Langsung ke konten utama

TENGOKLAH ALQURAN BARU LIHAT HADIS (Contoh hadis-hadis yang selama ini diyakini namun bertentangan dengan alquran)


Alquran dan hadis Nabi saw adalah pedoman utama kaum muslimin dalam mempelajari ajaran agama Islam.  Alquran secara utuh sudah ada sejak Nabi Muhammad saw wafat dan dibukukan secara resmi pada masa khalifah Usman bin Affan. Namun tidak dengan hadis. Sunnah Nabi saw yang tercantum dalam hadis itu baru dihimpun sekitar 2 abad setelah wafatnya Nabi saw. Saat itu ada banyak sekali hadis yang bertebaran di masyarakat namun tidak bisa diyakini keotentikannya karena saking banyaknya hadis palsu yang dibuat. 

Bagaimana seseorang bisa mempercayai para perawi hadis kalau sebagian diantara mereka menjilat kepada penguasa dengan tujuan duniawi. Akibatnya banyak hadis bercampur baur dan saling bertentangan. Umat pun terpecah menjadi beberapa madzhab dimana satu madzhab menerima satu hadis sementara madzhab lain menolaknya. Satu mengatakan hadis shahih sementara yang lain mengategorikannya sebagai hadis lemah atau bahkan palsu.

Bahwa sampai periode Tabiin perbedaan dan perselisihan terus berlanjut hingga muncul lebih dari 70 madzhab seperti Ibnu masud mempunyai madzhab tersendiri, demikian juga dengan ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair dan sebagainya. Namun pergolakan politik dalam pemerintahan Islam menumpas hampir semuanya dan yang tersisa hanya empat madzhab saja sebagaimana dikenal di kalangan ahlu sunnah. Empat madzhab itu bisa berkembang menjadi besar karena mendapat dukungan dari penguasa saat itu. Saat inipun Madzhab syiah bisa berkembang karena mendapat dukungan dari Negara Iran. Madzhab wahabi bisa berkembang dengan pesat karena mendapat sokongan dari Negara Arab Saudi.

Bahwa terjadinya Perbedaan pendapat yang dimulai sejak wafatnya Nabi saw hingga hari ini karena tidak ada sosok yang menjadi tempat rujukan berbagai permasalahan yang diterima oleh semua lapisan kaum muslimin sebagaimana pada masa Rasulullah saw masih hidup. Perselisihan diantara kaum muslim terus  terjadi sepanjang sejarah.  Sebenarnya kalau kita melihat kepada hadis shahih, dimana Nabi saw bersabda,” Aku adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintu gerbangnya. Siapa yang memasuki ilmu maka haruslah melalui Ali (HR. 

Maka sebenarnya perbedaan pendapat menyangkut berbagai permasalahan dan hukum yang diperselisihkan oleh para sahabat saat itu tidak akan banyak terjadi kalau mereka merujuk atau bertanya kepada Imam Ali Bin Abi Thalib. Umar Bin Khattab sendiri pernah berkata bahwa kalau tidak Ali Bin Abi Thalib disampingnya maka celakalah Umar.  Ali Bin Abi Thalib sendiri semasa hidupnya pernah mengatakan ucapan yang sangat terkenal yaitu “bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilangan aku” . 

Namun yang kita baca dalam sejarah Islam sangat sedikit sekali Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali Bin Abi Thalib,  hal ini karena perselisihan politik yang terjadi saat itu sehingga tidak banyak ahli hadis yang meriwayatkan hadis dari Ali Bin Abi Thalib.
                   
Dahulukan alquran daripada hadis
Saat ini banyak kaum muslimin yang mempelajari agama Islam hanya dengan membaca hadis sementara pembacaan kepada alquran sangat minim. Padahal Ketika akan mempelajari suatu topik tertentu maka yang pertama dilakukan adalah mencari topik itu di dalam alquran baru sesudah itu kita menengok hadis.  
Kenapa ? 
Karena pengetahuan yang berasal dari alquran merupakan kebenaran mutlak. Alquran adalah sumber utama dan dia terjaga keotentikannya oleh Allah (QS. Al Hijr ayat 9) sedangkan hadis tidak dijamin terjaga keasliannya. Pengetahuan dari alquran tersebut harus dipakai sebagai al furqan yaitu menjadi penentu atas pengetahuan dari sumber lainnya.

Hadis yang berasal dari Nabi saw tentunya akan harmoni dan sejalan dengan alquran. Jadi suatu hadis yang bertentangan dengan alquran maka hadis itu perlu dipertanyakan validitasnya. Suatu hadis hanya dapat diterima dan dianggap sahih apabila hadis itu sejalan dengan alquran. 

Bahwa salah satu metode dalam mempelajari suatu topik tertentu dalam agama Islam adalah kita harus melihat dahulu di dalam alquran baru kemudian kita menengok hadis. Ketika kita menggunakan metodologi yang salah dengan memulai mempelajari hadis dan bukan dimulai dengan alquran maka kita bisa salah dalam mengambil kesimpulan. 

Ada beberapa contoh yang bisa disampaikan di sini misalnya 
1. Mengenai lepasnya yakjuj dan makjuj.
Pemahaman umat Islam selama ini menganggap bahwa yakjuj dan makjuj baru akan dilepas nanti pada saat Nabi Isa as turun kembali ke dunia dan setelah membunuh dajjal. Hal ini karena mereka mengacu kepada satu hadis riwayat muslim dibawah ini :
“Ketika Allah mewahyukan kepada ‘Isa, ‘Sesungguhnya Aku telah me-ngeluarkan hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang pun dapat mengalahkan-nya, maka kumpulkanlah hamba-hamba-Ku ke gunung Thur, kemudian Allah mengutus Ya’-juj dan Ma’-juj, mereka datang dari setiap tempat yang tinggi. Maka kelompok pertama dari mereka melewati danau Tha-bariyyah, mereka meminum airnya, lalu orang yang belakangan dari mereka berkata, ‘Di danau ini dulu pernah ada airnya.’ Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya dikepung, sehingga pada hari itu kepala seekor sapi lebih berharga daripada seratus dinar milik salah seorang dari kalian. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya berdo’a kepada Allah, lalu Allah mengutus ulat-ulat pada leher-leher mereka (Ya’-juj dan Ma’-juj), akhirnya mereka semua mati bagaikan satu jiwa yang mati. Kemudian Nabiyullah ‘Isa dan para Sahabatnya turun (dari gunung) ke bumi, dan ternyata mereka tidak mendapati satu jengkal pun di bumi kecuali penuh dengan bau busuk dan bangkai mereka. Selanjutnya Nabiyullah ‘Isa dengan para Sahabatnya berdo’a kepada Allah, maka Allah mengutus sekelompok burung yang lehernya bagaikan leher unta, lalu burung ter-sebut mengambil dan melemparkan bangkai-bangkai itu ke mana saja sesuai dengan kehendak Allah (HR. Muslim)

Benarkah yakjuj dan makjuj baru akan dilepas nanti pada saat Nabi Isa as turun kembali ke dunia dan setelah membunuh dajjal ?

Kalau kita menengok kepada alquran maka alquran tidak menghubungkan pelepasan yakjuj dan makjuj dengan turunnya Nabi Isa as ke dunia dan setelah membunuh dajjal. Alquran  menjelaskan bahwa dilepaskannya Yakjuj dan Makjuj ke dunia ini dihubungkan dengan kembalinya suatu kaum ke kota kecil dimana mereka sebelumnya diusir dari kota tersebut oleh Allah. Sesudah mereka diusir dari kota itu  maka Allah melarang mereka kembali kesana sampai suatu saat dimana yakjuj dan makjuj dilepaskan dan sudah menyebar ke berbagai penjuru (QS. Al Anbiya ayat 95 dan 96).

Bagaimana penjelasan alquran mengenai yakjuj dan Makjuj ?
Alquran menjelaskan bahwa Yakjuj dan Makjuj baru akan dilepas nanti ketika suatu kota yang pernah dihancurkan dan penduduknya diusir, maka penduduk yang diusir itu dilarang kembali lagi ke kota itu lagi untuk memilikinya sampai yakjuj dan makjuj dilepaskan (QS. Al Anbiya ayat 95 dan 96).

Kota apa yang dihancurkan itu dan siapa penduduknya ? 
Alquran tidak menjelaskan kota apa itu dan siapa penduduknya dengan demikian ayat ini termasuk mutasyabihat yang harus dicari takwilnya.
Syekh Imron Husein dengan mengikuti metodologi gurunya Dr. Muhammad Fazlur Rahman Anshari dalam mempelajari alquran menyimpulkan bahwa Penduduk yang dimaksud dalam surat Al Anbiyat ayat 95 dan 96 itu adalah bangsa yahudi dan kotanya adalah yeruselem.

Nama kota yeruselem memang tidak muncul dalam alquran tetapi banyak nabi-nabi yang disebutkan dalam alquran mempunyai hubungan dengan kota suci itu, dan terdapat rumah Allah yaitu masjidil aqsa yang dibangun Nabi sulaeman. Bahkan masjidil aqsa disebutkan dalam alquran mengenai perjalanan mukjizat Nabi saw dari Masjidil haram di Mekkah ke masjidil aqsa di Yeruselem (QS. Al Isra ayat 1)

Bahwa menurut syekh Imron Husein, Penduduk yang  telah diusir dan dilarang kembali ke kota itu lagi untuk memilikinya sampai yakjuj dan makjuj dilepaskan adalah bangsa yahudi.

Dalam catatan sejarah yang dikonfirmasi oleh alquran (QS. Al Isra ayat 4-5),  bangsa yahudi pernah diusir berulang kali atas ketetapan Allah karena melanggar syarat-syarat yang diberikan yaitu terus menerus melakukan kezaliman dan dosa-dosa besar.

Peristiwa pertama pengusiran terjadi pada tahun 587 SM, Kota suci Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja Nebuchadnezzar dari Babylonia (termasuk bait Allah/haikal sulaiman). Semua rakyatnya di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan ke Jerussalem dan diizinkan untuk untuk membangun bait Allah / haikal sulaiman kembali.
Salah satu sebab mereka dihukum pada pengusiran pertama ini karena mereka telah mengubah kitab taurat dimana yang haram menjadi halal dan sebaliknya seperti meminjamkan uang dengan bunga (riba) kepada orang-orang non yahudi sebagai halal sementara kepada sesama yahudi tetap dianggap haram. Mereka dengan penuh kesombongan  menganggap diri mereka adalah umat pilihan sementara umat lainnya hanyalah kecoa.

Peristiwa kedua pengusiran atas bangsa yahudi terjadi pada tahun 70 M, dimana Raja Titus dari Romawi menghancurkan Jerussalem untuk kedua kali termasuk bait Allah/haikal sulaiman 2 dan sejak saat itu para Yahudi berdiaspora diseluruh dunia tanpa punya Negara. 
Adapun sebab mereka dihukum pada pengusiran kedua ini karena mereka telah membunuh para Nabi (QS. Al Baqarah ayat 61) yaitu mereka membunuh Nabi zakaria dan Nabi yahya dan dengan sombong menyatakan telah membunuh Al Masih Isa Putra Maryam atau Yesus (QS. An Nisa ayat 157)

Bahwa poin terpenting dari ayat “bahwa mereka (penduduk kota itu ) tidak akan kembali (untuk memiliki Kota mereka lagi), hingga apabila Ya’juj dan Ma’juj dilepaskan” adalah bahwa Jika Umat Yahudi sudah kembali ke Yerusalem , maka Yakjuj Makjuj itu sudah dilepas. 
Faktanya adalah orang-orang Yahudi ini sudah kembali ke Jerusalem setelah perang dunia pertama (1917) dan mendirikan Negara Israel tahun 1948,  ini berarti bahwa dinding penahan Yakjuj wa Makjuj telah lama runtuh, dan berarti  Yakjuj dan makjuj sudah dilepas dan merekalah yang mengembalikan bangsa yahudi tersebut ker yeruselem.

Jadi kalau kita mengacu kepada alquran dengan mempelajari peristiwa sepanjang sejarah dunia ini maka yakjuj dan makjuj sudah lama dilepas dan terus membuat kerusakan di muka bumi. Bahwa adapun kisah Nabi Isa as dan yakjuj dan makjuj yang diceritakan dalam hadis diatas adalah generasi terakhir yakjuj dan makjuj yang ditandai dengan mengeringnya air danau tiberias. Generasi terakhir yakjuj dan makjuj ini juga yang tidak lama kemudian dihancurkan oleh Allah dengan mengirim virus yang menyerang tulang belakang leher mereka setelah Nabi Isa berdoa diatas bukit Thur.

2. hadis yang mengatakan “Mayat akan disiksa di dalam kuburnya disebabkan tangisan keluarganya (HR. Muslim).
Hadis ini bertentangan dengan alquran yang mengatakan.”seseorang yang berdosa  tidak akan memikul dosa orang lain (QS. An Najm ayat 38).
Jadi tidak ada hubungannya antara menangisi mayat dengan disiksanya mayat. Tangisan adalah fitrah setiap manusia yang mengalami kesedihan. Nabi saw sendiri pernah menangis ketika anak beliau yang bernama Ibrahim meninggal dunia.

3. Hadis yang berbunyi, “antum a’lamu bi umuri Dunyakum. 
Dalam sebuah riwayat diceritakan Nabi tiba di Madinah. Dia melihat orang-orang sedang mengawinkan kurma. Nabi saw melarangnya dan penduduk Madinah mengikuti larangan Nabi itu, sehingga pohon-pohon kurma itu tidak berbuah. Mereka datang lagi kepada Nabi. Lalu Nabi berkata,” antum a’lamu bi umuri Dunyakum artinya kamu lebih tahun tentang urusan dunia kamu (HR. Muslim)

Hadis ini bertentangan dengan alquran, karena seandainya Nabi saw tidak tahu apa-apa tentang perkebunan kurma, tidak mungkin dia memerintahkan orang lain melakukan sesuatu yang tidak dia ketahui. Siti Aisyah mengatakan akhlak Nabi saw adalah alquran. Alquran melarang Nabi saw mengikuti sesuatu yang disitu tidak ada ilmunya (QS Al Isra ayat 36)
Hadis diatas juga adalah batil karena telah memisahkan urusan dunia dari urusan agama, dengan demikian juga telah membenarkan sekularisasi.

4. Hadis mengenai usia pernikahan Aisyah dengan Rasulullah .
Selama ini sebagian besar umat Islam mempercayai  riwayat yang disebutkan dalam kitab hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa Rasulullah saw menikahi Aisyah ra ketika berumur 6 tahun, dan mencampurinya ketika Aisyah ra. berumur 9 tahun. 

Benarkan Rasulullah saw menikahi Aisyah ketika Aisyah ra. baru saja melewati masa balita-nya dimana dalam hadis dan sejarah diceritakan bahwa saat Aisyah ra. menikah dengan rasulullah saw, dia masih bermain-main dengan boneka dan ayunannya ?
Perlu diingat bahwa Rasulullah adalah membawa ajaran alquran maka tentunya segala tindak tanduknya, perilakunya harus sejalan dengan alquran. Lalu apakah mungkin rasulullah melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan alquran?  Benarkah Rasulullah menikahi Aisyah saat berumur 6 tahun ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka pertama-tama harus kita lakukan adalah mencari jawabannya di dalam alquran. Alquran adalah sumber rujukan pertama. Ketika akan mempelajari suatu topik tertentu maka yang pertama dilakukan adalah mencari topik itu di dalam alquran baru sesudah itu kita menengok hadis.
Karena di dalam alquran tidak menyebutkan mengenai pernikahaan Nabi saw dengan Aisyah maka kita harus melihat mengenai pernikahan di dalam alquran.
Pertanyaannya, kapan wanita boleh di nikahi ? Apakah alquran memperbolehkan pernikahan dengan seorang anak perempuan walaupun dia belum mencapai umur pubertas (mengalami menstruasi).

Di dalam alquran, ketika merujuk kepada perkawinan atau hubungan intim maka alquran selalu menggunakan istilah Nisa (QS. An Nisa ayat 3, QS. Al baqarah ayat 223)
Secara khusus alquran merujuk “nisa” sebagai hars yaitu ladang yang dibajak agar biji-bijian dapat ditanam dengan harapan biji-bijian tersebut subur dan tumbuh dan menghasilkan tanaman.
Állah swt berfirman,”wanitamu adalah ladangmu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai (QS. Al baqarah ayat ayat 223)

Jadi perkawinan hanya bisa dilakukan ketika seorang anak perempuan sudah melewati masa pubertas atau telah mengalami menstruasi. Perempuan yang sudah menstruasi maka di usia inilah rahim mereka dapat dikualifikasikan sebagai hars atau ladang yang dapat ditanami dan bertumbuh dalam arti sudah bisa dinikahi untuk melakukan hubungan seks dengan laki-laki.

Lalu bagaimana dengan riwayat yang mengatakan bahwa Aisyah dinikahi rasulullah saat usianya 6 tahun ?
Jawabannya adalah tidak benar bahwa Rasulullah menikahi Aisyah ketika berumur 6 tahun !. 
Aisyah saat berumur 6 tahun dia masih anak perempuan yang tentunya belum mengalami pubertas (menstruasi) sehingga Nabi saw tidak mungkin melanggar alquran dengan menikahi seorang anak kecil yang belum menjadi nisa.  
Dengan demikian hadis yang meriwayatkan bahwa Nabi saw menikahi Aisyah saat berumur 6 tahun adalah tidak sejalan dengan alquran sehingga merupakan hadis yang harus dikesampingkan.
Lalu kalau tidak benar bahwa Rasulullah menikahi Aisyah pada umur 6 tahun lalu  berapa sebenarnya umur Aisyah ra. saat menikah dengan Rasulullah s.a.w?

Secara sederhana data yang dapat digunakan untuk menganalisa umur Aisyah ra. adalah kita harus lihat berapa umur kakaknya yaitu Asma binti Abu Bakar  (Aisyah dan Asma adalah dua anak perempuan Abu Bakar)

Menurut catatan sejarah, Asma 10 tahun lebih tua dari Aisyah ra.  
Para Ulama salaf sepakat Asma meninggal pada umur 100 tahun di tahun 73 atau 74 Hijriyah  Artinya, apabila Asma meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal pada tahun 73 atau 74 Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah ke Madinah, sehingga Aisyah berumur (27 atau 28) – 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijriyah. 
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW pada waktu berumur 19 atau 20 tahun karena pernikahan Nabi saw dengan Aisyah dilangsungkan di Madinah pada tahun kedua Hijriyah.

5. Hadis yang mengatakan bahwa kedua orang tua Nabi saw akan masuk neraka adalah bertentangan dengan alquran. 
Hadis tersebut berbunyi “ Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk meminta ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diijinkan melakukannya. Maka akupun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, akupun diizinkan (HR. Muslim)

Hadis kedua,”seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw,” wahai Rasulullah, dimanakah ayahku? Beliau menjawab “Di neraka.” Setelah itu, iapun pergi, Rasulullah memanggilnya lalu bersabda,”sesungguhnya ayahku dan ayahmu berada di neraka (HR. Muslim)

Hadis diatas bertentangan dengan alquran yang berbunyi “… dan kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul (QS. Al isra ayat 15)

Dan kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan (QS. Asy Syua’araa ayat 208)

Bahwa ijma ulama juga sudah menjelaskan bahwa kedua orang tua Nabi saw  termasuk Ahlu fatrah.  Ahlu fatrah artinya orang yang belum menerima dakwah dari rasul sebelumnya 

Dengan demikian Kedua orang tua Nabi saw akan masuk surga dengan rahmat dan karunia Allah. Dalilnya adalah :
Pertama, keduanya masuk dalam kategori Ahlu fatrah yang belum menerima dakwah dari rasul sebelumnya Yakni Nabi Isa as. Dan jarak antara Nabi isa as dengan rasulullah saw itu sekitar 600 tahun. Atas dasar itu ahlu fatrah selamat. Kedua orang tua nabi saw masuk dalam kategori tersebut.

Kedua, Nabi berasal dari keturunan yang suci dan mulia, sebagaimana dalam doa Nabi Ibrahim “dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata,”ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala (QS. Ibrahim ayat 35). Yang dimaksud ayat ini ialah seluruh keturunan Nabi Ibrahim termasuk Rasulullah saw.

Nabi saw bersabda,”Aku diutus melalui generasi-generasi terbaik dari bani adam, satu generasi demi satu generasi, sampai aku diutus melalui generasi yang aku berada di dalamnya (HR. Bukhari)

Nabi saw bersabda,” Aku adalah yang terbaik diantara mereka dan keluargaku adalah keluarga yang terbaik diantara mereka (HR. Tirmidzi)
Berdasarkan hadis diatas, bisa dikatakan seluruh nenek moyang Nabi itu adalah orang mulia termasuk ayahnya Abdullah dan ibunya Aminah.

Abu Bakar Ibnu Al Arabi pernah ditanya menyangkut seseorang yang berani berkata bahwa kedua orang tua nabi di neraka. Ia pun menjawab,” orang yang berani mengatakan hal tersebut adalah orang yang terlaknat, karena Allah swt berfirman,” sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, Allah akan melaknatinya di dunia dan diakhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan (QS. Al ahzab ayat 57). Dan tak ada yang lebih menyakitkan ketimbang berkata bahwa kedua orang tua Nabi saw di neraka.
Jadi jika ada hadis yang menerangkan bahwa kedua orang tua Nabi saw di neraka maka hadis tersebut tidak bisa kita jadikan pegangan kalau itu bertentangan dengan alquran dan hadis Nabi yang lain yang lebih terpercaya.

Itulah beberapa contoh hadis-hadis yang dianggap bertentangan dengan alquran.  Bahwa kalau kita mempelajari ajaran agama Islam dengan  hanya melihat kepada hadis tanpa menghubungkannya dengan alquran, maka kita bisa salah dalam memahami ajaran agama. Bahwa segala permasalahan sebenarnya sudah ada jawabannya di dalam alquran. Allah swt berfirman “ Dan kami turunkan kitab (alquran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu (QS. An Nahl ayat 89). 

Dengan  demikian Alquran harus didahulukan dari hadis dan riwayat-riwayat seluruh kebenaran hadis harus ditemukan oleh alquran. Alquran harus mengontrol hadis. Kalau hadis itu sesuai dengan alquran maka hadis itu dipakai tetapi jika bertentangan dengan alquran maka hadis itu kita kesampingkan. 
Wallahu’alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya. Atas sisa pekerjaa

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejayaan mereka untuk memerintah dunia dari Yeruselem

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Salah satu perbedaan antara hukum Tuhan dengan Hukum buatan manusia adalah pada kepastian hukumnya. Hukum Tuhan tidak pernah berubah oleh zaman dan tidak ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya , ini berbeda dengan hukum buatan manusia yang sering terjadi konflik norma di dalamnya, sehingga membuka ruang manusia untuk menafsirkannya sesuka hati dan sesuai dengan kepentingan. Di dalam hukum Tuhan, kita tidak boleh menafsirkan ayat secara serampangan dan bebas, tapi ada petunjuk metodologi yang harus dipatuhi supaya kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan atas suatu makna. Di dalam alquran misalnya  kita tidak boleh mengambil satu ayat secara terpisah dan kemudian menyimpulkannya. Tapi ambillah semua ayat yang berkaitan dengan topik dan pelajari semua secara bersamaan  untuk mendapatkan makna yang menyeluruh. Makna yang harmonis, karena tidak ada sedikitpun kontradiksi dalam alquran. Misalnya di dalam Alquran