Langsung ke konten utama

PILPRES DAN KAMPANYE KEBENCIAN


PILPRES DAN KAMPANYE KEBENCIAN
Pilpres telah selesai dilaksanakan. Hasil perhitungan beberapa lembaga quick qount memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin sementara hasil perhitungan real count KPU untuk sementara Jokowi-Ma’ruf Amin unggul.  Terlepas dari polemik yang muncul seperti banyaknya kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu maupun dalam  perhitungan suara, kita hampir bisa memastikan bahwa Jokowi akan terpilih kembali sebagai Presiden walaupun Kubu Prabowo mengklaim bahwa hasil perhitungan mereka Prabowo lah yang menang.
Pilpres 2019 ini mungkin adalah pilpres yang paling mengkhawatirkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena meninggalkan luka yang begitu dalam.  Luka karena virus kebencian yang terus disebarkan melalui media sosial.  Ini bermula dari kampanye.

Kampanye yang seharusnya adalah pertarungan ide dan wacana dikalahkan oleh  kampanye kebencian dalam bentuk propaganda dan berita bohong. Berita bohong (Hoaks) yang disebar oleh buzzer-buzzer kampanye membanjiri media sosial  tanpa bisa dikontrol.  Para pemakai media sosial yang kurang kritis dengan mudahnya menshare berita bohong tersebut. isinya memang menarik pembaca karena dikemas dalam bentuk gossip.

Kampanye kebencian ini sangat mengkhawatirkan karena mudah membuat rakyat tersulut emosinya.  Isu agama adalah yang paling seksi untuk digoreng karena yang paling mudah membakar sentiment negatif. Jokowi misalnya dituduh komunis atau  pro komunis, menzhalimi ulama, LGBT akan dilegalkan dan adzan akan dilarang sementara prabowo disebut akan menghilangkan tahlil, mendirikan khilafah, dan masa lalunya dianggap melanggar HAM dan sebagainya.
Prapaganda kebencian inilah yang paling banyak mewarnai panggung media sosial dan perdebatan di televisi. Dan perdebatan yang dilakukan oleh masing-masing tim pemenangan  ataupun pendukung pasangan capres akan berputar pada isu-isu fitnah dan tuduhan yang mewarnai media sosial dan akhirnya bisa kita tebak perdebatan akan berujung pada pertengkaran, emosi dan masing-masing ngotot mempertahankan pendapatnya.

Corak Kampanye dengan retorika kebencian  memang sedang tren dilakukan. Donald Trump berhasil mengalahkan Hilary Clinton dalam piplres AS padahal sebelumnya Hilary Clinton diunggulkan lembaga survey. Hal ini karena keberhasilan Donald Trump membangkitkan emosi pemilih dengan menggunakan kampanye rasialisme. Begitu pula yang dilakukan oleh Jair Bolsorano dalam Pilpres Brazil pada Oktober 2018 lalu. Kemenangan Bolsorano menjadi perhatian dunia lantaran model kampanyenya diklaim meniru Donald Trump yang mengumbar sentimen rasialisme.

Tapi tentunya yang paling mudah membangkitkan kebencian adalah sentimen keagamaan. Banyak politisi di negara-negara Barat menggunakan kebencian kepada Muslim sebagai jualan politik mereka dengan dibantu oleh media. Kepada pemilih non muslim ditanamkan Islamophobia. Bahkan di Indonesia yang penduduknya mayoritas Islam  juga ditanamkan Islamophobia bahwa Prabowo apabila jadi presiden akan mengganti pancasila dan NKRI dengan khilafah. Fitnah dan tuduhan yang sebenarnya tidak masuk akal karena disamping Prabowo adalah Nasionalis sejati, Umat Islam Indonesia juga sudah final menjadikan pancasila sebagai dasar Negara.
Di Kubu Jokowi isu Islamophobia juga mencuat dengan kuat. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pimpinan Grace Natalie ini adalah Salah satu partai pendukung Jokowi yang paling getol berkampanye anti Poligami, anti perda Syariah dan bahkan mengharamkan berkoalisi dengan partai Islam seperti PKS. Saya rasa PSI  sedang memancing simpati emak-emak yang boleh jadi membenci poligami karena takut suaminya berbagi hati dengan wanita lain. Wajar karena pemimpinya wanita.
Politik Identitas
Mengapa Politik identitas agama sering menjadi bahan jualan oleh Politisi ? karena agama adalah kendaraan yang paling efektif untuk menggalang banyak orang. Oleh Karena itu tokoh-tokoh agama yang dianggap paling banyak pengikutnya akan diperebutkan oleh politisi untuk mendukung mereka. Disinilah godaan dunia mendatangi ulama. Banyak Ulama yang kemudian terjun ke dalam politik. Banyak yang mendukung Jokowi dan lebih banyak lagi yang mendukung Prabowo.  Kita tidak tahu apa motif mereka  terjun kedalam politik. Umumnya tokoh-tokoh agama ini akan mengatakan bahwa mereka terjun ke dalam politik dengan alasan untuk menperjuangkan kepentingan umat, bangsa dan Negara.

Kita harus menghargai ijtihad tokoh-tokoh agama yang terjun ke dalam politik. Tapi mereka juga harus paham bahwa politik itu rumit, tidak bicara hitam putih. Banyak kepentingan yang menumpang. Itulah perlunya pada tokoh agama memiliki pemahaman geopolitik yang luas, dan bisa mengindentifikasi masalah dengan tajam supaya mereka tidak mudah ditipu oleh politisi. Misalnya dalam konteks global apakah mereka paham siapa sebenarnya yang menciptakan ISIS dan Al qaeda, siapa yang mempersenjatai mereka dengan persenjataan canggih hingga sebuah Negara seperti Libya dan Irak jatuh, Kalau mereka adalah pasukan Jihad kenapa mereka memerangi saudaranya sesama muslim, siapa sebenarnya yang mendanai dan menggaji para pasukannya.?
Dalam konteks banyaknya ujaran kebencian dan berita hoaks yang membanjiri media sosial selama berlangsungnya kampanye pilpres, maka pertanyaan kritis yang bisa diajukan adalah siapa buzzer-buzzer yang menyebarkan berita hoaks itu, siapa yang membayar mereka, apakah ada konsultan kebencian yang bermain, apa motifnya. Apa dampak yang ditimbulkan oleh berita Hoaks ini?
Yang jelas pelajaran yang bisa dipetik adalah Presiden Saddam Husein jatuh dan Negara Irak hancur karena berita Hoaks bahwa Negara Irak memproduksi senjata Kimia sehingga menjadi alasan pembenar untuk diserang oleh Imperium Global, Presiden Libya jatuh dan Negara Libya hancur karena berita Hoaks bahwa Presiden Moammar Khaddafi diktator dan anti demokrasi, Negara Suriah hancur karena diserang oleh kelompok bersenjata dari berbagai Negara dengan dalih jihad adalah karena  berita Hoaks bahwa Presiden Basshar Assad membantai rakyatnya sendiri yang berbeda Madzhab. Berita Hoaks bisa menghancurkan Karena dampak yang ditimbulkannya bisa sangat berbahaya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu (QS. Al Hujurat ayat 6 )
Wallahu’alam bisshowab
(Muhammad Ahsan Thamrin)


Komentar

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
    Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
    BURUAN DAFTAR!
    MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
    dewa-lotto.site

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya. Atas sisa pekerjaa

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejayaan mereka untuk memerintah dunia dari Yeruselem

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Salah satu perbedaan antara hukum Tuhan dengan Hukum buatan manusia adalah pada kepastian hukumnya. Hukum Tuhan tidak pernah berubah oleh zaman dan tidak ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya , ini berbeda dengan hukum buatan manusia yang sering terjadi konflik norma di dalamnya, sehingga membuka ruang manusia untuk menafsirkannya sesuka hati dan sesuai dengan kepentingan. Di dalam hukum Tuhan, kita tidak boleh menafsirkan ayat secara serampangan dan bebas, tapi ada petunjuk metodologi yang harus dipatuhi supaya kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan atas suatu makna. Di dalam alquran misalnya  kita tidak boleh mengambil satu ayat secara terpisah dan kemudian menyimpulkannya. Tapi ambillah semua ayat yang berkaitan dengan topik dan pelajari semua secara bersamaan  untuk mendapatkan makna yang menyeluruh. Makna yang harmonis, karena tidak ada sedikitpun kontradiksi dalam alquran. Misalnya di dalam Alquran