BAGAIMANA BERSIKAP DALAM PERBEDAAN
“Dia telah menamai kalian orang-orang muslim dari
dahulu (QS. Al hajj ayat 78).
Alquran
memerintahkan umat Islam untuk berkata saya adalah seorang muslim (QS.
fusshilat ayat 33), maka dari itu pada Jaman Rasulullah saw dan sahabat semua
kaum beriman dipanggil dengan sebutan kaum muslimin. Tapi jaman pasca
Rasulullah saw dan sahabat hingga jaman kita sekarang kaum muslimin
terkotak-kotak dalam wadah kelompok dan jamaah. Ada yang menyebut dirinya
Ikhwanul muslimin, Salafi, Hisbut Tahrir, Jamaah Tabligh, Persis, Syiah, NU,
Muhammadiyah, Al Irsyad dan sebagainya. Kelompok atau Jamaah tersebut juga
memiliki madzhab yang berbeda. Ada Syafii, Maliki, Hambali, Hanafi , Jafariah
dan madzhab-madzhab yang lainnya.
Walaupun ada begitu
banyak kelompok atau Jamaah dikalangan umat Islam, Alquran menyuruh kaum muslimin untuk tetap bersatu dalam bingkai
persaudaraan bukan justru untuk saling berpecah belah dengan menonjolkan
masing-masing kelompok atau Jamaah sebagai yang paling selamat. Fanatisme
adalah sesuatu yang paling dibenci Rasulullah saw karena dari rahimnya akan
lahir pertengkaran dan perpecahan. “berpegang teguhlah kalian pada agama Allah
dan janganlah kalian bercerai berai (QS. Al Imran ayat 103).
Namun masalah umat
Islam adalah ekstrimisme dimana ada beberapa kelompok tertentu yang mengklaim
kebenaran hanya ada pada kelompoknya saja. Memang semua kelompok atau
Jamaah mengikuti rujukan yang sama yaitu
Alquran dan Hadist maka tentunya setiap kelompok atau Jamaah akan mengatakan
bahwa kelompok atau Jamaahnya yang paling mengikuti Rasulullah Saw dan para
sahabat.
Lalu kelompok atau
jamaah mana yang sebenarnya paling mengikuti Rasulullah? Tentunya yang paling
mendekati akhlak Rasulullah.
Rasulullah Saw bersabda “sesungguhnya aku
(Muhammad) diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
(HR. Ahmad), oleh karena itu beliau mengatakan
“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya (HR. At Tirmidzi).
Nah bagaimana kita
berakhlak untuk mewujudkan persaudaraan sesama muslim (ukhuwah Islamiyah)
walaupun berbeda kelompok atau Jamaah?
Tentunya yang pertama dilakukan adalah
memahami bahwa perbedaan adalah rahmat dan kita semua adalah Muslim. panggil
diri anda dengan muslim. bukan saya salafi, Hizbut Tahrir, Ikhwan, NU atau
Muhammadiyah. Ketika anda menyebut diri anda dari kelompok ini dan kelompok itu
maka pada dasarnya anda telah menciptakan jarak psikologis dengan saudara
muslim anda yang berbeda kelompok dengan anda. Alquran mengajarkan prinsip
bahwa semua orang yang beriman adalah bersaudara (QS. Al Hujurat ayat 10), dan untuk memelihara persaudaraan itu (ukhuwah
islamiyah) maka hendaknya tidak ada suatu kelompok diantara kaum beriman, pria
maupun wanita, yang merendahkan kelompok yang lain, karena boleh jadi mereka
yang direndahkan itu lebih baik daripada mereka yang merendahkan (QS. Al
Hujurat ayat 11).
Selanjutnya anda
harus bersikap lapang dada dengan perbedaan. Imam Jafar As shadiq berkata “jangan
bertengkar dengan orang lain dalam agama kalian, biarkan orang lain karena
orang lain juga mendapatkan pelajarannya dari orang lain. Mereka memiliki ulama
sendiri, rujukan-rujukan sendiri dan sumber-sumber sendiri. Anda mengira dengan
hanya berdebat dengannya seraya membawakan dalil dan argument, dia akan
menerima. Mungkin dia menerima. Mungkin juga tidak. Jika dia tidak menerima,
anda harus memaklumi keadaan. inti pesan beliau adalah Anda harus bijaksana karena
dibelahan dunia manapun anda hidup, disekeliling anda terdapat beragam agama
dan madzab. Kedamaian hanya muncul apabila ada toleransi.
Jangan dengarkan penceramah yang suka
menebarkan kebencian atau membicarakan keburukan kelompok lain. jika mereka
membicarakan keburukan orang lain jangan dengarkan, dan jika bisa beritahu
mereka agar jangan bicarakan keburukan orang lain. apapun kebaikan yang datang dari orang
lain kita ambil, yang buruk kita buang
tidak peduli dari mana asalnya. Tidak semua apa yang dikatakan ustad dari
kelompok anda benar semuanya, mereka juga akan mengatakan hal yang salah, anda
harus memilahnya. seorang muslim adalah pembawa kedamaian. Kedamaian itu
mengharuskan adanya rasa aman orang lain dari keburukan lisan anda. Mereka aman
dari keburukan tangan dan matamu. jangan biarkan umat Islam hancur hanya karena
cap-cap kelompok.
Kita tidak mungkin memahami agama Islam
secara mutlak 100% sesuai kehendak Tuhan. Pengetahuan manusia betapun tingginya
tetap terbatas. Karena itu setiap orang dituntut untuk bersikap rendah hati
guna bisa mengakui adanya kemungkinan orang lain mempunyai pengetahuan lebih
tinggi. Maka manusia dituntut untuk bisa saling mendengar sesamanya dan
mengikuti mana pandangan yang paling baik.(QS. Azzumar ayat 17-18). itulah cara
kita berakhlak kepada saudara muslim
yang berbeda kelompok atau Jamaah dengan kita.
Lalu bagaimana sikap kita terhadap orang
yang berbeda agama dan keyakinan dengan kita?
Nabi Muhammad Saw ketika Hijrah di
Madinah, beliau melihat ada pluralitas dimana ada pemeluk agama yahudi, Nashrani, dan beragam suku yang tinggal
dimadinah. maka yang beliau lakukan adalah membuat perjanjian dalam bentuk
piagam madinah dimana menyebutkan hak
dan kewajiban setiap penduduk kota, dan tanggung jawab berbagai kelompok agama
dan suku yang hidup dimadinah. semua kelompok penduduk Madinah boleh mengamalkan
agama mereka sendiri.
Pada prinsipnya perjanjian madinah
menunjuk Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin Negara kota dan menegaskan bahwa di
bawah kepemimpinannya semua kelompok bekerja sama untuk menjaga kedamaian kota
dan saling melindungi jiwa dan harta benda semua golongan. Semua agama dilindungi dan para pemeluknya diberi kebebasan untuk melaksanakan
ajaran-ajarannya.
Sementara Indonesia sebelum kedatangan
Islam tumbuh beragam agama seperti hindu dan budha dan beragam kepercayaan, mereka
mungkin menyakini sekali Tuhan Yang Esa makanya
founding father kita dahulu merumuskan pancasila dengan Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, namun mengambil jalan yang
berbeda-beda. Mereka merumuskan dalam
konstitusi bahwa tugas Negara adalah untuk melindungi keselamatan warganya
tanpa membedakan keyakinan agamanya.
Bahwa kekhawatiran rakyat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam akan memaksakan pandangan keagamaannya kepada kelompok
minoritas adalah tidak beralasan karena seorang Nabi pun tugasnya hanya untuk
menyampaikan kebenaran (agama) bukan untuk memaksakan kebenaran (agama) kepada manusia (QS. Al baqarah ayat 256).
Setiap manusia dipersilahkan mengikuti
jalan hidup yang dipilihnya karena telah jelas mana kebenaran dan mana
kepalsuan. Ini ditegaskan Allah swt.
kepada Nabi Muhammad Saw “jika seandainya TuhanMU menghendaki tentu akan beriman setiap orang dimuka bumi
semuanya, apakah engkau (muhammad) akan memaksa manusia sehingga beriman semua
(QS. yunus ayat 99).
Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Kemulian manusia dengan Allah terbina
dengan cara tunduk patuh kepada Allah Swt., melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi
larangan-larangannya sementara Kemulian manusia dengan makhluk Allah yang lain
terbina dengan menjalin persaudaraan dengan semua orang dengan kasih sayang dan
sikap yang baik.
Wallahu’alam bisshowab.
Oleh : Muhammad Ahsan Thamrin.
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc