Langsung ke konten utama

AGAMA, NEGARA DAN POLITIK


AGAMA, NEGARA DAN POLITIK

Ada seratus dua puluh empat ribu Nabi yang diutus Allah kepada umat manusia (HR. Ahmad dan Al Baihaqi). semua Nabi tersebut sejak Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad saw.  membawa kalimat tauhid yang sama yaitu tiada Tuhan selain Allah maka sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukannya dengan apapun.
Alquran menceritakan sejarah para Nabi yang semuanya diisi dengan penentangan oleh sebagian besar umat manusia terhadap sistem keagamaan yang dibawa oleh para Nabi namun akhirnya sejarah juga mengajarkan bahwa siapa yang mengikuti petunjuk Tuhan maka dia akan memperoleh keberuntungan dan keselamatan sedangkan yang berpaling dari petunjuk Tuhan akan mendapatkan kerugian dan kebinasan.

Umat Islam menyakini dari seratus dua puluh empat ribu Nabi yang diutus Allah swt., masing-masing diutus hanya untuk kaum dan bangsa tertentu pada masa itu sebelum akhirnya Nabi Muhammad saw diutus sebagai Nabi terakhir untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Oleh karena itu jika anda menyakini Allah adalah pencipta alam semesta dan anda ingin menyembahNya dengan cara yang sesuai dengan kehendakNya, maka anda harus mencarinya di dalam Al quran dan mengikuti jalan hidup Nabi Muhammad saw yaitu Islam.  Jadi putuskan pilihan anda sekarang juga karena kelak anda akan ditanya setelah anda mati. siapa yang anda sembah? siapa teladanmu? apa sumber petunjukmu? dan apa cara hidupmu?

Nabi Muhammad saw memulai misinya sebagai Nabi di Mekkah tempat dimana beliau dilahirkan pada saat usianya memasuki 40 tahun.  Beliau menyeru manusia sebagaimana seruan para Nabi sebelumnya yaitu tiada Tuhan selain Allah maka sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukannya. Kalau sekedar mengucapkan lafadz tiada tuhan selain Allah sebenarnya tidak ada masalah tapi makna kata-kata itu sangat dipahami oleh pembesar-pembesar Mekkah saat itu seperti Abu Jahal dan Abu Lahab sehingga mereka menentangnya.  Mereka paham bahwa ketika mereka menerima kalimat tiada tuhan selain Allah maka mereka harus tunduk bahwa kekuasaan tertinggi dalam membuat hukum bukan dipegang oleh manusia tetapi Allah swt. dan siapapun yang menjadi kepala pemerintahan di muka bumi harus berdasarkan hukum dan undang-undang yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaimana firmannya kepada Nabi sebelumnya yaitu, “Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah (QS. Shad ayat 26). jadi Ketika Allah swt. menetapkan sesuatu itu haram harus diberlakukan sebagai haram, dan ketika Allah menetapkan halal maka harus diberlakukan sebagai halal. Ajaran inilah yang ditentang oleh sebagian besar umat manusia karena bertentangan dengan hawa nafsunya.
Dalam masalah kepemimpinan, Nabi Muhammad saw tidak pernah secara spesifik menunjuk siapa penggantinya tapi beliau hanya memerintahkan “bermusyawaralah kalian dalam urusan kalian (QS. Al Imran ayat 159).

itulah kemudian ketika beliau meninggal dunia, para sahabat lalu bermusyawarah untuk memilih pemimpin kaum muslimin dan akhirnya sepakat mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah pertama yang disusul oleh Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib sebagai khalifah selanjutnya.
Setelah masa kekhalifahan berakhir, kepemimpinan Islam tidak lagi dilakukan secara musyawarah (syura) tapi diwariskan melalui keturunan secara turun temurun, pemerintahan berubah menjadi kerajaan walaupun saat itu masih ada yang menyebut sebagai kekhalifaahan karena luasnya wilayah pemerintahan Islam saat itu.
Namun ketika demokrasi datang di barat dan kemudian diekspor kedunia termasuk dunia Islam, Kepemimpinan raja itu berpindah ke tangan rakyat. Kerajaan berubah menjadi Negara. rakyatlah yang kemudian memilih pemimpin.

POLEMIK NEGARA ISLAM
Dalam perkembangannya, demokrasi ternyata tidak bisa menjawab tuntutan kehidupan. banyak kerusakan dan penyelewengan yang terjadi. Nilai-nilai agama semakin ditinggalkan. Hal ini  kemudian memunculkan kembali gagasan pada sebagian tokoh-tokoh Islam untuk mengembalikan pemerintahan Islam. Mereka berdalih bahwa agamalah yang sanggup menjawab tuntutan dan tantangan kehidupan dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan.

Mereka kemudian mendakwahkan Islam sebagai agama dan Negara. Agama tidak bisa dipisahkan dari Negara karena kalau itu terjadi maka akibatnya kehancuran bagi umat manusia. Sebagian dari mereka kemudian mendirikan partai politik Islam untuk mewujudkan cita-cita pendirian Negara Islam. Mereka ikut pemilu karena pemilu adalah momen terbaik untuk menegakkan syariat Islam dan mendirikan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur seperti yang dilukiskan Alquran.

Namun faktanya pemilu yang diikuti oleh penduduk mayoritas muslim (80-90%) tak mampu menempatkan sebuah partai Islam pun diurutan teratas dalam perolehan suara. Kalaupun pernah terjadi di suatu Negara, ada partai Islam yang menang maka kekuasaannya tidak bertahan lama. Suatu kenyataan bahwa Umat Islam sendiri tidak atau belum menginginkan syariat Islam ditegakkan di dalam negara atau boleh jadi Umat Islam tidak memiliki tokoh pemersatu yang disepakati bersama. Di Indonesia misalnya, partai-partai Islam yang muncul sebagai kekuatan politik hanyalah mewakili kelompok tertentu dalam Islam dan tidak mewakili semua kelompok Islam dalam masyarakat, seperti PKB untuk NU, PAN dengan Muhammadiyah, PPP atau PKS untuk pemilih Islam lain. Umat Islam telah terkotak-kotak menjadi beberapa kelompok atau golongan, bahkan untuk menyatukan mereka merayakan hari raya idul fitri secara bersamaan sangat sulit dilakukan.

Sementara itu sebagian besar ulama atau cendekiawan Islam  mengatakan bahwa Negara Islam sebenarnya tidak perlu didirikan karena tidak ada perintah yang tegas di dalam Alquran untuk mendirikan pemerintahan. Mereka berargumen bahwa misi kenabian yang utama bukanlah mendirikan pemerintahan tapi memperbaiki moralitas umat manusia karena Nabi Muhammad saw sendiri mengatakan,”aku tidak diutus kecuali hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia (HR. Bukhari).  Disamping itu diantara ulama Islam sendiri belum ada kesamaan pemahaman mengenai konsep Negara Islam yang lengkap, tuntas dan terperinci. 

Umat Islam tidak perlu memaksakan untuk mendirikan Negara Islam karena pendiriannya ditentang oleh mayoritas umat Islam sendiri. sejarah telah membuktikan hal tersebut. Oleh karena itu banyak Ulama  Islam kemudian bersikap realistis dan demi kemaslahatan umat Islam sendiri, mereka tidak membicarakan lagi perlunya Negara Islam. Bagi mereka yang paling penting adalah negara harus dijalankan dengan nilai-nilai ajaran Islam yaitu memberikan keadilan, kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bahwa konstitusi Negara tidak bertentangan dengan ajaran agama, bahkan negara berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha esa yang merupakan inti ajaran Tauhid dalam Agama Islam. Negara juga  memiliki Departemen Agama untuk memfasilitasi kehidupan umat beragama.  Simbol dan tradisi agama juga masuk di lingkungan istana negara. Hari-hari besar keagamaan selalu diselenggarakan secara resmi oleh pemerintah, bahkan mengambil tempat di lingkungan istana negara, seperti halnya peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. maupun peringatan Nuzulul Quran. Lebih dari itu, semua agama di Indonesia memiliki hari besar yang ditandai sebagai hari libur nasional. Agama mewarnai kehidupan bernegara.

INTERAKSI AGAMA DAN POLITIK
Bahwa yang harus dipahami pertama-tama adalah sebagian besar doktrin teologis yang muncul dalam Islam seperti muktazilah, Asy’ariyah dan maturidiyah, tidak terlepas dari pengaruhi asal usul politis saat itu terutama  peristiwa politik yang terjadi di awal sejarah Islam, seperti pemberontakan khawarij. Kaum khawarij menyatakan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan penguasa zalim tidak dapat diakui. Oleh karena untuk membendung paham ekstrem khawarij tersebut disusunlah suatu pandangan yang bertujuan untuk memelihara ketertiban dan persatuan umat yaitu menyatakan “bahwa penguasa yang zalim sekalipun harus dipatuhi meski tidak ada kepatuhan dalam melanggar perintah Allah.

Ungkapan ini juga terdapat dalam sebuah hadis “shalatlah engkau walaupun dibelakang seorang fasik” artinya seseorang tidak boleh menyatakan bahwa orang fasik tidak layak mengimani shalat. Dulu imam shalat terutama shalat jumat adalah tugas khalifah, yang dipropinsi diwakilkan kepada gubernur lalu kepada pejabat yang lebih rendah. Maka shalat dibelakang seseorang berarti menerima otoritas politiknya. Jadi hadis diatas sebenarnya menyatakan bahwa seseorang harus mengakui otoritas politik bahkan orang zalim sekalipun.
Sekarang paham khawarij sudah mulai ditinggalkan tapi paham yang menyatakan penguasa yang zalim pun mesti dipatuhi masih tetap dipelihara untuk kelanggengan kekuasaan dan menanamkan kepatuhan mutlak.
Jadi sejarah mengajarkan bahwa agama memang selalu ditarik ke ranah politik. Ada cendekiawan yang  mengatakan bahwa agama jangan dijadikan alat politik, oleh karena itu jargon agama Yes partai Islam No pernah di munculkan agar agama dipisahkan dari kehidupan politik dan pemerintahan.

Namun apapun upaya untuk memisahkan agama dan politik tidak pernah berhasil. Penguasa atau Politisi selalu membutuhkan tokoh agama untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat bahwa mereka bermoral. sebaliknya tokoh agama membutuhkan dukungan penguasa untuk mengukuhkan otoritas mereka sebagai tokoh agama yang diakui pemerintah.

Penguasa atau Politisi selalu memerlukan ulama karena dalam politik perang tafsir Alquran  sering terjadi.  Orang menggunakan ayat atau dalil Alquran untuk menghantam lawan politik. Dulu sebagian Ulama menentang wanita sebagai calon presiden dengan dalil Alquran bahwa pemimpin harus seorang laki-laki. Tapi sebagian ulama juga tidak mempermasalahkan perempuan jadi Presiden karena di dalam alquran tidak ada larangan perempuan menjadi pemimpin bahkan ada kisah perempuan menjadi raja.  faktanya kemudian Megawati  di Indonesia atau Benazir Bhuto di Pakistan yang seorang wanita tetap terpilih menjadi presiden karena mayoritas rakyat  saat itu tidak keberatan wanita jadi pemimpin atau kepala Negara.

Bahwa begitulah kehidupan dunia. selalu ada dua kubu yang berlawanan. Kubu yang mengikuti jalan kenabian dan yang mengingkari jalan kenabian. Namun yang pasti semuanya akan meninggalkan dunia ini dan akan mempertanggungjawabkan pilihan hidupnya di hadapan Allah swt.
Pilihan ada di tangan anda.
Wallahu’alam bisshowab
Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin.

Komentar

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya. Atas sisa pekerjaa

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejayaan mereka untuk memerintah dunia dari Yeruselem

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA

HUKUM TUHAN DAN HUKUM MANUSIA Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Salah satu perbedaan antara hukum Tuhan dengan Hukum buatan manusia adalah pada kepastian hukumnya. Hukum Tuhan tidak pernah berubah oleh zaman dan tidak ada kontradiksi atau pertentangan didalamnya , ini berbeda dengan hukum buatan manusia yang sering terjadi konflik norma di dalamnya, sehingga membuka ruang manusia untuk menafsirkannya sesuka hati dan sesuai dengan kepentingan. Di dalam hukum Tuhan, kita tidak boleh menafsirkan ayat secara serampangan dan bebas, tapi ada petunjuk metodologi yang harus dipatuhi supaya kita tidak salah dalam mengambil kesimpulan atas suatu makna. Di dalam alquran misalnya  kita tidak boleh mengambil satu ayat secara terpisah dan kemudian menyimpulkannya. Tapi ambillah semua ayat yang berkaitan dengan topik dan pelajari semua secara bersamaan  untuk mendapatkan makna yang menyeluruh. Makna yang harmonis, karena tidak ada sedikitpun kontradiksi dalam alquran. Misalnya di dalam Alquran