninggal dan setelah Allah menurunkan wahyunya bahwa agama telah sempurna dan tugas Nabi sudah selesai (QS. Al Maidah ayat 3)
Bahwa belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah malaikat dalam bentuk wujud manusia datang langsung di depan semua orang. pertama kali malaikat jibril datang dalam bentuk wujud manusia adalah ketika mendatangi Maryam. Tapi hanya Maryam seorang. Bukan di depan orang banyak.
Jadi kedatangan malaikat jibril dalam wujud manusia di depan banyak sahabat Nabi Ini adalah untuk mengesankan bahwa apa yang disampaikan dalam peristwa ini adalah sesuatu yang sangat penting.
Apa sesuatu yang sangat penting itu ?
Inilah intisari dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang kemudian disimpulkan dalam Islam (syariah), iman (akidah), dan ihsan (akhlak).
Mari kita bahas apa itu Islam, Iman dan Ihsan.
Apa itu Islam ?
Asal usul nama agama-agama besar di dunia adalah agama Kristen diambil dari yesus kristus, nama Buddha diambil dari pendirinya yaitu Budha Gautama. Nama agama Zoroaster diambil dari pendirinya yaitu Zoroaster. Nama agama yahudi diambil dari nama ras atau suku juda dari negeri judea tempat kelahirannya. Agama hindu berasal dari nama sebuah tempat bernama Hindustan, yaitu sebuah Sungai di sebelah barat daya anak benua india
Tapi tidak dengan Islam. islam bukan nama tempat, bukan nama orang atau pembawanya. Islam adalah agama yang diberi nama langsung oleh Allah. Islam artinya adalah tunduk, patuh, berserah diri (kepada Tuhan)
Katakanlah : “sesungguhnya shalatku, ibadahku,hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (QS. Al an’am ayat 162-163)
Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa : Islam dibangun diatas lima yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah (syahadat), mendirikan shalat, puasa ramadhan, menunaikan zakat, dan naik haji. (HR. Bukhari muslim)
Syahadat adalah pernyataan dimana seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Masalahnya bagaimana ia menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah , padahal Allah tidak bisa dilihat? Bagaimana pula menyaksikan Muhammad Rasul Allah yang hidup pada abad ketujuh?
Bukankah saksi artinya orang yang melihat atau mengetahui suatu peristiwa?
Disini makna bersaksi bukan dengan mata kepala, sebab mata kepala tidak mungkin melihat Allah. Kesaksian disini adalah dengan mata hati. Kerja mata hati manusia melibatkan akal, Nurani dan jiwa. Berdasarkan ilmu yang berasal dari mata hati itu maka mata hatinya melihat kebesaran Allah melalui berbagai peristiwa sehingga hatinya terbuka untuk menerima Islam.
Menyaksikan bahwa Muhammad saw adalah Rasulullah (utusan Allah) adalah melalui catatan-catatan yang pernah ditulis oleh orang-orang saleh yang pernah berinteraksi dengan beliau. Kalau ada orang yang meragukan catatan tentang Nabi Muhammad saw maka sebaiknya dia juga meragukan catatan tentang plato, Aristoteles dan tokoh-tokoh Sejarah lainnya yang ditulis oleh sejarahwan.
Ketika seorang mengucap kalimat syahadat ia baru bersaksi (dengan mata hatinya) bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ia belum dapat disebut mukmin. Ia masih harus menjalankan rukun-rukun islam yang lain yaitu shalat, zakat, puasa dan haji.
Melaksanakan rukun-rukun islam tersebut harus dibarengi dengan keimanan. Tanpa keimanan maka shalat belum dilaksanakan dengan konsisten. kadang shalat kadang tidak. Jika Puasa tanpa keimanan maka hanya sekedar lapar dan haus karena amalan diluar puasa masih penuh omongan kotor, pandangan liar serta perbuatan maksiat besar dan kecil. Zakat atau sedekah tanpa keimanan maka masih riya dan ingin dipuji. Ketika berhaji pun tidak sepenuh hati dan tidak tahu rukun dan syaratnya sehingga bisa batal atau tidak mabrur. Ini karena berislam tidak dibarengi dengan keimanan, sehingga shalatnya tidak mencegah kemaksiatan, puasanya tidak membersihkan jiwanya dan membawa ampun baginya, zakatnya tidak membersihkan hartanya, serta hajinya tidak membawa kebaikan (mabrur) bagi dirinya.
Walaupun demikian Allah tetap memberikan pahala bagi yang menjalankan rukun islam tersebut. “ Dan jika engkau taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalmu (QS. Al hujurat ayat 14)
Lalu apa itu iman?
Iman mengandung makna keyakinan dalam hati, ikrar dengan lisan dan pengamalan dengan anggota tubuh (perbuatan).
Orang-orang arab badui itu berkata, kami telah beriman. Katakanlah (wahai Muhammad), kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk (berislam), karena iman itu belum masuk kedalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS. Al hujurat ayat 14)
Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang yang telah menjadi muslim (islam) itu tidak otomatis akan menjadi mukmin (beriman). iman itu datang sesudah Islam.
Tanda keimanan atau cabang iman itu bisa dilihat dan dibuktikan dari perbuatan yang kesemuanya membentuk apa yang disebut amal saleh.
Nabi Muhammad saw bersabda: iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan “laailahaillallah” sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan (HR. Bukhari dan muslim).
Didalam alquran, cabang-cabang keimanan diantaranya Ikhlas, bertaubat, takut kepada Allah, mengharap Rahmat Allah, tidak dengki dan iri hati, tidak pemarah, memiliki rasa malu, tidak berburuk sangka, menuntut ilmu, berdoa, berdzikir, menjaga shalat, puasa, zakat dan haji, menepati janji dan sumpah, berkurban, menunaikan hutang dan Amanah, meninggalkan riba dan masih banyak lagi.
Seandainya kaum muslim minimal telah mengamalkan iman paling rendah seperti menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan maka tidak ada jalanan berlubang yang bisa merenggut nyawa, tidak ada parkir sembarangan, trotoar yang beralih fungsi dan sebagainya.
Selanjutnya apa itu Ihsan ?
Nabi saw bersabda, Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan akan engkau melihatNya, dan jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya ia melihatmu (HR. Bukhari)
Bagaimana prakteknya?
Pada suatu hari Umar bin Khattab berkeliling meninjau wilayah perkampungan. Di Tengah perjalanan, umar melihat seorang budak kecil yang sedang menggembala puluhan kambing tuannya. Umar kemudian mendekati budak kecil tersebut dan menyampaikan niatnya untuk membeli seekor kambing gembalaan budak tersebut. Kita tidak tahu pasti apakah umar benar-benar serius ingin membeli atau hanya sekedar menguji ketaatan budak itu.
Setelah dekat dengan budak tersebut, umar pun bertanya, nak, bolehkah saya beli satu dari kambing-kambingmu ini?. budak tersebut langsung menjawab, saya ini budak, saya tidak memiliki kewenangan untuk menjual kambing ini. semua kambing ini milik majikan saya, tuan.
Umat lalu menguji ketaatan budak itu dengan berpura-pura mengajari bersikap berbohong, seraya berkata, meskipun ini milik majikanmu, tapi kalau saya beli satu nanti kamu laporkan kepada majikanmu bahwa satu kambing yang kamu gembala dimakan serigala.
Kita tidak tahu bagaimana sikap umar jika budak itu mau melepaskan seekor kambing milik majikannya. Namun apa yang terjadi justru diluar dugaan. Budak kecil itu memberikan jawaban yang mengejutkan. “saya tidak mau melakukan itu tuan. Meski pemilik kambing tidak tahu tetapi Allah akan melihat dan mengetahui apa yang saya lakukan.
Mendengar jawaban itu sontak umar menangis. Beliau lalu menepuk-nepuk Pundak budak itu. Ada perasaan haru dan bangga akan ketaqwaan rakyatnya tersebut.
Inilah keislaman pada Tingkat ihsan. Ihsan sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw “beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya. Jikapun kamu tidak melihatNya, maka (yakinlah) sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu.
Bahwa semua yang telah dijelaskan diatas yaitu islam, iman dan ihsan maka bisa juga disebut sebagai tingkatan ibadah dalam Upaya seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Tingkat pertama, Tingkat syariat islam. ini adalah tingkat paling rendah dimana para hamba menjalankan rukun islam yang lima sekedar untuk mengugurkan kewajiban. Pada tingkat ini orang selalu berhitung dosa dan pahala sehingga Ali bin Abi Thalib menamakan Tingkat ibadah ini sebagai ibadahnya pedagang.
Tingkat kedua, tingkat iman atau akidah. Ini adalah tingkat ibadah menengah yaitu tingkat ibadah yang didasari oleh rasa keimanan. Menurut Abu bakar al shidiq tingkat ini adalah tingkat ibadah yang mengharapkan keridahaan Allah. Pada tingkat ini seorang mukmin beribadah untuk mencari kemuliaan dengan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan. Bagi para ulama sufi Tingkat kedua ini disebut dengan tingkatan al muridin, yaitu orang-orang yang memiliki keinginan kuat agar bisa dekat dengan Allah dengan mengisi kehidupannya dengan amal-amal shaleh, sehingga segala kotoran dan tabir (hijab) yang menghalangi hatinya terhadap Allah tersingkirkan
Tingkat ketiga, tingkat ihsan adalah ibadah tingkat tinggi. Pada tingkat ini menurut Abu bakar, ibadah bukan karena motif pahala dan dosa atau mencari kemuliaan, tetapi karena rasa cinta kepada Allah dan RasulNya. Menurut Imam Ali bin Abi talib dan para ulama serta sufi, Tingkat ketiga ini adalah ibadat al Arifin yaitu ibadah orang-orang yang telah atau sedang mencapai ma’rifatullah, mengenal Allah. Orang-orang pada Tingkat ini beramal saleh bukan sekedar mencari pahala, tapi karena rasa Syukur, karena ingin bertaqarrub kepada Allah dan karena mencintai Allah.
Seperti Nabi saw Ketika ditanya oleh aisyah (istrinya), wahai rasul mengapa engkau beribadah seperti itu (shalat malam sampai bengkak kakinya karena lamanya berdiri dalam shalat)? Maka rasul saw menjawab,”aku ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur.
Rasulullah mengajarkan doa “ya Allah, aku memohon kepadaMu untuk mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintaiMu. Dan mencintai amal ibadah yang menyampaikan aku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaku kepadaMu melebihi cintaku kepada diriku, keluargaku dan air yang dingin..
Dalam kehidupan nyata, ciri orang yang mencintai adalah selalu mengingat orang yang dicintainya. Demikian pula mencintai Allah adalah selalu mengingatnya (dzikir), selalu berhubungan dengannya (ibadah) dan melakukan perbuatan yang disukai Allah (amal shaleh).
Inilah tingkatan ihsan. Orangnya disebut muhsin. Seorang muhsin adalah seorang yang keislaman, keimanan dan amal-amalnya meningkat menjadi menjadi sebuah kesadaran penuh seakan-akan ia berada dihadapan Allah sehingga semua perilakunya tidak terlepas dari niat ibadah kepadaNya.
(Terima kasih kepada Bapak Hamid Fahmy Zarkasyi atas ilmunya sehingga kami lebih bisa memahami apa itu Islam, Iman dan Ihsan dengan pemahaman yang benar)
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar