Langsung ke konten utama

INILAH SHALAT YANG DIPERINTAHKAN ALLAH

INILAH SHALAT YANG DIPERINTAHKAN ALLAH

Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. 
(Nabi Muhammad saw)

-----------------------------------
 
Shalat adalah sebuah ibadah yang diperintahkan Allah swt kepada hambaNya yang ingin menyembahNya. Shalat itu dimulai dengan berdiri kemudian takbir, ruku, sujud dan diakhiri dengan salam. Gerakan-gerakan itulah yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin menyembahNya.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa pada saat Nabi saw melaksanakan Mi’raj beliau menyaksikan para malaikat dan penduduk langit beribadah dengan kesungguhannya. Ada malaikat yang beribadah terus menerus berdiri, ada yang terus menerus ruku, ada pula yang bersujud, ada pula yang merendahkan sayapnya. Ibadah malaikat ini menimbulkan kekaguman di dalam diri Nabi, sehingga beliau meminta kepada Allah agar ibadah itu diperuntukkan juga bagi umatnya, lalu Allah  swt. menghimpunkan semua ibadah para malaikat itu dalam shalat  yang sekarang dilaksanakan oleh kaum muslimin lima waktu sehari.

Shalat adalah hadiah dari Allah kepada kaum beriman yang ingin berjumpa denganNya. 

Shalat adalah tempat kaum beriman mengadukan segala penderitaan, kesusahan dan kesedihannya kepada Allah.

Shalat adalah media pensucian diri dan untuk mendapatkan nur (cahaya) dari Allah. Anda akan hidup dalam kegelapan apabila tidak ada cahaya yang menuntun anda. Itulah mengapa sebelum melaksanakan shalat seseorang di wajibkan berwudhu (bersuci) terlebih dahulu.

Shalat adalah media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang selalu menginginkan kedekatan denganNya akan selalu memperbanyak shalat. Pengembara spiritual berkata, shalat adalah waktu untuk berhubungan dan berdekatan dengan Allah. Tentu yang di maksud bukan kedekatan jasmani tapi kedekatan ruhani kepadaNya.
Jasmani manusia ada di bumi, tapi hati atau ruhnya bisa naik ke langit dengan shalat.  Itulah maka hati harus hadir dalam shalat. Nabi menyebutnya Ihsan yaitu engkau beribadah seakan-akan engkau melihat Allah atau engkau menyadari bahwa engkau dilihat oleh Allah.

Bahwa ketika engkau menyadari bahwa Allah melihatmu maka engkau akan merendahkan diri, tunduk di hadapannya seperti seorang hamba di hadapan Tuannya. Ketika itu sering engkau lakukan maka rahmat Allah akan turun kepadaMu. Hatimu menjadi lembut.

Untuk sampai pada posisi ihsan dalam beribadah maka niat dan keikhlasan harus dijaga. Hati harus hadir terus mengingatnya. Berkata Nabi saw, segala sesuatu selain Allah adalah batil (HR. Bukhari-Muslim).

Banyak diantara kita yang shalat tapi hati kita kosong dari mengingatNya. Selesai shalat kita merasa gembira karena kewajiban sudah kita laksanakan. Lalu apa pendapat kalian apabila ada orang menghadap kepada raja namun ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menghadapkan wajahnya kepada sang raja maka tentu raja ini akan marah. Demikianlah, orang yang mengerjakan shalat dengan tidak menghadirkan hatinya mengingatNya. Jasmaninya melaksanakan gerakan shalat tapi batinnya kosong dari mengingatnya. shalat seperti itu akan dilemparkan dihadapannya bagaikan kain kasar yang kotor.

Pada suatu kesempatan seorang guru menasehati seorang muridnya tentang shalat.
Anakku, Engkau sudah diajarkan tentang tata cara shalat tapi apakah engkau sudah diajarkan bagaimana melaksanakan shalat yang khusyuk itu. Ketahuilah shalat tidak sekedar ritual, shalat  bukan sekedar tentang sunnah atau fardhu, atau tentang posisi yang berbeda selama shalat, kemudian mengucapkan salam lalu pergi! Tidak!  tapi shalat jauh lebih bermakna dari itu. shalat adalah amal untuk menyatukan diri kita dengan Allah swt dimana hamba Allah yang tulus bersentuhan dengan-Nya.

Mari kita coba pikirkan. Allah swt. adalah Pencipta, Penguasa, Pemimpin dan Pengendali seluruh alam semesta. Kebesaran dan Keagungan-Nya tak terbatas. Dia tidak membutuhkan apa pun yang Dia ciptakan. Dia adalah, Al-Samad,  artinya segala sesuatu tergantung pada-Nya dan Dia tidak tergantung pada segala-galanya.
Lalu bagaimana sikapmu Ketika engkau berdiri, ruku dan sujud dihadapanNya. Bagaimana seharusnya sikap seorang budak kepada Tuannya.

Dalam kehidupan duniawi ketika kita menjadi Presiden,  Gubernur, Bupati,  atau seorang Muslim yang kaya, kita tidak akan suka kalau ada orang biasa datang kepada kita kapan saja! Kita juga ingin memiliki tamu yang memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kita. Kita pikir itu akan menjadi suatu kehormatan. Tetapi di sini, Allah swt yang maha hebat, maha agung yang mengundang kita datang kepada-Nya, Dia memanggil kita lima kali untuk menghadapNya. Dia mengundang kita, karena Dia berfirman: Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu (QS. Al Baqarah ayat 152) 

Ketika kita mengingat seseorang dan orang itu juga mengingat kita maka itu adalah cinta. Jadi Shalat adalah jembatan kita untuk mencintai Allah dan Allah mencintai kita.

Lalu bagaimana shalat itu seharusnya dilaksanakan, wahai anakku ?
Untuk memahami itu engkau harus meniru Nabi Muhammad saw. 
Ingatlah, Allah Yang Maha Kuasa berfirman bahwa Nabi Muhammad saw  adalah  suri teladan yang baik bagimu (Q.S Al ahzab ayat 21), dan karena itu, Jika kamu mencintai Allah, ikutilah Muhammad saw (Q.S al Imran ayat 31).

lalu bagaimana cara Nabi Muhammad saw dalam melaksanakan shalat?
Diriwayatkan bahwa ketika beliau melaksanakan sholat berjamaah, shalat beliau singkat, dan ketika beliau shalat sendirian, shalat beliau lama. Kadang beliau masih berdiri diam berjam-jam “sampai kaki beliau bengkak.”
Istri beliau, ‘Aisyah meriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad  saw shalat, suara yang keluar dari dadanya terdengar seperti panci besar yang mendidih., karena tangisan yang tertahan dari dada beliau. Beliau menangis dalam shalatnya karena kekusyuannya Ketika berdiri dihadapan Allah.

Apa yang Nabi saw ajarkan tentang shalat
beliau bersabda “sembahlah Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah Dia selalu melihatmu”

Lalu apa yang kita lakukan dengan shalat kita ? 
Banyak hal yang kita pikirkan ketika shalat. Kita membaca do’a ketika shalat, tapi pikiran kita entah ke mana. Apakah begini cara shalat.
Nabi saw bersabda “shalat bukanlah shalat kalau tidak diucapkan dengan konsentrasi pikiran yang penuh. konsentrasi harus pada Allah swt.

Tapi ketika shalat kita sedikit sekali mengingatnya bahkan pikiran kita mengembara kemana-mana. Lalu apa yang kita peroleh dari shalat seperti itu ? 
Nabi saw menyuruh kita membaca alquran, apa kata alquran “maka celakalah orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya (Qs al maun ayat 4-5). celaka engkau anakku, kalau engkau shalat sementara pikiranmu melayang kemana-mana, engkau tidak akan mendapatkan rahmat-Nya.
Oleh karena itu anakku ikutilah petunjuk Nabi saw, shalat tidaklah shalat kalau tidak dilakukan dengan konsentrasi sepenuhnya. Kesadaran bahwa engkau dilihat Allah swt.

Nah sekarang Ketika engkau sudah selesai bersuci, ikutilah apa kata Nabi saw.
Bahwa ketika engkau mulai shalat, angkatlah tangan. engkau tahu apa itu maksudnya? engkau  menarik diri dari dunia ini!  dunia bukan tempat tinggal selamanya. suatu saat engkau akan tinggalkan. rasakan  keheningan dan ketenteraman, Pada setiap gerak engkau harus sadar akan apa yang engkau lakukan. Setiap tindakan harus dengan kesadaran.

Saat engkau melipat tangan itu  menunjukkan perasaan dan simbol kerendahan hati “Ya Allah, saya adalah hamba yang taat.” Tapi ketika engkau melipat tangan dan  sedang memikirkan sepak bola atau  lainnya, itu bukan lah shalat. Sikap taat kepada Allah harus dikembangkan dengan kerendahan hati. 

Ketika engkau membaca surat Al Fatihah, engkau akan mulai dengan  “ segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, maha pengasih lagi maha penyayang, penguasa hari pembalasan (QS. Alfatiha ayat 1 :2-4) ini adalah pujian untuk yang maha kuasa.
kemudian engkau tampakkan kebutuhanmu seperti seorang pengemis dengan mengucapkan “hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan (QS. Al fatihah ayat 5)
Kemudian engkau meminta hadiah yang paling agung dan hebat dari Allah swt. “tunjukilah kami jalan yang lurus (QS. Al fatihah ayat 6). yaitu agar engkau diberi petunjuk ke jalan yang benar

sampai disini engkau berkonsentrasi pada Allah, kini engkau harus berkonsentrasi pada Allah dan Nabi Muhammad saw karena Dia berfirman “yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nkmat kepada mereka (QS. Al fatihah ayat 7).
Siapa yang diberi berkah lebih daripada Nabi Muhammad saw . semoga engkau termasuk orang-orang yang diberi berkah yaitu dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh..

Lalu Ketika anda selesai membaca alfatiha dan dilanjutkan dengan membaca beberapa ayat dalam alquran maka anda kemudian ruku. Ketika melakukan ruku  maka lakukan dengan sikap kerendahan hati dan menyatakan: “Maha Suci Rabbku yang maha Agung” Aku bukan apa-apa!  jadikan dirimu seperti pengemis dihadapan-Nya yang membutuhkan sesuatu. Lakukan ruku’ serendah hati mungkin dan jangan mengucapkan bacaan shalat seperti burung beo. Kerendahan hati ini harus sampai pada puncak  “Saya adalah seorang pengemis, ya Rabb, saya bukan apa-apa, dan saya telah mengosongkan diri saya dari semua kesombongan dan semua pikiran tentang diri saya sendiri, hanya Engkau lah Zat Yang Nyata,” dan karena itu lah engkau bersujud dan mengucapkan: “Maha Suci Rabb-ku Yang “Maha Tinggi”, mengapa engkau mengucapkan itu ? karena engkau telah menjadi “rendah” dihadapan-Nya.

Ini baru awal dari shalat, bagaimana pada bagian akhirnya?
Ketika dalam tahiyyaat engkau berkata: At tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaat lillah. engkau memuji Allah swt. Kemudian engkau  kembali ke Nabi Muhammad  saw dengan mengucapkan: Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barokaatuh 
Kemudian dengan rasa terima kasih, kita mengucapkan: Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahish sholihiin. Asyhadu alla ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘rosuulullah.

Di sini, engkau telah menegaskan kalau Allah swt. memberikan Nabi Muhammad  sebuah posisi istimewa, karena itu beliau lah gerbang dalam memperoleh rahmat-Nya. Nabi Muhammad adalah ‘abd-Nya dan Rasul-Nya, bukan tuhan. Ini harus dipertegas agar memelihara keseimbangan pikiran. Jadi engkau akan diminta untuk mengucapkan: “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.”

Lalu dengan rasa terima kasih sekali lagi untuk Nabi Muhammad  saw dan untuk seluruh Nabi, dimulai dengan “millata Ibrahiim“, bimbingan yang datang melalui mereka, anda berkata: Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, wa baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm fiil ‘alamiina innaka hamidun majiid.

Dengan shalat seperti itu, insyaAllah engkau akan mendapatkan rahmat-Nya.

Mengapa surat Al fatiha ini menjadi begitu istimewa sehingga setiap rakaat dalam shalat kita diwajibkan untuk membacanya ?

Para Sahabat Nabi SAW. sedang dalam perjalanan dan mereka lelah dan lapar,  dan pada saat itu hari sudah menjelang malam. Mereka sampai disuatu perkampungan yang bukan muslim. Mereka menyembah berhala, namun orang Arab terkenal dengan keramah tamahannya, oleh karenanya para sahabat mengharapkan keramah tamahan itu, namun mereka tidak dihargai karena suku dikampung itu tidak menyukai agama Islam yang baru tersiar di Arabia. 

Para sahabat akhirnya bermalam diluar perkampungan itu, karena tidak diijinkan untuk bermalam di dalam. Di malam hari, kepala suku perkampungan itu digigit ular berbisa. Dan mereka tidak bisa menyembuhkannya. Kepala suku itu akan mati besok pagi. Oleh karena itu mereka akhirnya mendatangi para sahabat Nabi dan meminta mereka untuk menyembuhkannya. “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk menyembuhkan kepala suku kami yang digigit ular berbisa?” 

Para sahabat menjawab, “Karena kalian memperlakukan kami dengan buruk, kalian harus membayar jika kami dapat menyembuhkan kepala suku kalian.” Mereka bertanya, “Berapa?” Sahabat menjawab, “Seratus ekor domba.” Mereka menyetujuinya. Salah seorang sahabat mendatangi kepala suku dan membacakan Surah al Fatiha, dia meniup kepala suku itu yang akhirnya sembuh.

Lalu mereka membawa 100 ekor domba itu dan membawanya ke Madinah, dan langsung bertanya pada Nabi, “Ya Rasul Allah, SWT.  Ini yang terjadi, bolehkah kami mengambil domba-domba itu”. Nabi berkata, “Ya! Kalian boleh mengambil domba-domba itu karena orang membayar untuk segala pekerjaan, ya seperti yang kalian lakukan.” 

Sampai disini, kita akan bertanya mengapa sahabat yang diceritakan dalam hadis diatas bisa menyembuhkan seorang kepala suku yang digigit ular berbisa hanya dengan membacakan surat Alfatiha , Apa sebenarnya keistimewaan surat Al fatiha ini ?

Allah swt berfirman,”Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung. (QS. Al Hijr, ayat 87)

Nabi Muhammad SAW memberitahu kepada kita bahwa tujuh ayat yang selalu dibaca berulang-ulang itu adalah Surat Al Fatiha. Surat Al fatihah ada tujuh ayat dan basmalah adalah ayat pertamanya sehingga kita diperintahkan membacakannya dengan dikeraskan dalam shalat bersama dengan keenam ayat lainnya. Dan Nabi saw ketika beliau membaca Surat Al Fatihah maka beliau membacanya secara bertahap, terpisah-pisah, yaitu ayatnya dibaca satu persatu dan tidak pernah dilangsungkan.

Mengapa beliau membacanya seperti itu ?
Alfatiha ada 7 ayat dan ada 7 samawaat atau tujuh lapis langit (QS. Al baqarah ayat 29). 
7 (Tujuh) Samawat seharusnya dikenali sebagai tujuh dimensi alam ruang dan waktu yang berbeda, yang berada di antara bumi dan Allah dan singgasananya (Al’Arsy). 
Alfatiha setelah membaca basmalah diawali dengan ,”segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.” Artinya Rabb (Tuhan) atas manusia di alam ini. Dia juga Rabb atas mereka yang ada di alam yang lain dan mereka pun menyembah-Nya (QS. Al Isra ayat 44).

Jadi setiap ayatnya adalah membuka satu sam’a atau satu lapis langit atau satu alam. Kita umatnya di sunnahkan mengikuti  cara Nabi saw membaca alfatiha yaitu ayatnya dibaca satu persatu. Kita membaca ayat demi ayat dengan penuh kesadaran, kita tidak memikirkan kemacetan di jalan, tidak akan memikirkan pekerjaan kita, apa yang akan kita makan hari ini atau besok? Kita akan berkonsentrasi dalam setiap ayat Al Fatiha, sehingga ketika kita sampai akhir surat alfatiha dan kita mengucapkan Aamiin maka kita akan mencapai arsy, yaitu sampai kepada Allah.

Sekarang kita mengerti apa maksud ucapan Nabi Muhammad, SAW, As salatu Mi’raajul Mu’mineen, Didalam setiap shalat ada mi’rajnya  (perjalanan spiritual)  orang mukmin untuk sampai kepada Allah.  Kemudian beliau menambahkan: As salatu nur, Shalat itu nur.

Shalat adalah pintu masuknya nur atau cahaya kedalam hati. Sehingga ketika nur Allah turun dari arsy melalui samawaat kedalam hatinya orang-orang yang beriman maka itulah yang disebut dengan ihsan. 

Ketika malaikat Jibril bertanya, “apa itu Ihsan? 
Nabi saw menjawab,” Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.
Inilah tujuan dari spiritualitas Islam. Ibadah yang kita lakukan adalah untuk mengantar kita menuju Ihsan.

Wallahu’alam bisshowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kew...

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejay...

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Salah satu perbedaan antara hukum Tuhan dengan Hukum buatan manusia adalah pada kepastian hukumnya. Hukum Tuhan tidak pernah berubah oleh zaman dan tidak ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya , ini berbeda dengan hukum buatan manusia yang sering terjadi konflik norma di dalamnya, sehingga membuka ruang manusia untuk menafsirkannya sesuka hati dan sesuai dengan kepentingan. Di dalam hukum Tuhan, kita tidak boleh menafsirkan ayat secara serampangan dan bebas, tapi ada petunjuk metodologi yang harus dipatuhi supaya kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan atas suatu makna. Di dalam alquran misalnya  kita tidak boleh mengambil satu ayat secara terpisah dan kemudian menyimpulkannya. Tapi ambillah semua ayat yang berkaitan dengan topik dan pelajari semua secara bersamaan  untuk mendapatkan makna yang menyeluruh. Makna yang harmonis, karena tidak ada sedikitpun kontradiksi dalam alquran. Misalnya di dala...