Langsung ke konten utama

MEMBACA ARAH DEMONSTRASI YANG TERJADI PADA 25 AGUSTUS 2025(Upaya melengserkan Presiden Prabowo melalui revolusi warna)

MEMBACA ARAH DEMONSTRASI YANG TERJADI PADA 25 AGUSTUS 2025
(Upaya melengserkan Presiden Prabowo melalui revolusi warna)

“Di tengah banyaknya informasi yang tersebar maka kita harus mampu memilah informasi yang benar dari yang salah agar kita tidak terjebak dalam permainan manipulasi “

---------  

Agustus 2025 yang lalu unjuk rasa disertai kerusuhan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Demonstrasi yang disertai dengan kerusuhan ini diawali dengan munculnya banyak isu politik dan ekonomi yang meresahkan Masyarakat. Mulai dari isu-isu seperti Indonesia gelap sebagai simbol sulitnya mendapatkan lapangan kerja, Keputusan Kemendagri yang hendak menyerahkan 4 pulau Aceh kepada Sumatra Utara yang menimbulkan protes rakyat Aceh, isu eksploitasi tambang di raja empat, isu kenaikan pajak, pemblokiran rekening oleh PPATK, isu Menteri keuangan yang menyatakan guru adalah beban bagi negara hingga akhirnya muncul isu kenaikan tunjangan DPR disertai framing media sosial yang yang memperlihatkan beberapa anggota DPR berjoged merayakan kenaikan tunjangannya. 

Pernyataan anggota DPR Ahmad Syahroni yang menyebut “tolol” kepada mereka yang mengkritik DPR agar dibubarkan semakin memancing kemarahan rakyat  di media sosial. Puncaknya kemudian Masyarakat turun ke jalan berdemonstrasi menuntut agar DPR dibubarkan. Demonstrasi ini memakan 9 orang korban meninggal dunia, beberapa Gedung DPRD, kantor polisi dan fasilitas publik  terbakar yang merugikan negara ratusan miliar rupiah.

Setelah membaca dan mempelajari banyak informasi terkait dengan demonstrasi yang berujung kerusuhan, pembakaran dan penjarahan pada agustus 2025 yang lalu, maka yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah demonstrasi yang terjadi pada 25 agustus 2025 yang lalu terjadi secara alami atau memang sengaja didesain untuk tujuan tertentu ?

Mari kita lihat apa yang terjadi Ketika demonstrasi tersebut terjadi dan kita analisa apa penyebab sebenarnya sehingga muncul demonstrasi yang dipicu oleh kemarahan Masyarakat tersebut.

Pertama, tidak jelas siapa yang menggerakkan demo ini. organisasi apa yang menggerakkan. Siapa pemimpinnya. Siapa pula koordinator lapangannya (korlapnya). Siapa yang bertanggung jawab di balik pembakaran berbagai Gedung DPRD dan kantor-kantor polisi. Siapa pemimpin mereka. Tidak ada!
Inilah demo besar tanpa tahu lembaga apa yang menggerakkan dan siapa pemimpin sentralnya. Bukan mahasiswa. Bukan buruh. Bukan LSM.

Lalu siapa yang menjadi komandan demo ini ? 
jawabannya adalah media sosial (Medsos). Seruan demo beredar lewat medsos. Tanpa menyebut siapa yang mengeluarkan seruan itu. Ditelan begitu saja oleh Masyarakat yang merasa cocok dengan seruan itu sehingga tergerak ikut demo. Mereka berkumpul di titik yang sudah ditentukan dan dari situ mereka bergerak ke sasaran melakukan demonstrasi.

Demonstrasi pada agustus 2025 yang lalu adalah dimobilisasi melalui media sosial oleh sejumlah aktivis, influencer, dan akun anonim. Secara bersamaan mereka menyebarkan ajakan untuk melakukan demo dan memprovokasi pelajar untuk melakukan demo. Mereka mengorganisir dan memobilisasi aksi protes, serta menyebarkan informasi tentang tuntutan mereka.
(https://www.google.com/search?q=siapa+yang+menggerakkan+demo+melalui+medsos&a)

Pertanyaannya adalah apa motivasi sejumlah aktivis, influencer, dan akun-akun anonim  tersebut menyebarkan isu-isu tentang keburukan pemerintah untuk kemudian memprovokasi dan mengajak Masyarakat untuk melakukan demonstrasi? 
Apakah para aktivis, influencer, dan akun-akun anonim tersebut bergerak dengan kesadaran sendiri atau ada yang mengkoordinir mereka untuk kepentingan tertentu ?

Demontrasi massif tidak akan terjadi jika tidak didahului oleh banyak isu yang datang bererentetan yang menguras emosi rakyat. Rakyat yang marah karena kekecewaan yang menumpuk terhadap pemerintah akan sangat mudah dimobilisasi  untuk turun ke jalan dan berdemo. 

Kedua, Apakah demo yang terjadi pada agustus 2025 karena Indonesia berani bergabung dengan BRICS pada januari 2025 yang lalu ? 

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS yang merupakan kekuatan ekonomi penyeimbang baru tentunya adalah Upaya pemerintah untuk lebih menguatkan kemandirian negara dari dominasi elit global yang mengendalikan negara-negara barat terutama Amerika serikat.  Kebijakan presiden Prabowo yang ingin meningkatkan hubungan dagang, militer dan diplomatik dengan BRICS  adalah tanda bahaya bagi para elit global yang biasa menikmati kekayaan dari Indonesia. Apalagi Indonesia bahkan bergabung dengan Rusia cina dan  Korea utara dalam Kerjasama keamanan antar negara yang bisa menjadi tandingan bagi NATO.

Jadi apakah demonstrasi agustus 2025 yang lalu sebenarnya adalah campur tangan asing yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan presiden Prabowo dan kemudian digantikan dengan Presiden yang pro kepada mereka ?

Angela Giuliano, seorang analis geopolitik dan hubungan Internasional telah menyoroti adanya dugaan revolusi warna yang terjadi di Indonesia Ketika demonstrasi pada 25 agustus 2025 yang lalu. 
Apa itu revolusi warna ?

Revolusi warna adalah istilah revolusi yang terjadi di negara-negara pasca-Soviet dan Yugoslavia awal abad ke-21, yang dipicu oleh hasil pemilu yang dianggap curang, dengan tujuan membangun demokrasi ala Barat. Mereka biasanya mengambil nama dari warna atau simbol tertentu sebagai branding pergerakan, seperti Revolusi Mawar (Georgia), Revolusi Oranye (Ukraina), atau Revolusi Tulip (Kirgistan).  
(https://www.google.com/search?q=apa+itu+revolusi+warna&)

Revolusi Warna sudah terbukti banyak berhasil melengserkan presiden yang sah, untuk diganti dengan presiden lain yang lebih pro Barat. itulah kenapa, Rusia, Tiongkok, dan Iran sering menuduh bahwa Revolusi Warna itu adalah akal-akalan negara Barat untuk mengganti rezim yang nasionalis dan pro rakyat supaya berganti dengan razim baru yang pro terhadap negara negara Barat, terutama Elit global yang ada di sana.

Siapa yang menggerakan revolusi warna ini ?
mereka ini adalah elit global  yang bekerja sama dengan elit lokal untuk melakukan chaos melalui operasi intelijen. Merekalah yang menyediakan dana dan logistik dari balik layar. Karena dalam Revolusi Wama demonstrasi bisa berlangsung berhari-hari, bahkan berbulan-bulan tanpa henti maka tentunya membutuhkan logistik berupa suplai makanan, transportasi, properti demonstrasi, alat-alat komunikasi, hingga massa bayaran maka tentunya membutuhkan dana yang besar.

Siapakah Elit global ini ?
Mereka adalah para pemilik modal besar yang menguasai perekonomian dunia di wallstreet termasuk juga para pendana dibalik Lembaga-lembaga keuangan dunia dan penghutang besar negara-negara yang menjadi pengendali keuangan dunia.  seluruh negara-negara di dunia sangat tergantung dengan permainan finansial para pemodal besar tersebut. Elit global inilah yang menguasai dan mengendalikan penguasa negara-negara barat yang maju dan mereka aktif memberikan informasi intelijen yang bisa mempengaruhi Keputusan luar negeri negara-negara adi daya tersebut.

Nama-nama Elit global pada abad 19-20 adalah Hendry ford, Rockefeler, jp morgan dan lainnya yang mereka ini kaya raya dari bisnis kapitalis dimana mereka bekerja secara multinasional dan mengambil bahan baku murah dari negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, Afrika dan Amerika latin. Terkadang para elit global ini bekerja sama dengan elit lokal untuk melakukan bisnis yang korup bahkan merugikan negara. Itulah mengapa elit global sangat menginginkan penguasa-penguasa itu adalah pejabat yang korup karena pejabat yang korup itu sangat mudah dikendalikan . 

Bagaimana cara elit global ini menciptakan proxy war (perang proxy)
Pertama, dengan melibatkan media. Selain elit global ini menguasai media-media mainstream mereka mereka juga mendanai media-media lokal untuk melancarkan perang proxy mereka. Untuk mengetahui siapa saja media-media itu maka kita tinggal cari media apa saja yang paling vocal mengkritik dan menyerang pemerintah terkait dengan beberapa isu-isu kemarin itu. Cari sumber dana dan siapa siapa yang mendanai mereka.

Kedua libatkan Yayasan non profit. Para elit global  ini biasanya punya Yayasan non profit yang berkutat pada isu lingkungan, Pendidikan, HAM dan pengawasan pemerintah. Inilah yang mereka pakai untuk menggoreng isu dengan membungkusnya seolah-olah mereka berpihak pada  rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan globalis ini.

Ketiga, gunakan oknum sebagai proxy. Para elit ini juga punya proxy berupa oknum di akar rumput (grassroot) yang aktif datang ke mahasiswa dan organisasi-organisasi Masyarakat untuk mendorong semangat berdemo. Kalau demonya sudah mengarah ke pelengseran penguasa maka mereka itulah antek-anteknya. Selain mereka juga punya proxy berupa elit lokal yang mana mereka bisa terdiri dari pengusaha lokal yang sebenarnya mafia atau oknum pejabat sendiri yang membukakan pintu korupsi besar-besaran untuk memuluskan bisnis dengan para elit global ini.

Bahwa dalam prakteknya dilapangan, negara yang menjadi target untuk dilakukan revolusi warna maka biasanya elit global ini akan menciptakan krisis ekonomi.  Di Indonesia pada tahun 1998 krisis ekonomi pecah karena ulah spekulan uang Geroge soros yang membuat nilai tukar rupiah jatuh terhadap dollar yang akibatnya harga barang melonjak naik, Perusahaan banyak yang gagal bayar hutang, banyak kredit macet dan PHK melonjak tajam. 

Krisis ekonomi ini kemudian ditunggangi oleh mereka dengan menciptakan isu yang membakar emosi Masyarakat melalui pemberitaan media-media mainstream. Dalam tahun 1998 Isu yang diangkat adalah KKN Presiden dan keluarga serta kroninya, pelanggaran HAM, dan sebagainya. Rakyat yang susah dan marah kemudian turun ke jalan. Demo besar-besaran terjadi diseluruh kota-kota besar Indonesia yang berujung dengan penjarahan, pembakaran dan pemerkosaan etnis tionghoa.  Massa kemudian berhasil menduduki Gedung DPR sebagai simbol perebutan kedaulatan rakyat. Dalam demo tahun 1998 yang menjadi martir sehingga menimbulkan kemarahan rakyat adalah mahasiswa trisaksi yang tertembak. 

Demonstrasi yang berujung chaos tersebut lalu diberitakan melalui media-media internasional  kemudian sebarkan ke seluruh dunia yang membuat citra pemerintah semakin buruk di dunia Internasional.  Demonstrasi 1998 akhirnya berujung dengan pelengseran presiden soeharto.

Jadi tujuan sebenarnya dari elit global untuk menggerakan revolusi Warna ini kebanyakan adalah untuk mengganti atau menumbangkan pemerintahan yang kemudian digantikan dengan Pemerintahan yang pro kepada mereka.  Pemerintah yang pro kepada mereka tentunya akan berpihak kepada kepentingan bisnis mereka.

Revolusi warna adalah revolusi.
Bahwa dalam revolusi warna ini ujung-ujungnya adalah menggaungkan atau menuntut yang namanya revolusi bukan reformasi. 

REVOLUSI berbeda dengan REFORMASI. Revolusi adalah perubahan drastis yang seringkali dilakukan dengan kekerasan, yang bertujuan mengganti tatanan lama secara total. Biasanya yang diganti adalah pemerintahan yang sah, alias KUDETA. Sedangkan reformasi adalah perubahan bertahap untuk perbaikan, yang dilakukan tanpa kekerasan.

Revolusi Warna adalah bentuk kudeta halus, karena caranya dalam menggulingkan pemerintahan yang sah tidak melalui intervensi militer tapi cenderung menggunakan peranan tekanan massa yang juga dipengaruhi oleh media, influencer, NGO, dan juga konten-konten internet yang massif.

REVOLUSI WARNA DAN PERANG PROXY
Bahwa revolusi warna tidak lepas dari perang proxy. Perang proxy (proxy war) adalah perang dimana suatu negara yang memiliki kekuatan besar menggunakan pihak ketiga sebagai perpanjangan tangan mereka untuk berperang tanpa konfrontasi langsung. Pihak ketiga ini bisa jadi adalah warga dari negara yang menjadi target dari perang proxy tersebut yang mau mendukung mereka karena kesamaan kepentingan atau boleh jadi mereka direkrut tapi tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanfaatkan untuk menghancurkan negaranya sendiri.

Dalam perang proxy metode atau cara-cara yang biasa dipergunakan adalah Pertama,  Lemparkan isu-isu kemasyarakat  lalu isu tersebut digoreng dan dipropagandakan untuk memancing emosi masyarakat. Tujuannya untuk menciptakan perang Psikologis di masyarakat agar masyarakat marah kepada pemerintah. Isu tersebut kemudian digunakan untuk menghasut Masyarakat agar bersama-sama turun ke jalan berdemonstrasi. Saat demonstrasi tersebut berlangsung maka mereka kemudian memasukkan  provokator untuk menghasut agar merusak dan membakar. Mereka juga biasanya menjadikan ada satu korban pendemo meninggal dunia untuk dijadikan martir sebagai pemicu untuk membangkitkan kemarahan rakyat.  Sehingga demo akan pecah dimana-mana dan semakin meluas yang kemudian diikuti dengan kericuhan, penjarahan, dan pembakaran hingga benturan antara pendemo dengan aparat terjadi. 

Jadi tujuan darı adanya martir ini adalah sebagai alasan untuk pecahnya demonstrasi yang lebih besar lagi dan berujung chaos sehingga pemerintah kewalahan dan bisa dituduh gagal dalam mengatasi keadaan. Ini adalah pola khas Revolusi Warna yang juga terjadi selama arab Spring di timur Tengah yang lalu. 

perang proxy adalah perang asimetris yang tidak kelihatan mana lawannya. Dalam perang biasa yang berperang adalah militer melawan militer, namun dalam perang asimetris dan perang proxy maka militer bisa saja dibenturkan dengan Masyarakat agar terjadi chaos. Dan ini adalah  strategi perang yang mudah dan murah sehingga bisa menghemat banyak sekali biaya namun mendapatkan keuntungan yang sangat besar.

Dunia saat ini dilanda banyak perang proxy. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia ada kecenderungan ketidakpuasan Masyarakat kepada pemerintahnya sendiri. Apakah ini terjadi secara kebetulan atau ada kekuatan di balik layar yang menjadi dalangnya ?

Sebelum demonstrasi terjadi di Indonesia pada 25 Agustus 2025 yang lalu, demonstrasi besar-besaran yang menuntut pemimpin negara turun dari jabatannya telah terjadi di Malaysia yang menuntut PM Anwar Ibrahim turun, di Thailand massa pendemo menuntut Perdana Menteri (PM) Paetongtarn Shinawatra mengundurkan diri, sementara di Philpina massa pendemo menuntut agar Presiden Ferdinand Marcos Jr turun dari jabatannya.

Mungkin sulit untus mengatakan apa yang terjadi di Indonesia sekarang bukanlah Revolusi Warna, Karena kalau dipikir berapa kali pun, pola- pola yang terjadi di Indonesia sekarang sangat mirip dengan ciri-ciri Revolusi Warna yang memiliki kemiripan dengan cara-cara perang proxy yang biasa dilakukan oleh elit-elit global yaitu :

Awalnya bermula dari kemunculan banyak isu-isu politik dan ekonomi yang meresahkan Masyarakat seperti :
pertama, Isu Indonesia gelap dimana dinarasikan bahwa saat ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan sehingga terjadi banyak pengangguran. 

Kedua, diperkenalkan bendera one piece secara serentak yang tiba-tiba viral. bendera one piece dipasang biasanya bersamaan dengan pengibaran bendera merah putih. Bendera One Piece ini adalah simbol bajak laut yang menampilkan tengkorak dan tulang bersilang, yang secara umum berarti perlawanan dan kebebasan dari penguasa.ini adalah taktik yang juga terjadi di negara-negara lain selama revolusi warna berlangsung dimana tiba-tiba muncul simbol yang tiba-tiba viral seolah menggambarkan simbol perjuangan atau penderitaan rakyat. Simbol adalah alat yang ampuh untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar manusia.

Ketiga, ada beberapa kebijakan dari pejabat-pejabat pemerintah yang  kemudian digoreng-goreng untuk menimbulkan kemarahan rakyat mulai dari Keputusan Kemendagri yang hendak menyerahkan 4 pulau Aceh kepada Sumatra Utara yang kemudian dibatalkan, isu eksploitasi tambang di raja empat, isu kenaikan pajak, pemblokiran rekening oleh PPATK, isu Menteri keuangan yang menyatakan guru adalah beban bagi negara hingga akhirnya muncul isu kenaikan tunjangan DPR disertai framing media sosial yang yang memperlihatkan beberapa anggota DPR berjoged merayakan kenaikan tunjangannya. 

Pernyataan anggota DPR Ahmad Syahroni yang menyebut “tolol” kepada mereka yang mengkritik DPR agar dibubarkan semakin memancing kemarahan rakyat  di media sosial. 
Inilah semua yang kemudian dijadikan sumbu untuk membuat rakyat marah yang kemudian berujung pada himbauan dari akun-akun anonim untuk melakukan demonstrasi dengan agenda untuk membubarkan DPR. Saat demo berlangsung, seorang ojek online yang bernama Affan Kurniawan dilindas mobil brimob. Kematiannya membuat massa demo semakin marah yang membuat demonstrasi meluas ke beberapa kota lainnya. Dari sini kemudian muncul banyak provokator yang menyusup di Tengah-tengah massa pendemo yang menghasut untuk melakukan pengrusakan, pembakaran, dan penjarahan. 

Gedung-gedung DPRD dibeberapa kota di bakar, beberapa rumah pejabat dijarah seperti rumah artis Uya Kuya, artis Eko Patrio dan Ahmad Syahroni yang merupakan anggota DPR. Anehnya rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani juga dijarah tanpa ada aparat keamanan yang sanggup mencegah. Peristiwa demonstrasi ini banyak diliput oleh media-media Internasional yang memberitakan tentang keadaan Indonesia yang chaos yang implikasinya banyak investor asing yang enggan atau membatalkan investasinya di Indonesia.

Pasca demo 25 agustus 2025 itu, muncul tuntutan kepada pemerintah yang berjudul “tuntutan 17+8” yang dibuat oleh sejumlah influencer dan NGO yang sebenarnya bukan hasil diskusi dengan beragam elemen Masyarakat,  tokoh politik, akademisi, maupun ahli tata negara sebagai representasi perwakilan dari seluruh rakyat. Melihat tuntutan 17+8 yang begitu banyak dan ada yang terkesan melemahkan pertahanan negara maka rasanya sulit untuk dipenuhi semuanya oleh pemerintah, maka bisa jadi ini akan menjadi alasan mereka untuk terus menyerang pemerintah sehingga tujuan mereka tercapai. 

Pertanyaannya sekali lagi, apakah demonstrasi 25 Agustus 2025 yang lalu adalah revolusi warna yang ingin menjatuhkan Presiden Prabowo ?

Presiden Prabowo telah menyatakan bahwa demonstrasi yang terjadi pada 25 agustus 2025 lalu ada indikasi tindakan yang mengarah kepada upaya-upaya makar dan terorisme (https://theconversation.com/prabowo-sebut-demo-sebagai-makar-dan-terorisme-rakyat-berpotensi-makin-marah-264363)

Ulta Levenia Nababan, pakar kontra terorisme, dalam podcastnya dengan Dedy Corbuzier baru-baru ini juga mengatakan bahwa Presiden Prabowo tidak keliru saat menyatakan adanya unsur terorisme dan makar dalam gelombang demonstrasi yang lalu. (https://www.youtube.com/watch?v=ON8QuO17Xlg)

Sementara Mantan Kepala Badan Intelijen Negara AM. Hendropriyono
menyebut bahwa dalang demonstrasi Rusuh menuntut pembubaran DPR adalah  Non State". Mereka itu adalah George Soros, George Tenet, David Rockefeller, Bloomberg yang dia  sebut sebagai kaum kapitalis. 
(https://www.cnbcindonesia.com/news/20250829155110-4-662625/am-hendropriyono-tahu-dalang-demo-rusuh-dpr-sebut-non-state)

Mari kita lihat demonstrasi yang terjadi di Nepal.
Bahwa belum lama setelah demonstrasi yang berujung kerusuhan terjadi di Indonesia, demonstrasi dan kerusuhan tiba-tiba terjadi di Nepal. Kerusuhan yang terjadi di Nepal saat ini adalah bagian dari perang proxy. Kerusuhan ini membuat PM Nepal mengundurkan diri setelah rumahnya dibakar oleh massa pendemo dan bahkan presidennya pun akhirnya mengundurkan setelah menjadi bulan-bulanan kritik Masyarakat. Banyak Menteri dan pejabat di Nepal  juga akhirnya mengundurkan diri setelah kantor parlemen dibakar dan banyak kantor serta fasilitas publik dihancurkan. 

Bahwa yang menarik dari demonstrasi di Nepal ini adalah pola yang terjadi adalah mirip dengan demonstrasi yang terjadi di Indonesia pada 25 agustus lalu, mulai dari penggunaan simbol one piece, pengerahan massa dalam skala yang massif, jatuhnya martil yang memicu korban-korban jiwa berikutnya dan munculnya banyak influencer yang aktif menjadi corong pergerakan dan sibuk membakar semangat massa yang mayoritas adalah gen z. 

Tak hanya itu sensor media sosial juga terjadi di Nepal yang disinyalir sengaja dilakukan oleh pemerintah Nepal sendiri dengan tujuan mencegah penyebaran informasi hoakz dan ujaran kebencian. Namun sayangnya penyebaran sensor media tidak berhasil menghentikan ujaran-ujaran kebencian  yang terlanjur menyebar di kalangan  Masyarakat Nepal. Isu sensor media oleh pemerintah  justru malah semakin memantik kemarahan massa yang kemudian  turun ke jalan membakar, menjarah rumah-rumah pejabat hingga  akhirnya pemerintah pun berhasil digulingkan. 

Kini Nepal tanpa pemerintahan yang sah, terjadi kekosongan dalam pemerintahan dan Masyarakat Nepal akibat demonstrasi dan kerusuhan ini akan semakin terjerat ke dalam kemiskinan yang ekstrem. Apa yang terjadi di Nepal ini sebenarnya sama dengan yang sebelumnya terjadi di Irak, Libya dan suriah yang membuat rakyatnya semakin sengsara dan jatuh miskin pasca revolusi menjatuhkan pemerintahannya sendiri.

Pola revolusi warna ini selalu berulang diberbagai negara. 
Jadi memperhatikan demo-demo yang terjadi di Indonesia pada 25 agustus kemarin, demo yang terjadi di Nepal, di Libya, Irak, Suriah dan belahan dunia lainnya,  itu ada kemiripan sekali dengan demo-demo yang ditunggangi oleh elit global dalam Sejarahnya, seperti demo yang menggerakkan revolusi prancis, arab spring, runtuhnya uni soviet dan komunis dan banyak lagi ditempat-tempat lain.

Kenapa kita perlu belajar dari Sejarah ?
karena sejarah itu polanya selalu berulang hanya pelaku dan waktunya saja yang berbeda. Tahun 1998 krisis ekonomi pecah, harga barang melonjak naik karena nilai tukar rupiah jatuh terhadap dollar karena ulah spekulan uang Geroge soros, Perusahaan banyak yang gagal bayar hutang, banyak kredit macet dan PHK melonjak tajam. Rakyat yang susah dan marah kemudian turun ke jalan. Demo besar-besaran terjadi di seluruh kota-kota besar Indonesia yang berujung dengan penjarahan, pembakaran dan pemerkosaan etnis tionghoa.  Massa berhasil menduduki Gedung DPR. Dalam demo tahun 1998 yang menjadi martir sehingga menimbulkan kemarahan rakyat adalah mahasiswa trisaksi yang tertembak. Demonstrasi 1998 kemudian berujung dengan pelengseran presiden soeharto.

Setelah Presiden soeharto jatuh dan kemudian digantikan dengan reformasi, pertanyaannya adalah apakah keadaan Indonesia lebih baik ? 
(untuk menjawab pertanyaan ini baca tulisan kami “inilah buah dari Gerakan reformasi 1998)

Pesan kami menyikapi demo 25 Agustus 2025 kemarin !
Pertama, Di tengah banyaknya informasi yang mengalir tanpa henti  melalui media social kita maka seyogyanya kita harus semakin berpikir kritis. Dari banyaknya informasi yang kita terima maka kita harus mampu memilah antara fakta dan opini. Fakta adalah kenyataan yang bisa diverifikasi, sedangkan opini adalah pandangan subjektif. banyak opini kini dibungkus seolah-olah fakta, disampaikan dengan gaya meyakinkan, lalu tersebar luas dan diterima sebagai kebenaran hanya karena banyak orang membagikannya. 

Ada banyak contoh informasi dalam bentuk artikel, foto atau video editan yang viral namun belum tentu benar isinya. Namun karena informasi tersebut disebar oleh tokoh yang dianggap kredibel atau sesuai dengan preferensi politik audiens, maka informasi itu diterima begitu saja. Fenomena ini menegaskan betapa pentingnya nalar yang sehat dalam menyaring setiap arus informasi. Jadi kita harus mampu memilah informasi yang benar dari yang salah agar kita tidak terjebak dalam permainan manipulasi.

Kedua, jangan mudah terkecoh untuk mudah terbawa isu, propaganda yang menjelek-jelekkan pemerintahan saat ini. Kita sudah memilih Presiden melalui pemilu yang demokratis maka berikan kesempatan untuk menyelesaikan pemerintahannya sampai akhir masa jabatannya. Pemerintah yang stabil dan aman membuat Pembangunan lebih bisa berjalan dengan baik.

Ketiga, Kalau demo focuslah pada tuntutan seperti pada tuntutan terhadap DPR seperti hapus tunjangan, suruh anggota yang tidak becus bekerja untuk mundur, transparansi anggaran dll. Jangan melebar kearah anarkis atau perusakan, hentikan membakar Gedung dan merusak fasilitas  karena selain merugikan negara  ini juga memicu keresahan psikolog di Masyarakat.  satu Gedung DPR di bakar itu membangunnya perlu biaya ratusan miliar. makin banyak fasilitas umum dan Gedung DPR yang dibakar maka makin banyak tambahan hutang karena pemerintah akan semakin besar menarik hutang lagi untuk membangun. Ini terjadi tahun 1998 lalu ketika akhirnya presiden BJ Habibie berutang kepada IMF pasca reformasi 1998.

keempat jangan rasis, jangan menjarah, dan membakar karena itu target yang mereka mau. Mereka ingin kita perang saudara biar kolaps total sekalian dan ekonomi kita di reset dari nol lagi. Dalam kondisi chaos seperti ini rangkul teman-teman dari beragam etnis, latar belakang agama dan jaga sesama warga.  Bahwa demonstrasi yang sudah mengarah kepada pembakaran dan penjarahan apalagi adu domba antar etnis maka ini bukan lagi suara rakyat. 
Wallahu’alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL  TP4D PEKERJAAN DI AKHIR TAHUN BELUM SELESAI, HARUSKAH PUTUS KONTRAK, SEBUAH SOLUSI AKHIR TAHUN ANGGARAN Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin. Salah satu permasalahan bagi Kementerian/Lembaga/SKPD/Institusi (K/L/D/I) yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan kontrak tahun tunggal adalah seluruh pekerjaan tersebut  harus sudah diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran. Namun disinilah permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang ternyata tidak atau belum selesai sedang kontrak pelaksanaan pekerjaan telah berakhir. Terhadap permasalahan tersebut banyak PPK yang bimbang atau ragu dalam mengambil keputusan. Ada beberapa kemungkinan yang dilakukan oleh PPK  terhadap pekerjaan yang diperkirakan tidak akan selesai sampai dengan akhir tahun anggaran yaitu : 1.     PPK memutuskan kontrak secara sepihak dan penyedia barang/jasa dianggap lalai/cidera janji dalam melaksanakan kew...

Tindak lanjut temuan kerugian negara dalam LHP BPK, antara administrasi atau pidana

Tindak lanjut temuan kerugian negara dalam LHP BPK, antara administrasi atau pidana Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin Bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah satu-satunya lembaga negara yang diberikan wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara (pasal 23E ayat (1) UUD 1945). BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah pusat, pemerintah Daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, Badan layanan Umum, BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. (Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK). Pelaksanaan pemeriksaan BPK, dilakukan berdasarkan Undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (pasal 6 ayat (2) UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK). Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan ,pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan keuang...

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN

BAGAIMANA MEMAHAMI FITNAH DAJJAL DAN NUBUAT AKHIR ZAMAN Mari kita mulai dari Yeruselem. Yeruselem adalah kota suci. Dari sana Alquran  menceritakan banyak sekali kisah dari  Nabi Musa as, Nabi Dawud as dan putranya Nabi Sulaiman as, Nabi  Zakaria as, Nabi Yahya as dan dan Nabi Isa as.  Bangsa Bani Israel mencapai puncak kejayaannya  pada jaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaeman as yang pemerintahannya berpusat di Yeruselem. Pada pada tahun 586 SM, kota Jerussalem diserang dan dihancurkan pertama kali oleh Raja  Nebuchadnezzar  dari Babylonia. Semua orang yahudi di bawa ke babylonia untuk dijadikan budak. Namun pada saat babylonia ditaklukan oleh Raja Cyrus dari Persia, orang-orang Yahudi tersebut dikembalikan kembali ke Jerussalem. Bangsa Yahudi yakin berdasarkan kitab suci mereka bahwa kelak Allah swt akan mengembalikan kembali bangsa Yahudi  ke Yeruselem  dan akan menurunkan  Messiah atau Al Masih yang akan mengembalikan kejay...