ANTARA SAINS, FILSAFAT DAN AGAMA (1)
Bahwa dalam hidupnya ada tiga bidang berbeda yang menjadi perhatian utama manusia dalam upaya untuk memahami dunia dan mencari kebenaran yaitu agama, filsafat dan sains (ilmu pengetahuan). Agama melandaskan kebenarannya berdasarkan Wahyu (kitab suci), filsafat melalui rasio dan penalaran, sedangkan sains melalui observasi dan eksperimen plus rasio.
Sains dalam upaya untuk menjelaskan fenomena alam dan bagaimana dunia bekerja berdasarkan bukti maka sains menggunakan metode ilmiah agar pengetahuan yang dihasilkannya dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Metode ilmiah ini adalah melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis data untuk kemudian diambil Kesimpulan. Melalui yang disebut metode ilmiah itu maka sains mengidentifikasi sebab dan akibat, mana sebab dan mana akibat. Nah sesudah bisa mengidentifikasi sebab dan akibat, maka kita bisa meramalkan apa yang akan terjadi. Misalnya kenapa terjadi hujan ?
Melalui pengamatan maka kita bisa meramalkan kapan akan terjadi hujan dengan mengamati kondisi langit. Bahwa ketika langit mendung dengan ditandai munculnya awan yang terlihat seperti bonggol kapas atau gunung, mengamati perubahan suhu dan kelembaban menjadi dingin dan gerah serta mengamati arah angin seperti jika angin bertiup dari arah barat, itu bisa menjadi tanda bahwa hujan akan segera datang. Lalu dengan metote ilmiah akhirnya bisa diketahui bahwa penyebab hujan adalah karena air di permukaan bumi seperti lautan, sungai, dan danau menguap menjadi uap air akibat panas matahari (evaporasi). Uap air itu naik ke atmosfer lalu mengalami kondensasi menjadi butiran-butiran air kecil yang membentuk awan. Awan yang semakin berat dan tidak mampu lagi menampung air itu akhirnya akan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
Bahwa bagi sains suatu pernyataan dikatakan benar kalau bisa diuji melalui penelitian dan kalau bisa dibuat alat ukurnya lalu diuji di lapangan.
Misalnya ada pertanyaan, apakah Perempuan lebih penyayang daripada laki-laki ataukah Perempuan dan laki-laki sama saja? Bagaimana mengetes dan mengujinya ?
Bagi sains pertanyaan tersebut harus diteliti dan diuji karena kalau hal itu tidak bisa diuji, maka itu omong kosong. Maka dibuatlah penelitian, dimana ada bayi disimpan dipinggir jalan, dibaringkan diatas Kasur. Lalu orang-orang yang melewati bayi tersebut akan diamati, berapa persen Perempuan yang memperhatikan anak itu dan berapa persen laki-laki yang memperhatikannya. Ternyata 60% Perempuan tidak peduli, dan ini berarti laki-laki lebih penyayang daripada Perempuan. Ini menggunakan metode eksperimen.
Metode ini kurang dipercaya, lalu digunakanlah metode Sejarah dalam pengujiannya dimana para raja dan ratu yang pernah berkuasa dilihat dalam perilaku mereka dalam menghadapi rakyat. Dan ditemukan bahwa kebanyakan pemimpin negara yang kejam adalah ratu, bukan raja. Sebagai contoh Maria Tudor, Ratu Inggris, dikenal sebagai ratu yang paling kejam. Jadi secara historis terbukti bahwa Perempuan tidak lebih penyayang daripada laki-laki. Itu metode eksperimen dengan menggunakan logika formal. Itulah sains yang harus dibuktikan dengan eksperimentasi yang bisa diuji untuk menentukan sesuatu itu ilmiah dan bukan ilmiah. Itu kalau kita ingin menemukan kebenaran dengan sains.
Filsafat berbeda dengan sains. Filsafat hanya mengukur kebenaran melalui reasoning, melalui penalaran atau pemikiran saja, tidak perlu dibuktikan secara eksperimen. Sesuatu yang tidak bisa dieksperimenkan menjadi pembahasan filsafat. itu karena filsafat adalah pernyataan kebenaran yang diuji tidak melalui eksperimen tetapi melalui logika.
Ada beberapa pertanyaan filsafat yang belum bisa dijawab oleh sains misalnya apa yang disebut baik, berlaku baik itu seperti apa, apa yang disebut keindahan. Kalau menurut jawaban umum (common sense) bahwa keindahan dan kecantikan bergantung pada mata yang melihatnya. Itu bukan pernyataan ilmiah karena tidak bisa diuji. Tetapi orang-orang yang menjadi panitia ratu kecantikan akan menjawab apa itu cantik secara ilmiah dengan mengukur dan seterusnya tapi itupun sangat subyektif.
Contoh lain adalah alat lie detector untuk menguji apakah seseorang berbohong atau tidak. Menurut sains orang yang berbohong maka detak jantungnya menunjukkan frekuensi tertentu. Tetapi bagi seorang penjahat yang sudah terbiasa berbohong maka ia bisa lolos dari tes uji ini karena Ketika dia berbohong maka frekuensi detak jantungnya normal saja. Itu karena berbohong sudah menjadi kebiasaan.
Filsafat dalam Upaya mencari dan menemukan kebenaran biasanya selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk kemudian menemukan jawabannya. Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh filsafat bukan hanya menghasilkan pengetahuan tetapi juga kebijaksanaan bagi hidup manusia dalam upayanya untuk menemukan kebahagiaan.
Apakah manusia mempunyai kehendak bebas, apa yang disebut kebenaran, apa yang disebut kejahatan, apa hubungan antara jiwa dan tubuh, apakah Tuhan ada, apa yang disebut sains ? itu tidak dijawab oleh sains, tetapi dijawab oleh filsafat. Apa yang disebut agama ? itu tidak dijawab oleh agama tetapi oleh filsafat. Itu adalah pembahasan filsafat. Jadi Ketika orang bertanya apa itu filsafat maka sebenarnya dia sudah berfilsafat.
Filsafat berusaha menjawab semua persoalan yang dipertanyakan oleh manusia dengan menggunakan logika yang disebut dengan critical reasoning, pemikiran yang kritis. Karena itu objek kajian filsafat meliputi objek material dan objek formal, fisik dan metafisik, termasuk Tuhan, alam dan manusia, sedangkan objek formalnya adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (yang wujud), baik yang fisik maupun yang metafisik.
Ada pertanyaan yang lebih mendalam dalam filsafat seperti apa realitas itu, apa gunanya Tuhan menciptakan kematian, mengapa hidup kita harus berakhir dengan kematian, kenapa di dunia ini ada banyak penderitaan, kenapa saya menderita sedangkan saya bukanlah orang jahat, mengapa orang-orang jahat itu justru dimenangkan dan kenapa orang-orang jujur malah dikalahkan, kenapa di dunia ini ada keburukan dan mengapa Tuhan menciptakan keburukan? Pertanyaan ini dibicarakan sejak Socrates, plato, Heidegger sampai kepada filsuf mutakhir. Tidak semua pertanyaan-pertanyaan filsafat bisa dijawab secara tuntas dan final. Pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa dijawab dan dipuaskan oleh agama.
Agama berbeda dengan filsafat. Agama adalah keyakinan, kepercayaan, iman. Agama sebagai kepercayaan adalah sekumpulan jawaban yang tidak boleh dipertanyakan. Kalau anda sudah mendapatkan jawabannya maka anda harus menerimanya betapapun tidak masuk akal. Itulah fungsi agama. karena itulah ada orang yang mengatakan bahwa agama itu percaya saja, tidak usah mengikutsertakan akal. Misalnya tentang surga, neraka, mizan, akhirat dan sebagainya yang tidak bisa dibuktikan dengan logika dan eksperimen.
Pada masa Yunani orang belajar filsafat karena filsafat adalah aturan hidup bagi mereka. Plato memulai filsafatnya biasanya dimulai dari definisi-definisi. Misalnya apa yang disebut manusia ? manusia ialah makhluk berkaki dua yang tidak berbulu. Lalu seorang filsuf lain bernama Diogenes datang membawa ayam yang sudah dicabuti bulunya. Inilah manusia,” katanya. Itulah Ketika kebenaran filsafat diuji dan dipertanyakan.
Lalu kebenaran agama diuji dengan apa? Kebenaran agama diuji berdasarkan teks-teks keagamaan. Kita anggap sesuatu benar menurut agama karena ada dalilnya. Kalau mau berdebat dalam urusan agama harus berdasarkan dalil. Keliru kalau kita berdebat soal agama di media sosial dengan menggunakan logika. tidak akan selesai. Penggunaan logika adalah urusan filsafat. Dan yang dibicarakan itu bukan masalah agama melainkan masalah filsafat. Bahwa Filsafat dapat digunakan dan membantu untuk menganalisis dan memahami ajaran agama dengan lebih baik dengan menggunakan pemikiran rasional, reflektif, dan kritis.
Bahwa untuk membuktikan kebenaran agama, kita harus merujuk pada dalil yaitu teks-teks keagamaan yang kredibel. Misalnya ada orang yang mati. Lalu ditanyakan kenapa ia mati?. Apakah ada yang bisa menjawab secara sains ? bagi sains, kenapa ia mati ? karena organ-organ tubuhnya mengalami kerusakan. Kita bisa menyebut 10 penyebab kematian terbesar di Indonesia dan nomor satu adalah penyakit jantung dan juga penyebab kematian terbesar didunia.
Lalu apa jawaban menurut filsafat atas pertanyaan kenapa seseorang mati? Anda yang berfilsafat bisa menjawab karena kematian tidak bisa diwakilkan. Kata Heidegger, satu-satunya pengalaman yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain adalah kematian. Pengalaman lain bisa diwakilkan seperti menghadiri pernikahan.
Bagi agama orang mati karena memang sudah tiba ajalnya. Dan Allah berfirman “jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaatpun dan tidak dapat pula meminta percepatan (QS. Al a’raf ayat 34).
Jadi Kebenaran agama dibuktikan dengan ada dalilnya. Apa dalilnya ? dalilnya adalah berupa kitab suci.
Bahwa dengan demikian antara agama, filsafat dan sains (ilmu) sebenarnya saling melengkapi dalam membantu manusia memahami dunia dan diri sendiri. Sains memberikan pemahaman tentang dunia fisik, namun tidak memberikan jawaban tentang makna hidup atau nilai-nilai moral. Makna hidup dan nilai-nilai moral menjadi pembahasan filsafat dan agama. Dengan demikian Ketiga bidang ini dapat memberikan panduan bagi manusia dalam hidup dan mencapai kebahagiaan sejati.
Komentar
Posting Komentar