KRITIK DAN
MAKAR
Di zaman kerajaan dulu, semuanya adalah milik raja. Tanah beserta
yang terkandung di dalamnya adalah milik raja. Kekuasaan tertinggi adalah raja.
Raja tidak pernah salah. Maka apabila ada orang yang berani melontarkan kritik terhadap raja maka
itu dianggap sebagai pembangkangan dan makar, sehingga pelakunya kadang diasingkan,
disiksa, dipenjara hingga dibunuh.
Ketika demokrasi datang, otoritas raja itu berpindah ke tangan
rakyat. Kerajaan berubah menjadi negara. Kedaulatan apa saja adalah milik rakyat.
Tetapi mustahil seluruh rakyat semua jadi raja, maka mereka bikin pemilu,
memilih wakil-wakil, kemudian para wakil memilih sejumlah orang yang digaji
untuk mengurusi segala yang diperlukan oleh rakyat dalam ketatanegaraan.
Pejabat itu dijejer dari paling atas namanya presiden terus ke level bawahnya
sampai RT.
Karena rakyat yang memilih dan menggaji pejabatnya, maka
rakyat berhak mengawasi dan mengingatkannya apabila melenceng dari tugasnya
atau menyelewengkan jabatannya. Rakyat berhak mengkritik dan Pejabat wajib
mendengarkan kritik tersebut. Itulah demokrasi. Manusia percaya inilah sistem
yang sempurna.
Namun manusia lupa, dalam memilih pemimpin dibutuhkan
kematangan dan kecerdasan untuk menilai layak tidaknya seseorang menjadi
pemimpin. di dalam sistem demokrasi yang kita dewakan saat ini, demokrasi jelas
memiliki kelemahan. Demokrasi bukanlah ukuran kualitas melainkan kuantitas.
Dalam demokrasi suara seorang guru besar ilmu politik misalnya disamakan dengan
suara seorang buta huruf. Jadi Kalau ada 1 juta orang memilih pemimpin dan 600
ribu orang itu berpikiran salah dalam memilih pemimpin A, maka jadilah A seorang
pemimpin. Itulah demokrasi. Kesalahan
dalam memilih pemimpin adalah kehilangan kesempatan untuk hidup lebih baik. Kata
Nabi “salah dalam memilih pemimpin maka tunggulah kehancurannya”.
Filosofi dari cerita diatas adalah menjadi Presiden,
Gubernur , Bupati dsb. syarat utamanya
adalah menyadari posisi dan derajatnya. Presiden, Gubernur , Bupati bukan raja
tetapi abdinya rakyat. ketika ada kritik terimalah dengan lapang dada. Kalau
bisa para pengkritik itu undanglah ke istana. Ajak berdialog. Terima masukan
mereka. Yakinkan mereka bahwa anda bisa dipercaya. Anda sudah berusaha berbuat.
Nah ketika anda sudah berbuat demikian dan mereka malah bertindak KURANG AJAR
maka para pengkritik itu bisa anda GEBUK.
Tapi kalau anda dikritik dan malah tidak pernah menghiraukan
kritik yang ditujukan kepada anda maka yakinlah anda sudah menganggap diri anda
telah menjadi RAJA.
Komentar
Posting Komentar