BARAT YANG MENJAUH DARI TUHAN
Dibarat saat ini, agama wahyu semakin ditinggalkan dan diganti dengan agama baru yang bernama liberalisme, humanisme, rasionalisme, dan kapitalisme yang melupakanTuhan. Ucapan Nietzsche “God is dead” (Tuhan telah mati) telah meracuni warga barat. Tuhan tidak mungkin mati tapi mereka sengaja ingin membunuh Tuhan dalam alam pikiran warganya. Membunuh Tuhan adalah membunuh keimanan dari hati manusia.
Intelektual barat meracuni otak penduduknya untuk menjauh dari Tuhan. Karl Marx menganggap agama sebagai candu Masyarakat, Nietzsche menganggap Tuhan sebagai tirani jiwa (tyrant of the soul). Menurut Nietzsche, Tuhan hanya ada dalam pikiran. Tuhan tidak wujud di luar sana. Siapapun yang beragama pasti tidak bebas. Agama dianggap mengebiri kebebasan. Siapapun yang beriman kepada Tuhan pasti hidupnya tidak bebas karena beriman berarti sanggup menerima perintah, larangan atau peraturan yang mengikat.
Pada dasarnya mereka ingin bebas. Bebas dari gereja, dari ikatan moral, dari agama serta bebas dari Tuhan. Inilah paham liberalisme yang menjunjung tinggi kebebasan manusia. Paham liberalisme ini pada prinsipnya mengajarkan bahwa seseorang bebas melakukan apa saja sepanjang perbuatannya itu tidak mengganggu orang lain dan tidak pula mengusik kebebasan orang lain. Mereka lupa bahwa hakekatnya kebebasan itu tidak mutlak. Agama memberikan kebebasan yang sempurna kepada manusia untuk berbuat apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum agama.
Barat saat ini adalah peradaban yang meninggalkan Tuhan dari wacana keilmuan. Bagi mereka ilmu hanya disebut ilmiah kalau dapat dibuktikan secara empiris, dengan realitas. Karena Tuhan dianggap tidak riel, tidak bisa dibuktikan sedangkan manusia begitu riel dan kasat mata maka mereka beralih kajian dari teosentri (Tuhan sebagai pusat) menjadi antroposentris (manusia sebagai pusat).
Dari sinilah berkembang paham yang disebut Humanisme (kemanusiaan). Seorang pengusung humanis akan mengatakan “daripada beragama tapi jahat lebih baik tidak beragama tapi baik”. Ketuhanan tidak penting, yang lebih penting adalah kemanusiaan. Logikanya begitu humanis tapi justru seperti ateis. orang sekular-liberal dan bahkan ateis Ketika menyerang agama biasanya dengan dalih humanisme ini.
Orang barat mengatakan, kebenaran itu relatif dan menjadi hak dan milik semua orang. Baik atau buruk tidak perlu berasal dari apa kata Tuhan sebab akal manusia dapat menentukan sendiri apa kebenaran itu. Baik buruk tidak lagi diukur dari agama sebab ukuran moral masing-masing tempat adalah berbeda. Semua adalah relatif. Baik buruk, salah benar, porno tidak porno, sopan tidak sopan, bahkan dosa tidak dosa adalah nisbi belaka. Artinya tergantung siapa yang menilainya.
Ini adalah paham rasionalisme yang sangat meninggikan akal namun mengabaikan wahyu.
Mereka menganggap Tuhan hanya sekedar ide yang diciptakan manusia. Tuhan hanya Nampak dalam mitos yang tidak pernah wujud. Akibat paham rasionalisme ini maka Jumlah ateis dan agnostic di barat terus bertambah.
Tidak sedikit warga barat yang tidak lagi mengakui Tuhan. Mereka menjadi ateis karena agama di sana sengaja di marginalkan dan disingkirkan dari ruang publik bahkan dari sains. Ateisme di barat awalnya mulai muncul Ketika otoritas teolog (tokoh agama) diambil alih oleh filosof dan saintis seperti karl marx, charles darwin, dan Sigmund freud. Ketika mereka mempertanyakan bible dan ragu mengenai isinya maka mereka juga akhirnya akan ragu dengan kebenaran hakikat Tuhan dan eksistensinya. Mereka semua adalah filosof -filosof yang bicara agama padahal mereka tidak punya otoritas untuk bicara teologi.
Imbas dari pemikiran barat yang menjauh dari Tuhan dan agama ini maka kini mereka menghalalkan (membolehkan) seks bebas (zina), aborsi, homoseksual, lesbianisme dan atau perkawinanan sesama jenis. agama tidak laku lagi di barat. Jumlah Jemaah gereja kalah banyak dibanding jamaah yang antri masuk bar dan diskotik.
Barat walaupun saat ini maju dan mendominasi dunia namun tanpa kitab suci dan tanpa Tuhan. penduduknya semakin menjauh dari Tuhan yang ditandai dengan malasnya mereka mendatangi gereja sehingga semakin banyak gereja yang tutup atau dijual. Tampaknya ini adalah tanda-tanda akhir zaman yang oleh francis Fukuyama disebut sebagai akhir dari Sejarah (the end of History) – mendekati kiamat. Orang barat kehilangan visi tentang surga.
Tapi anehnya barat yang menganggap dirinya maju dan beradab itu ingin mengajarkan pandangan hidup mereka itu kepada seluruh umat manusia terutama umat Islam melalui yang mereka sebut globalisasi. Program globalisasi ini tujuannya adalah untuk menyeragamkan kultur, gaya hidup dan mentalitas umat manusia sedunia agar sesuai dengan nilai-nilai hidup barat. Selama ini barat selalu berpikir bahwa semua muslim adalah radikal, fundamentalis dan teroris sehingga mereka berusaha merubah pola pikir umat Islam dengan pola pikir mereka. Mereka ingin Islam di baratkan, disekularkan dan diliberalkan.
Upaya mereka kini Sebagian berhasil. Pikiran dari barat seperti pluralisme, feminisme, persamaan gender membuat banyak intelektual muslim terprovokasi untuk kemudian mempertanyakan Kembali syariat Islam. Tidak jarang mereka membela pernikahaan sesama jenis dan mempertanyakan institusi pernikahan. Tidak sedikit yang menganggap bahwa paham sekulerisme dari barat adalah sistem terbaik dimana negara tidak boleh mengurusi agama. Nilai-nilai agama tidak boleh menjadi peraturan atau UU dan sebagainya.
Paham liberalisme tidak sedikit menjangkiti pikiran anak-anak muda Islam. Di Indonesia pernah ada Aktivis dan pendukung liberalisme yang pernah mengajukan usulan ke MK agar peraturan presiden No. 1/PNPS/1965 yang telah ditetapkan dalam UU No. 5/1969 tentang larangan penistaan agama di cabut. Bahwa Jika UU itu dicabut maka penghinaan terhadap agama tidak ada hukum dan aturannya lagi dan ini membuka peluang munculnya agama-agama baru yang menyesatkan manusia.
Ketika pikiran-pikiran barat itu merasuk dalam pikiran anak-anak muda muslim maka mulut yang telah membaca syahadat itu bisa mengeluarkan pikiran atheis. Mereka mengatakan Jika umat Islam ingin maju seperti barat makai kita harus seperti barat dan bukan seperti Islam. Ketika itu terjadi apalah arti ilmu tanpa iman.
Di dalam Islam Peranan Wanita tertinggi adalah ibu bangsa. Tapi pikiran barat melalui Gerakah feminis memisahkan Wanita dari tanggung jawab biologisnya. Banyak Wanita sekarang mengorbankan kodrat kewanitaannya untuk mengisi perut. Mereka ingin kebebasan dan sanjungan. Barat tidak memahami wisdom dibalik kerudung Wanita timur (Islam).
Lalu siapa sebenarnya arsitek dibalik peradaban barat modern ini yang mengajarkan umat manusia untuk menjauh dari Tuhan ?
Komentar
Posting Komentar